Tanpa APBDesa, pemerintah desa tidak dapat melaksanakan program dan kegiatan pelayanan publik. Berikut Struktur APBDesa :
a. Pendapatan Desa
Pendapatan desa meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 tahun anggaran yang tidak perlu dibayar
kembali oleh desa. Pendapatan desa terdiri atas: 1
Pendapatan asli desa PADesa 2
Bagi hasil pajak kabupaten kota 3
Bagian dari retribusi kabupaten kota 4
Alokasi dana desa ADD 5
Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten kota, dan desa lainnya
6 Hibah
7 Sumbangan pihak ketiga
b. Belanja desa
Belanja desa meliputi semua pengeluaran dan rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa terdiri atas: 1
Belanja langsung yang terdiri atas: a
Belanja pegawai b
Belanja barang dan jasa c
Belanja modal 2
Belanja tidak langsung yang terdiri atas: a
Belanja pegawai penghasilan tetap
Universitas Sumatera Utara
b Belanja subsidi
c Belanja hibah pembatasan hibah
d Belanja bantuan social
e Belanja bantuan keuangan
f Belanja tak terduga
c. Pembiayaan Desa
Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan desa terdiri dari:
1 Penerimaan pembiayaan, yang mencakup:
a Sisa lebih perhitungan anggaran SilPA tahun sebelumnya
b Pencairan dana cadangan
c Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan
d Penerimaan pinjaman
2 Pengeluaran pembiayaan yang mencakup:
a Pembentukan dana cadangan
b Penyertaan modal desa
c Pembayaran utang
Universitas Sumatera Utara
2.5. Alokasi Dana Desa ADD 2.5.1. Latar Belakang Alokasi Dana Desa
Alokasi Dana Desa merupakan salah satu bentuk hubungan keuangan antar tingkat pemerintahan yaitu hubungan keuangan antara pemerintahan Kabupaten
dengan pemerintahan desa. Untuk dapat merumuskan hubungan keuangan yang sesuai maka diperlukan pemahaman mengenai kewenangan yang dimiliki
pemerintah desa. Penjabaran kewenangan desa merupakan implementasi program desentralisasi dan otonomi. Dengan adanya desentralisasi dan otonomi desa maka
desa memerlukan pembiayaan untuk menjalankan kewenangan yang dilimpahkan kepadanya. Pemberian Alokasi Dana Desa ADD merupakan wujud dari
pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan Otonomi Desa agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari Desa itu sendiri berdasarkan
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan mayarakat.
Alokasi dana desa dalam APBD kabupaten kota dianggarkan pada bagian pemerintah desa. Pemerintah desa membuka rekening pada bank yang ditunjuk
berdasarkan keputusan kepala desa. Kepala desa mengajukan permohonan penyaluran alokasi dana desa kepada bupati c.q kepala bagian pemerintah desa
secretariat daerah kabupaten kota melalui camat setelah dilakukan verifikasi oleh tim pendamping kecamatan. Bagian pemerintah desa pada setda kabupaten kota
akan meneruskan berkas permohonan berikut lampirannya kepada kepala bagian keuangan setda kabupaten kota atau kepala badan pengelola keuangan daerah
BPKD atau kepala badan pengelola keuangan dan kekayaan asset daerah BPKKAD. Kepala bagian keuangan setda atau kepala BPKD atau kepala
Universitas Sumatera Utara
BPKKAD akan menyalurkan alokasi dana desa langsung dari kas daerah ke rekening desa. Mekanisme pencairan alokasi dana desa dalam APBDesa
dilakukan secara bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daerah kabupaten kota.
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaan nya bersumber dari ADD dalam APBDesa sepenuhnya dilakukan oleh tim pelaksana desa dengan mengacu
pada peraturan bupati wali kota. Penggunaan anggaran alokasi dana desa adalah sebesar 30 untuk belanja aparatur dan operasional pemerintah desa, sebesar 70
untuk biaya pemberdayaan masyarakat. Belanja pemberdayaan masyarakat digunakan untuk:
a Biaya perbaikan sarana public dalam skala kecil
b Penyertaan modal usaha masyarakat melalui badan usaha milik desa
BUMDesa c
Biaya untuk pengadaan ketahanan pangan d
Perbaikan lingkungan dan pemukiman e
Teknologi tepat guna f
Perbaikan kesehatan dan pendidikan g
Pengembangan social budaya h Kegiatan lain yang dianggap penting
2.5.2. Dasar Hukum Alokasi Dana Desa
a. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah b. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Universitas Sumatera Utara
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
d. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140640SJ Tanggal 22 Maret 2005 perihal Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintah KabupatenKota
kepada Pemerintah Desa ; e. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140286SJ Tanggal 17 Pebruari
2006 perihal Pelaksanaan Alokasi Dana Desa ; f. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 14017842006 Tanggal 3
Oktober 2006 perihal Tanggapan atas Pelaksanaan ADD;
2.5.3. Pedoman Alokasi Dana Desa Dari Pemerintah KabupatenKota Kepada Pemerintah Desa
Landasan Pemikiran Alokasi Dana Desa sebagai berikut : 1. Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan- kebijakan tentang desa, terutama dalam memberi pelayanan, peningkatan
peran serta, peningkatan prakarsa dan pemberdayaan masyarakat desa yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat.
2. Undang Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa keseluruhan
belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah.
3. Hasil penelitian Tim Studi Alokasi Dana Desa di beberapa Kabupaten menunjukkan bahwa pelaksanaan alokasi dana desa dapat meningkatkan peran
pemerintah desa dalam memberikan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
4. Dalam rangka meningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, desa mempunyai hak untuk memperoleh bagi hasil pajak daerah dan retribusi
daerah kabupatenkota, dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupatenkota.
5. Perolehan bagian keuangan desa dari kabupatenkota selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa ADD, yang penyalurannya melalui Kas Desa.
6. Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang
mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.
2.5.4. Tujuan Alokasi Dana Desa ADD
1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai
kewenangannya. 2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa.
3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa.
4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat.
2.5.5. Penyusunan Kebijakan Pemerintah KabupatenKota Tentang Alokasi Dana Desa ADD
1. Proses penyusunan kebijakan ADD, diprakarsai oleh Pemerintah
KabupatenKota bersama DPRD, dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap kemandirian desa, seperti wakil dari pemerintah
Universitas Sumatera Utara
desa, Badan Permusyawaratan Desa, Lembaga Kemasyarakatan di Desa, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Perguruan Tinggi.
2. Dalam rangka menyiapkan kebijakan daerah tentang ADD, Pemerintah
KabupatenKota membentuk suatu Tim yang keanggotannya berasal dari aparat pemerintah daerah, kecamatan, dan desa; perwakilan DPRD dan BPD;
serta organisasi kemasyarakatan yang memiliki pengalaman dalam pemberdayaan masyarakat dan desa.
3. Tim tersebut dalam angka 2 di atas bertugas untuk mempersiapkan berbagai hal yang terkait dengan ADD sesuai dengan kebijakan daerah.
4. Kebijakan daerah tentang ADD ditetapkan melalui Peraturan BupatiWalikota atau Peraturan Daerah.
5. Proses penetapan Peraturan BupatiWalikota atau Peraturan Daerah tentang ADD dilakukan secara transparan dan partisipatif.
6. Pemerintah KabupatenKota bekerjasama dengan para pelaku terkait, perlu menyiapkan pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan didesa dalam
mengelola, memanfaatkan dan mengembangkan hasil-hasil ADD surat edaran menteri dalam negeri nomer 140640SJ tanggal 22 maret tahun 2005
perihal pedoman alokasi dana desa dari pemerintah kabupatenkota kepada pemerintah desa.
2.5.6. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Alokasi Dana Desa ADD
1. Pengelolaan keuangan ADD merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan keuangan desa dalam APBDesa.
Universitas Sumatera Utara
2. Seluruh kegiatan yang didanai oleh ADD direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat di
desa. 3. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administratif,
teknis dan hukum. 4. ADD dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat, terarah dan
terkendali.
2.5.7. Mekanisme Penyaluran Alokasi Dana Desa ADD
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mekanisme penyaluran Alokasi Dana Desa ADD adalah sebagai berikut:
1. Penyediaan dana untuk ADD beserta untuk pengelolaannya dianggarkan
dalam APBD setiap tahunnya. 2. Pengajuan ADD dapat dilakukan oleh pemerintah desa apabila sudah
ditampung dalam APBDesa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. 3. Mekanisme penyaluran secara teknis yang menyangkut penyimpanan,nomor
rekening, transfer, Surat Permintaan Pembayaran, mekanisme pengajuan dan lain-lain diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
di daerah.
2.5.8. Penggunaan Alokasi Dana Desa ADD
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Alokasi Dana Desa ADD adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan Alokasi Dana Desa dimusyawarahkan antara Pemerintah Desa dengan masyarakat dan dituangkan dalam Peraturan Desa tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa APBDesa tahun yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengelolaan Alokasi Dana Desa dilakukan oleh Pemerintah Desa yang dibantu oleh Lembaga Kemasyarakatan di Desa.
3. Kegiatan – kegiatan yang dapat didanai oleh ADD adalah sesuai dengan ketentuan penggunaan belanja APBDesa.
4. Bagian dari ADD yang digunakan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat desa, sekurang-kurangnya adalah sebesar 60.
5. Peraturan lebih lanjut tentang teknis pelaksanaannya dapat diatur dalam Keputusan Kepala Desa.
6. Perubahan penggunaan ADD yang tercantum dalam APBDesa dapat diatur sesuai dengan kebijakan yang berlaku di daerah.
7. Guna kepentingan pengawasan, maka semua penerimaan dan pengeluaran keuangan sebagai akibat diberikannya Alokasi Dana Desa dicatat dan
dibukukan sesuai dengan kebijakan daerah tentang APBDesa.
2.5.9. Pelaporan Alokasi Dana Desa ADD
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaporan ADD adalah sebagaiberikut: 1. Pelaporan diperlukan dalam rangka pengendalian dan untuk mengetahui
perkembangan proses pengelolaan dan penggunaan ADD. Adapun jenis pelaporan mencakup:
a. Perkembangan pelaksanaan dan penyerapan dana. b. Masalah yang dihadapi.
c. Hasil akhir penggunaan ADD. 2. Laporan ini dilaksanakan melakui jalur struktural yaitu dari tim pelaksana
tingkat Desa diketahui oleh Kepala Desa ke tim pendamping tingkat Kecamatan secara bertahap. Selanjutnya tim pendamping tingkat Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
membuat laporanrekapan dari seluruh laporan tingkat desadi wilayahnya secara bertahap melaporkan kepada Bupati melalui tim fasilitasi tingkat
Kabupaten. 3. Berbagai jenis laporan tersebut tersedia di kantor Kepala Desa untuk dapat
diakses dengan mudah oleh mereka yang membutuhkannya.
2.5.10. Pengawasan Alokasi Dana Desa ADD
Pemerintah provinsi wajib mengkoordinir pemberian dan penyaluran alokasi dana desa dari kabupatenkota kepada desa. Pemerintah kabupaten kota dan
camat wajib membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengawasan ADD adalah sebagai berikut:
1. Pengawasan terhadap ADD beserta kegiatan pelaksanaanya dilakukan secara fungsional oleh pejabat yang berwenang dan oleh masyarakat sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 2. Jika terjadi penyimpangan atau penyalahgunaan ADD, maka penyelesaiannya
secara berjenjang, mulai dari ditingkat desa kemudian kecamatan. 3. Beberapa indikator yang dapat diberlakukan dalam menilai keberhasilan
pengelolaan dan penggunaan ADD, yaitu: a. Pengelolaan
1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang adanya ADD. 2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan
pembangunan tingkat Desa. 3. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pertanggungjawaban
penggunaan ADD oleh pemerintah desa. b. Penggunaan
Universitas Sumatera Utara
1. Kegiatan yang didanai sesuai dengan yang telah direncanakan dalam APBDesa.
2. Daya serap realisasi keuangan sesuai yang ditargetkan. 3. Tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi.
4. Besarnya jumlah penerima manfaat terutama dari kelompok miskin. 5. Tingginya kontribusi masyarakat dalam mendukung penggunaan ADD.
6. Terjadi peningkatan Pendapatan Asli Desa. 7. Mampu bersinergi dengan program-program pemerintah yang adadi desa
tersebut surat edaran menteri dalam negeri nomer 140640SJ tanggal 22 maret tahun 2005 perihal pedoman alokasi dana desa dari pemerintah
kabupatenkota kepada pemerintah desa.
2.5.11. Organisasi Pengelola Alokasi Dana Desa ADD
Organisasi atau satuan kerja perangkat daerah SKPD yang memonitoring jalannya alokasi dana desa pada setiap desa di Kabupaten dairi dari mulai
penyusunan anggaran, penatausahaan pencairan dana sampai dengan pertanggung jawabannya yaitu Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa dan semua kecamatan yang ada di Kabupaten dairi. Pertanggungjawaban alokasi dana desa ADD terintegrasi dengan pertanggung
jawaban APBDesa, sehingga bentuk pertanggung jawabannya adalah pertanggung jawaban APBDesa. Bentuk pelaporan atas kegiatan-kegiatan dalam APBDesa
yang dibiayai dari ADD adalah, sebagai berikut: a.
Laporan berkala, artinya laporan mengenai pelaksanaan penggunaan dana ADD dibuat secara rutin setiap bulan. Adapun yang dimuat dalam laporan ini
adalah realisasi penerimaan ADD dan realisasi belanja ADD.
Universitas Sumatera Utara
b. Laporan akhir penggunaan ADD, yang mencakup perkembangan pelaksanaan
dan penyerapan dana, masalah yang dihadapi, dan rekomendasi penyelesaian hasil akhir penggunaan ADD.
Penyampaian laporan dilaksanakan melalui jalur struktural, yaitu dari tim pelaksana tingkat desa dan diketahui kepala desa ke tim pendamping tingkat
kecamatan secara bertahap. Tim pendamping tingkat kecamatan membuat laporan rekapan dari seluruh laporan tingkat desa di wilayah dan secara bertahap
melaporkannya kepada bupati cq. Tim fasilitas tingkat kabupaten kota. Pembiayaan dalam rangka pelaksanaan tugas pendampingan tim pendamping
dibebankan kepada APBD kabupaten kota diluar dana Alokasi Dana Desa ADD.
2.6. Pengangguran
Pengangguran adalah masalah yang seringkali menghantui baik negara maju maupun negara berkembang. Tingkat penganggruran yang terlalu tinggi
tidak hanya dapat mengganggu stabilitas keamanan namun juga stabilitas politik. Karenya pemerintah di semua negara selalu berusaha agar pengangguran yang
terjadi berada pada tingkat yang “wajar”. Sebaliknya penganggur adalah orang
yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan payaman simanjuntak,
1985.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat pengangguran = Jumlah penganggur X 100 Jumlah angkatan kerja
Secara singkat:
Tingkat pengangguran adalah perbandingan jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja, dinyatakan dalam persen.
Menurut sebab terjadinya, pengangguran dapat digolongkan kepada tiga jenis yaitu pengangguran friksional, structural dan musiman.
a. Pengangguran Friksional