Demikian pula sarana dan fasilitas yang kurang mendukung seperti buku pelajaran, ruang kelas, laboratorium yang tidak
lengkap dapat mempengaruhi minat siswa. 3 Teman sepergaualan, sesuai dengan masa perkembangan siswa
yang senang membuat kelompok dan banyak bergaul dengan kelompok yang diminati, teman pergaulan yang ada di
sekelilingnya berpenagruh terhadap minat belajar. 4 Media massa, kemajuan teknologi seperti VCD, telephon, HP,
televisi, dan media cetak lainnya seperti buku bacaan, majalah, dan surat kabar, semua itu dapat mempengaruhi minat belajar
siswa.
F. Kerangka Berfikir
1. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan keterampilan berkomunikasi
Dalam pembelajaran kontekstual siswa diharapakan dapat secara aktif mencari sumber-sumber pembelajaran, yaitu tidak hanya
bersumber dari guru namun juga dapat bersumber dari kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa dapat mengaitkan
materi dengan situasi yang sebenarnya. Ciri pembelajaran kontekstual yang lain adalah memerlukan kerja sama, dengan kerja sama sesorang
dapat mengkomunikasikan ide-ide yang dimiliki. Menyampaikan ide tidaklah mudah, memerlukan keterampilan dalam bidang komunikasi
agar orang lain dapat mengerti apa yang ingin kita sampaikan. Dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran kontekstual siswa dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasinya, karena apabila siswa tidak memiliki
keterampilan berkomunikasi dengan baik maka kerjasama tersebut tidak dapat berjalan dengan baik. Keterampilan berkomunikasi merupakan
suatu kemampuan dimana seseorang dapat menyampaikan pesan, ide, informasi, pengetahuan, dan konsep kepada orang lain sehingga orang
lain yang menjadi lawan berbicara mengerti apa yang dimaksudkan. Dengan demikian, jika seseorang dapat melaksanakan pembelajaran
kontekstual dengan baik, maka orang tersebut dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasinya. Berdasarkan penjelasan di atas penulis
menduga adanya hubungan positif tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan keterampilan berkomunikasi siswa.
2. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan integritas pribadi siswa.
Pembelajaran kontekstual dalam penilaiannya tidak hanya pada aspek akademik saja, melainkan juga menilai perbuatan, penugasan,
produk, dan portofolio. Penilaian perbuatan tentu saja tidak lepas dari karakter integritas siswa. Karakter siswa yang diharapkan salah
satunya adalah kejujuran. Jujur adalah segala sesuatu yang benar adanya, adanya kesamaan antara ucapan dan kenyataan, sehingga dapat
menimbulkan suatu kepercayaan terhadap orang yang mengatakannya. Salah satu prinsip dalam pembelajaran kontekstual yang mendukung
berkembangnya karakter jujur pada siswa adalah inquiry menemukan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam pembelajaran kontekstual pengetahuan yang dimiliki siswa tidak hanya dari hasil ingatan seperangkat fakta atau konsep, namun juga
berasal dari hasil menemukan sendiri. Dengan demikian dalam pembelajaran kontekstual akan membentuk integritas pribadi siswa
yaitu kejujuran, karena siswa diharapkan dapat menyampaikan hasil yang sebenarnya dari apa yang mereka temukan tanpa adanya rekayasa
atau tidak mengada-ada. Oleh karena itu penulis menduga ada hubungan positif tingkat keterlaksanaan pembelajaran dengan integritas
siswa. 3. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan
minat belajar siswa. Menurut Slameto dalam Syaiful, 2011:191 minat adalah rasa
lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat belajar siswa sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran karena minat merupakan faktor pendorong dari dalam diri siswa. Dalam setiap pembelajaran siswa diharapakan memiliki minat
belajar, agar pembelajaran dapat berjalan sesuai kompetensi yang diharapkan. Begitupula pada pembelajaran kontekstual, di dalam
pembelajaran kontekstual siswa diharapkan dapat mengaitkan materi dengan kehidupan nyata atau sebenarnya, hal tersebut harus ada minat
dari diri siswa agar apa yang dimaksudkan sesuai dengan kenyataan. Membangkitkan minat belajar siswa tidaklah mudah, namun dengan
bantuan guru dalam pembelajaran kontekstual maka minat siswa dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tumbuh. Misalnya saja dengan memberikan contoh-contoh nyata sesuai dengan
kehidupan, sehingga
siswa merasa
tertarik untuk
memperhatikan pembelajaran. Oleh karena siswa telah tertarik untuk memperhatikan pembelajaran maka lama kelamaan ketertarikan
tersebut dapat menjadi minat belajar siswa. Dengan demikian jika pembelajaran kontekstual dapat berjalan dengan baik maka dapat
menumbuhkan minat belajar siswa. Oleh karena itu penulis menduga ada hubungan keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan minat
belajar siswa.
G. Model Penelitian
Hubungan antara variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan secara sistematis dalam paradigma penelitian sebagai berikut:
1. 2.
3.
Y
1
Y
2
Y
3
X PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keterangan : X
: Tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekastual Y
: 1. Keterampilan berkomunikasi 2. Integritas pribadi kejujuran
3. Minat belajar :1.Hubungan
tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum
2013 dengan keterampilan berkomunikasi. :2.Hubungan
tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum
2013 dengan integritas pribadi kejujuran. :3.Hubungan
tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum
2013 dengan minat belajar
H. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berfikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. H
o1
: Tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan
kurikulum 2013 dan keterampilan berkomunikasi siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI