Kurikulum 2013 Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa Kelas XII IIS SMA Negeri di Kabupate

Kurikulum 2013 KTSP hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. c. Di jenjag SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI Di jenjang SD Temtik Tepadu untuk kelas I-III d. Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013 e. Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMPSMASMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah scientific approach , yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi f. TIK Teknologi Informasi dan Komunikasi bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran. TIK sebagai mata pelajaran g. Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil belajar. Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan h. Pramuka menjadi ekstrakulikuler wajib Pramuka bukan ekstrakulikuler waib i. Peminatan penjurusan mulai kelas X untuk jenjang SMAMA Penjurusan mulai kelas XI j. BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa 5. Indikator Keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 Menurut Daryanto 2014:11 indikator keberhasilan implementasi kurikulum 2013 yaitu: Tabel 2.2 Indikator Keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 Entitas pendidikan Indikator keberhasilan a. Peserta didik Lebih produktif, kreatif, inovatif, afektif, lebih senang belajar b. Pendidik dan Tenaga kependidikan Lebih bergairah dalam melakukan proses pembelajaran Lebih mudah dalam memenuhi ketentuan 24 jam per minggu c. Manajemen satuan pendidik Lebih mengedepankan layanan pembelajaran termasuk bimbingan dan penyuluhan d. Negara dan bangsa Terjadinya proses pembelajaran yang lebih variatif di sekolah Reputasi internsional pendidikannya menjadi lebih baik e. Masyarakat umum Memiliki daya saing yang lebih tinggi, sehingga lebih menarik bagi investor Memperoleh lulusan sekolah lebih berkompeten Dapat berharap kebutuhan pendidikan akan dipenuhi oleh sekolah. 6. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik Dalam pendekatan saintifik ada beberapa langkah yang harus dijalani, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan data, menalar, dan melakukan komunikasi. Langkah-langkah tersebut harus ada dalam pendekatan saintifik, namun tidak dituntut dalam satu kali pertemuan harus melakukan kelima langkah tersebut. Sebagaimana disampaikan Daryanto 2014:59 langkah-langkah pendekatan saintifik sebagai berikut: a. Melakukan pengamatan observasi Observasi adalah menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi. Metode ini memiliki keunggulan, karena harus menyajikan objek secara nyata untuk diamati sehingga peserta didik lebih mudah melaksanakannya. Dalam kegiatan ini hal yang dapat dilakukan siswa yaitu: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Sedangkan tugas guru dalam langkah ini adalah memfasilitasi siswa. b. Mengajukan pertanyaan Langkah kedua yaitu mengajukan pertanyaan, dalam langkah ini guru membimbing peserta didik untuk mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta. Dalam kegiatan mengajukan pertanyaan, siswa diharapkan dapat mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup yang cerdas. c. Mengumpulkan informasi Kegiatan selanjutnya adalah mengumpulkan data atau informasi. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan bertanya. Aktivitas mengumpulkan informasi dapat dilakukan dengan melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objekkejadianaktivitas wawancara dengan nara sumber, dan sebagainya. Dalam kegiatan mengumpulkan informasi siswa diharapkan dapat mengembangkan sikap jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, dan dapat menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi dengan berbagai cara. d. Menalarmengolah informasi Setelah melakukan kegiatan mengumpulkan informasi dari eksperimen, mengamati, dan kegiatan mengumpulkan informasi lainnya, dalam kegiatan menalar adalah memproses informasi- informasi yang didapatkan sehingga dapat menemukan keterkaitan antar informasi tersebut. Aktivitas menalar merupakan proses berfikir logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam aktivitas menalarmengumpulkan informasi siswa dapat mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, dan kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berfikir deduktif dan induktif dalam menyimpulkan. e. Melakukan komunikasi Kegiatan melakukan komunikasi merupakan kegiatan menyampaikan hasil pengamatan dan kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Dalam kegiatan ini siswa diharapkan dapat mengembangkan sikap jujur, teliti, toleran, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemampuan berfikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

B. Pembelajaran Kontesktual

1. Pengertian Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual Keterlaksanaan berasal dari kata laksana, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007:627 berarti sifat, laku, atau perbuatan. Imbuhan keter – an menyatakan sesuatu hal atau peristiwa yang telah terjadi. Dengan demikian, keterlaksanaan berarti sesuatu perbuatan atau peristiwa yang sudah terjadi. Menurut Komalasari 2010:7 pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara matari yang dipelajari dengan kehidupan nyata peserta didik sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Sedangkan menurut Johnson 2002 Kunandar, 2007:295 mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya. Berdasarkan bebrapa definisi di atas maka dapat disimpulkan definisi keterlaksanaan pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh sekolah dengan cara mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa, dan mendorong siswa untuk menghubungkan bahan pelajaran dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari. 2. Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual Menurut Kunandar 2007:298 ciri-ciri pembelajaran kontekstual antara lain: a. Adanya kerja sama antar semua pihak b. Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem c. Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda- beda d. Saling menunjang e. Menyenangkan, tidak membosankan f. Belajar dengan bergairah g. Belajar terintegrasi h. Menggunakan berbagai sumber i. Siswa aktif j. Sharing dengan teman k. Siswa kritis, guru kreatif l. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan sebagainya m. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan sebagainya. 3. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional Pembelajaran kontekstual merdasarkan pada filosofi kontruktivisme. Kontruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi bentukan kita sendiri Glasersfeld, 1989:34. Menurut para kontruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang guru ke kepala orang lain siswa, namun harus siswa sendirilah yang mengartikan apa yang diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman- pengalaman Lorsbach dan Tobin, 1992:67. Pembelajaran kontekstual yang berlandaskan konstruktivisme tersebut merupakan pembaruan terhadap pembelajaran tradisional selama ini yang lebih bercorak behaviorismestrukturalisme. Ditjen Dikdasmen 2003 Kokom, 2011:18 mengungkapkan perbedaan pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran tradisional terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.3 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional Aspek Pendekatan CTL Pendekatan Tradisional Perilaku siswa dalam proses pembelajaran Siswa secara aktif terlibat proses pembelajaran Siswa adalah penerima informasi secara pasif Sistem Kerja Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi Siswa belajar secara individu Karakteristik Pembelajaran Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Aspek Pendekatan CTL Pendekatan Tradisional atau masalah yang disimulasikan Dasar Pembangunan Perilaku Perilaku dibangun atas kesadaran diri Perilaku dibangun atas kebiasaan Dasar pengembangan keterampilan Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan Hadiah untuk perilaku baik Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai angka rapor Kesadaran perilaku jelek Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan Seseorang tidak melakukan hal jelek karena dia takut hukuman Pendekatan bahasa Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata Bahasa digunakan dengan pendekatan struktural: rumus diterangkan sampai paham, kemudian dilatihkan drill Penyampaian rumuskonsep Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa Rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus diterangkan, ditrima, dihafalkan, dan dilatihkan Sifat konsep yang diajarkan Pemahaman rumus itu relatif berbeda antara siswa yang satu dengan lainnya sesuai dengan skemata siswa Rumus adalah kebenaran absolut sama untuk semua siswa. Hanya ada dua kemungkinan, yaitu pemahaman rumus yang salah atau benar. Peran guru Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing Guru adalah penentu jalannya pembelajaran Penting tidaknya pengalaman Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa Aspek Pendekatan CTL Pendekatan Tradisional Pengukuran hasil belajar Hasil belajar diukur dengan berbagai cara: proses kerja, hasil karya, penampilan, rekaman, dll Hasil belajar hanya diukur dengan tes Terjadinya proses pembelajaran Pembelajaran terjadi diberbagai tempat, konteks, dan setting Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas Sanksi dari perilaku jelek Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek Dasar perilaku baik Perilaku baik berdasar motivasi instrinsik Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik Kesadaran akan berperilaku baik Seseorang berperilaku baik karena yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. 4. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Konvensional Menurut Depdiknas dalam Hosnan, 2014:268 pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional, perbedaan tersebut antara lain: Tabel 2.4 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Konvensional Aspek CTL Konvensional Pemilihan informasi Pemilihan informasi kebutuhan individu siswa Pemilihan informasi ditentukan guru Bidang yang difokuskan Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang disiplin Cenderung terfokus pada satu bidang disiplin tertentu Pemberian informasi Selalu mengaitkan informasi dengan Memberikan tumpukan informasi kepada siswa

Dokumen yang terkait

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa : survey pada siswa kelas XII IIS SMA di wilayah Kabupaten Bantul yang menerapkan kurikulum 2013.

0 0 165

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa : survei pada siswa kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan SMA N 1 Sentolo di Kabupaten Kulonprogo.

0 18 171

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 2

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan

0 2 219

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi Akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi dan minat belajar peserta didik : survei pada lima SMA di wilayah Kota Yogyakarta.

0 2 199

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 2 229

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada Materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar peserta didik : survei pada lima SMA di Kabupaten Gunungkidul.

0 0 211

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

5 14 226

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan Keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 205

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa

0 1 163