Pembelajaran Kontesktual Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa Kelas XII IIS SMA Negeri d
Aspek Pendekatan CTL
Pendekatan Tradisional
Pengukuran hasil belajar
Hasil belajar diukur dengan berbagai cara:
proses kerja,
hasil karya,
penampilan, rekaman, dll
Hasil belajar
hanya diukur dengan tes
Terjadinya proses pembelajaran
Pembelajaran terjadi diberbagai
tempat, konteks, dan setting
Pembelajaran hanya
terjadi dalam kelas Sanksi
dari perilaku jelek
Penyesalan adalah
hukuman dari perilaku jelek
Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek
Dasar perilaku
baik Perilaku baik berdasar
motivasi instrinsik Perilaku baik berdasar
motivasi ekstrinsik Kesadaran
akan berperilaku baik
Seseorang berperilaku baik
karena yakin
itulah yang terbaik dan bermanfaat
Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa
melakukan begitu.
4. Perbedaan Pembelajaran
Kontekstual dengan
Pembelajaran Konvensional
Menurut Depdiknas dalam Hosnan, 2014:268 pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional, perbedaan
tersebut antara lain:
Tabel 2.4 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran
Konvensional Aspek
CTL Konvensional
Pemilihan informasi
Pemilihan informasi
kebutuhan individu
siswa Pemilihan
informasi ditentukan guru
Bidang yang
difokuskan Cenderung
mengintegrasikan beberapa
bidang disiplin
Cenderung terfokus
pada satu
bidang disiplin tertentu
Pemberian informasi
Selalu mengaitkan
informasi dengan
Memberikan tumpukan informasi kepada siswa
Aspek CTL
Konvensional
pengetahuan awal
yang telah dimiliki siswa
sampai pada saatnya diperlukan
Penilaian belajar Menerapkan penilaian
autentik melalui
penerapan praktis
dalam pemecahan
masalah Penilaian hasil belajar
hanya melalui kegiatan akademik
berupa ujianulangan
5. Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual Ada tujuh komponen yang mendasari pembelajaran kontekstual,
yaitu: a. Konstruktivisme Constructivism
Menurut Rusman 2013:193 konstruktivisme merupakan landasan berfikir dalam pendekatan kontekstual, pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya akan diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah
sekedar konsep atau kaidah yang siap untuk diingat dan digunakan, namun manusia harus dapat mengonstruksi pengetahuan tersebut
agar dapat memberikan pedoman nyata yang dapat diterapkan dalam kondisi nyata.
b. Menemukan inquiry Menurut Rusman 2013:194 menemukan merupakan kegiatan
inti pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tidak hanya dari hasil ingatan seperangkat fakta atau konsep,
namun juga berasal dari hasil menemukan sendiri. Dalam komponen kedua ini siswa secara individu maupun kelompok diharapkan dapat
menemukan pengetahuan sendiri dengan pengalaman masing- masing, sehingga hasil pembelajaran yang berasal dari hasil dan
kreativitas sendiri akan bersifat tahan lama untuk diingat. c. Bertanya questioning
Menurut Rusman 2013:195 bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran kontekstual. Dalam pembelajaran
kontekstual pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau
sumber belajar yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Sehingga tugas guru adalah untuk membimbing siswa melalui
pertanyaan yang diajukan untuk mencari dan menemukan kaitan antara konsep yang dipelajari dengan kehidupan nyata.
d. Masyarakat belajar learning community Menurut Rusman 2013:195 pembelajaran kontekstual
membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya, melalui berbagi
pengalaman diharapkan dapat menambah pengetahuan yang lebih banyak. Pemanfaatan sumber belajar tidak terbatas pada teman-
teman atau lingkup kelas saja, namun juga berasal dari sumber- sumber dari luar kelas yaitu keluarga dan masyarakat.
e. Pemodelan modelling Sebagaimana
dikemukakan Kokom
2011:12 dalam
pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu ada model yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bisa ditiru. Guru dapat menjadi model yaitu dengan memberikan contoh cara mengerjakan tertantu, namun guru bukanlah menjadi
satu-satunya model. Siswa dapat dilibatkan dalam perancangan model, misalnya siswa ditunjuk untuk memberikan contoh pada
temannya. f. Refleksi reflection
Menurut Rusman 2013:197 refleksi yaitu berfikir ke belakang tentang apa saja yang telah dilakukannya di masa lalu, dan
mengendapkan apa yang baru saja dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari
pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan
melakukan diskusi dengan dirinya sendiri. Sehingga siswa dapat merespon apa yang dikerjakan di masa lalu dan membandingkan
dengan pengetahuan yang baru. g. Penilaian sebenarnya authentic assessment
Menurut Kokom 2011:13 tahap akhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan penilaian. Kemajuan belajar siswa
dinilai dari proses, bukan semata hasil. Penilaian dapat berupa penilaian tertulis dan penilaian berdasarkan perbuatan, penugasan,
produk, atau portofolio. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Menurut Johnson Kokom, 2011:7 ada delapan karakteristik
contectual teaching and lerning , yaitu:
a. Making meaningful connections membuat hubungan penuh makna.
Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang
yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat learning by doing.
b. Doing significant work melakukan pekerjaan penting Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan
berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat.
c. Self-regulated learning belajar mengatur sendiri Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya,
ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produkhasilnya yang sifatnya nyata.
d. Collaborating kerja sama Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja
secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling memengaruhi dan saling berkomunikasi.
e. Critical and creative thinking berfikir kritis dan kreatif Siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi
secara kritis dan kreatif: menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan
bukti-bukti dan logika. f. Nurturing the individual memelihara individu
Siswa memelihara
pribadinya: mengetahui,
memberi perhatian, memberi harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan
memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa.
g. Reaching high standards mencapai standar tinggi Artinya, siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi:
mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. h. Using authentic assessment penggunaan penilaian sebenarnya
Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya.
Guru memerlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut “excellence”.
i. Using authentic assessment mengadakan asesmen autentik Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks
dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna. Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka
pelajari untuk diaplikasi dalam kehidupan nyata. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pendapat lain mengenai karakteristik pembelajaran kontekstual diungkapkan oleh Sounder Kokom, 2011:8 yang difokuskan pada
REACT Relating, Experencing, Applying, Cooperating, dan Transfering
. Penjelasan masing-masing karakteristik pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
a. Keterkaitan, relevansi relating Proses pembelajaran hendaknya ada keterkaitan relevansi
dengan bekal pengetahuan prerequisite knowledge yang telah ada pada diri siswa relevansi antar faktor internal seperti bekal
pengetahuan, keterampilan, bakat, minat, dengan faktor eksternal seperti ekspose media dan pembelajaran oleh guru dan lingkungan
luar, dan dengan konteks pengalaman dalam kehidupan dunia nyata seperti manfaat untuk bekal bekerja dikemudian hari.
b. Pengalaman langsung experiencing Dalam proses pembelajaran, siswa perlu mendapatkan
pengalaman langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan discovery, inventori, investigasi, penelitian, dan sebagainya.
Experiencing dipandang sebagai jantung pembelajaran kontekstual.
Proses pembelajaran akan berlangsung cepat jika siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan sumber
belajar, dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian yang lain secara aktif.
c. Aplikasi applying Menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
dipelajari dalam situasi dan konteks yang lain merupakan pembelajaran tingkat tinggi, lebih dari sekedar hafal. Kemampuan
siswa menerapkan konsep dan informasi dalam konteks yang bermanfaat juga dapat mendorong siswa memikirkan karir dan
pekerjaan di masa depan yang mereka minati. Dalam pembelajaran kontekstual, penerapan ini lebih banyak diarahkan pada dunia
kerja, dalam kegiatan pembelajaran di kelas, pengenalan dunia kerja ini dilaksanakan dengan menggunakan buku teks, video, dan
laboratorium. d. Kerja sama cooperating
Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antar sesama
siswa, antar siswa dengan guru, antar siswa dengan nara sumber, memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan
strategi pembelajarn pokok dalam pembelajarn kontekstual. e. Alih pengetahuan transferring
Pembelajarn kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang telah dimiliki pada situasi lain. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki tidak sekedar untuk dihafal,
tetapi digunakan atau dialihkan pada situasi dan kondisi lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI