Pembahasan Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa Kelas XII IIS SMA Negeri di Kabupaten Ba
pribadi siswa adalah rendah. Dengan demikian ditemukan hasil penelitian
bahwa ada
hubungan positif
antara tingkat
keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan intergitas pribadi siswa
Correlation Coefficient Spearman’s rho = 0,182; Sig 1-tailed = 0,003
α = 0,01. Nilai koefisien korelasi tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan
kurikulum 2013 dan integritas pribadi siswa menunjukkan drajat hubungan kedua variabel adalah positif namun dengan kategori
sangat lemah. Hubungan positif pada kategori sangat lemah bermakna hubungan tersebut tidak sensitif antar skor variabel.
Hubungan sensitif terjadi apabila semua responden menjawab setiap butir pernyataan kuesioner secara konsisten, sehingga
menghasilkan skor tinggi untuk satu variabel dan skor tinggi untuk variabel lainnya sehingga korelasi kedua variabel tersebut menjadi
kuat. Namun dalam korelasi tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dan integritas menunjukkan hubungan yang tidak
sensitif. Hal tersebut ditunjukkan ketidakkonsistenan skor responden, hubungan yang tidak sensitif dikarenakan tidak semua
responden secara konsisten menghasilkan skor yang tinggi untuk kedua varaibel. Contohnya ada beberapa responden memiliki skor
tinggi untuk tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dan skor cukup untuk integritas peribadi, atau dengan kata lain skor-
skor pada integritas pribadi lebih rendah dari skor keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dan sebaliknya sehingga menyebabkan
korelasi lemah. Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Hasil penelitian ini sejalan dengan penilaian hasil belajar pembelajaran kontekstual yaitu tidak berdasarkan aspek akademik
saja, melainkan juga menilai perbuatan, penugasan, produk, dan portofolio. Perbuatan yang dimaksud antara lain jujur, disiplin, dan
tanggung jawab. Sebagaimana sejalan dengan kompetensi inti pada kurukulum 2013 yaitu pada KI II mengharapakan siswa dapat
menghayati dan mengamalkan perilaku-perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli gotong royong, kerjasama, toleran,
damai, santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia. Salah satu tujuan pembelajaran yang disampaikan KI II yaitu sikap jujur siswa, dimana komponen yang mendukung
berkembangnya sikap jujur siswa yaitu pada komponen menemukan
inquiry .
Sebagaimana sejalan
dengan inti
pembelajaran kontekstual menurut Rusman 2013:194 yaitu model atau sistem pembelajaran yang membantu siswa baik secara
individu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sesuai dengan pengalaman masing-masing. Menurut Kokom 2011:12 pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri melalui siklus: observasi;
bertanya; mengajukan
dugaan; pengumpulan
data; dan
penyimpulan. Dengan demikian pada proses menemukan siswa dituntut untuk menyampaikan hasil yang sebenarnya dari apa yang
mereka temukan tanpa adanya rekayasa atau tidak mengada-ada. Sehingga siswa diharapkan memiliki nilai kejujuran tinggi
integritas agar apa yang siswa dapatkan sesuai dengan keadaannya. Hal tersebut berarti semakian baik tingkat
keterlaksanaan pembelajaran kontekstual maka berkecenderungan meningkatkan integritas pribadi siswa.Sebagaimana halnya dengan
responden pada penelitian ini bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual dan integritas pribadi siswa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa keeratan hubungan positif tersebut
termasuk dalam kategori sangat lemah, hal tersebut diduga dalam penerapan pembelajaran kontekstual telah berjalan sesuai dengan
kehidupan sehari-hari dan dapat meningkatkan kejujuran siswa, namun
dalam membentuk
kejujuran integritas
siswa membutuhkan proses yang panjang meliputi faktor internal dan
eksternal. Dengan demikian tidaklah cukup membentuk karakter PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kejujuran siswa selama siswa menempuh pendidikan formal. Perlu diketahui bahwa pembelajaran kontekstual di sekolah hanya salah
satu faktor eksternal yang dapat menjadi sarana bagi siswa untuk membentuk sikap jujur siswa, maka sangatlah mungkin berdampak
lemahnya hubungan antara pembelajaran kontekstual dan integritas pribadi siswa, sehingga perlu perbaikan dari faktor lingkungan agar
siswa menjadi pribadi yang berintegirtas. Sehingga dapat disimpulkan untuk keseluruhan populasi bahwa penerapan
pembelajaran kontesktual pada kurikulum 2013 dan integritas pribadi siswa belum berjalan dengan baik.
3. Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual pada Materi Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2013 dan Minat Belajar
Siswa Berdasarkan analisis data bahwa terdapat 224 siswa yang
menjadi responden dalam penelitian, persepsi siswa tentang tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual berkecenderungan pada
kategori tinggi yaitu dengan jumlah 97 siswa 43,3. Tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi
berdasarkan kurikulum 2013 menunjukkan bahwa nilai rata-rata mean
= 119,8036, nilai tengah median = 120, dan nilai yang sering muncul modus = 119. Hal tersebut menunjukkan bahwa
persepsi siswa tentang keterlaksanaan pembelajaran kontekstual adalah
tinggi. Sementara
pada minat
belajar siswa
berkecenderungan pada kategori cukup yaitu dengan jumlah 75 siswa 33,5. Minat belajar siswa menunjukkan nilai rata-rata
mean = 67,5402, nilai tengah median 67, dan nilai yang sering
muncul modus = 66. Hal tersebut menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang minat belajar adalah cukup. Dengan demikian
ditemukan hasil penelitian bahwa ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi
akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan minat belajar siswa Correlation Coefficient Spearman’s rho = 0,561; Sig 1-tailed =
0,000 α = 0,01. Sedangkan nilai koefisien korelasi tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi
berdasarkan kurikulum 2013 dan minat belajar siswa menunjukkan derajat hubungan kedua varaibel adalah positif dengan kategori
cukup. Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
Menurut Nurhadi 2002 Rusman, 2013:190 pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.Sehingga dalam
pembelajaran kontekstual siswa dituntut aktif dalam pembelajaran, dengan demikian siswa harus memiliki minat belajar agar
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Sebagaimana diungkapkan Sounders 1999:5-10 Kokom, 2011:8 bahwa salah
satu yang difokuskan pembelajaran kontekstual adalah keterkaitan relevansi dimana proses pembelajaran hendaknya ada keterkaitan
dengan bekal pengetahuan yang telah ada pada diri siswa yaitu relevansi antar faktor internal seperti bekal pengetahuan,
keterampilan, bakat, minat, dengan faktor eksternal seperti ekspose media dan pembelajaran oleh guru dan lingkungan luar. Penjelasan
tersebut mengemukakan bahwa perlunya minat siswa dalam pembelajaran kontekstual. Dengan demikian semakin baik tingkat
keterlaksanaan pembelajaran kontekstual maka berkecenderungan meningkatkan minat belajar siswa. Sebagaimana halnya dengan
responden pada penelitian ini bahwa hasil penelitian menunjukan ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran
kontekstual dan minat belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keeratan hubungan positif tersebut termasuk dalam kategori
cukup, hal tersebut diduga dalam penerapan pembelajaran kontekstual cukup berjalan dengan baik sehingga minat belajar
siswa cukup meningkat sehingga dapat disimpulkan untuk keseluruhan populasi bahwa penerapan pembelajaran kontekstual
pada kurikulum 2013 dan minat belajar siswa cukup berjalan dengan baik.
122
BAB VI
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN