bergaul, pola hidup lingkungan, kegiatan dalam masyarakat, dan media.
b Faktor non-sosial, didalamnya menyakut hal seperti sarana dan
prasarana sekolah kurikulum, media pendidikan, keadaan gedung, sarana belajar, waktu belajar, rumah, dan alam.
b. Cara Mengukur Prestasi Belajar
Secara formal, pengukuran dapat diartikan sebagai pemberian angka terhadap suatu karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal, atau objek
tertentu menurut aturan atau rumusan yang jelas. Dalam hal ini, pengukuran prestasi belajar merupakan proses membandingkan tingkat keberhasilan belajar
pembelajaran dengan ukuran keberhasilan atau prestasi belajar dan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif.
Tes prestasi belajar biasanya dibuat oleh guru sendiri dalam bentuk tes lisan maupun tertulis. Tes tertulis dibedakan menjadi dua yaitu tes objektif dan tes
essay. Tes objektif ialah tes yang dibuat sedemikian rupa kemudian dinilai oleh siapapun menghasilkan skor yang sama. Sedangkan tes essay adalah tes yang
berbentuk pertanyaan tertulis, membutuhkan jawaban yang sifatnya menjabarkan atau merangkai kalimat yang panjang. Dalam penelitian ini menggunakan tes
tertulis yang berupa 10 soal objektifpilihan ganda untuk mengukur kognitif produk yaitu prestasi belajar. Sedangkan tes dalam bentuk essay terdiri dari 4 soal
untuk mengukur kognitif proses yaitu kemampuan membuat dan membaca grafik.
Menurut Djaali dan Muljono 2007: 4, menyatakan bahwa prestasi belajar dapat diukur dengan menggunakan tes yang dibedakan menjadi dua macam yaitu
tes baku dan tes buatan guru. Tes baku merupakan tes yang telah diuji di lapangan dengan maksud mendapatkan data tentang tingkat reliabilitas dan validitas
pengukuran serta standar normatif yang dipakai untuk menafsirkan skor tes. Sedangkan, tes buatan guru merupakan tes yang dibuat oleh seseorang atau
kelompok untuk digunakan sesaat dan hanya berlakukan secara intern serta hanya untuk mengukur satu jenis kemampuan.
2.2 Penelitian yang Relevan
Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya tentang metode inkuiri, prestasi belajar, minat, keaktifan, serta keterampilan membuat dan membaca
grafik dalam pembelajaran. 1.
Utami 2011, meneliti upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang materi sifat benda dan perubahan wujud dengan metode
penemuan terbimbing. Sampel dalam penelitian yaitu siswa kelas V SD N Nyamplung Gamping Sleman yang berjumlah 17 orang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD N Nyamplang Gamping
Sleman Tahun ajaran 2010 2011 dalam mata pelajaran IPA khususnya pada materi sifat benda dan perubahan wujud. Peningkatan
pemahaman siswa ditandai dengan nilai rata-rata siswa pada kondisi awal 60,35 meningkat pada akhir siklus 1 yaitu 62,05 dan mencapai
70,82 pada akhir siklus 2. Nilai rata-rata untuk kerja siswa pada siklus 1 mencapai 61,70 dan pada siklus 2 mencapai 72,23. Sedangkan pada
siklus 1 adalah 64,7 , dan pada akhir siklus 2 adalah 88,23. 2.
Utaminingsih 2008, meneliti tentang pembelajaran dengan pendekatan penemuan terhadap prestasi belajar Fisika perlu diungkap
melalui sebuah penelitian yang dirancang dan diimplementasikan dalam suatu studi eksperimen untuk dilihat efektifitasnya. Sampel
dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X semester gasal Tahun Ajaran 2007 2008 SMA BOPKRI II Yogyakarta. Dua dari lima kelas yang
dipilih sebagai sampel, yaitu kelas X.B sebagai kelompok penelitian dan kelas X.A sebagai kelompok kontrol dengan jumlah masing-
masing kelas terdiri dari 21 siswa. Dari hasil analisis data prestasi, minat dan keaktifan siswa, dapat diketahui bahwa pendekatan metode
penemuan discovery pada pembelajaran Fisika mempunyai pengaruh yang berarti terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMA
BOPKRI II Yogyakarta, yaitu ada peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan pada kelas penelitian, yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan penemuan. Minat belajar siswa di kelas penelitian lebih tinggi dibanding kelas kontrol, dimana siswa
lebih menyukai proses pengajaran, siswa dapat mencerna materi pelajaran, serta siswa lebih berminat untuk mempelajari bidang studi
Fisika. Selain itu, diperoleh hasil bahwa dengan pendekatan penemuan, keaktifan siswa dalam belajar di kelas lebih baik, dimana
siswa kelas menjadi lebih aktif dalam mengemukakan pendapat, bertanya pada guru, bertanya pada siswa lain, berdiskusi dengan siswa
lain, pengerjaan tugaslaporan serta dalam menjawab pertanyaan lisan dari guru.
Jadi melalui kedua penelitian diatas telah membuktikan bahwa metode penemuan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi sifat benda dan
perubahan wujud serta prestasi belajar Fisika.
2.3 Hipotesis Penelitian