pembelajaran kontekstual maka bekecenderungan meningkatkan integritas pribadi siswa. Nilai +0,182 juga menandakan hubungan
dengan kategori sangat lemah, hal tersebut ditandai dengan keberadaan nilai 0,182 diantara nilai korelasi 0,00 dan 0,199
dimana pada rentang tersebut termasuk dalam ketegori tingkat hubungan sangat lemah. Sedangkan nilai Sig one-tailed pada
tabel 5.12 adalah sebesar 0,003 hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada
materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan integritas pribadi siswa adalah signifikan, karena nilai Sig one-tailed = 0,003
α 0,01. Artinya, H
a2
diterima dan H
02
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara tingkat
keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan integritas pribadi siswa dengan
kategori sangat lemah dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini.
c. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan minat belajar
siswa. H
o3
: Tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan
kurikulum 2013 dan minat belajar siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
H
a3
: Ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan
kurikulum 2013 dan minat belajar siswa.
Tabel 5.13 Hasil Uji Korelasi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran
Kontekstual pada Materi Akuntansi berdasarkan Kurikulum 2013 dan Minat Belajar Siswa
Correlations
Kontekstual Minat
Spearmans rho Kontekstual Correlation
Coefficient 1.000
.561 Sig. 1-tailed
. .000
N 224
224 Minat
Correlation Coefficient
.561 1.000
Sig. 1-tailed .000
. N
224 224
. Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed.
Berdasarkan tabel 5.13 Tampak bahwa Correlation Coefficient Spearman’s rho = +0,561. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa
hubungan tingkat
keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan
kurikulum 2013 dan minat belajar siswa adalah positif. Hubungan positif artinya, semakin baik tingkat keterlaksanaan pembelajaran
kontekstual maka berkecenderungan meningkatkan minat belajar siswa.Nilai +0,561 juga menandakan hubungan dengan kategori
cukup, hal tersebut ditandai dengan keberadaan nilai 0,561 diantara nilai korelasi 0,40 dan 0,599 dimana pada rentang tersebut
termasuk dalam ketegori tingkat hubungan cukup. Sedangkan nilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sig one-tailed pada tabel 5.13 Adalah sebesar 0,00 hal tersebut
menunjukkan bahwa
hubungan tingkat
keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan
kurikulum 2013 dan minat belajar siswa adalah signifikan, karena nilai Sig one-tailed
= 0,00 α 0,01. Artinya, H
a3
diterima dan H
03
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada
materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan minat belajar siswa dengan kategori cukup dapat digeneralisasikan pada populasi
penelitian ini.
D. Pembahasan
1. Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual pada Materi Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2013 dan Keterampilan
Berkomunikasi Berdasarkan analisis data bahwa terdapat 224 siswa yang
menjadi responden dalam penelitian, persepsi siswa tentang tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual berkecenderungan pada
kategori tinggi yaitu dengan jumlah 97 siswa 43,3. Tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi
berdasarkan kurikulum 2013 menunjukkan bahwa nilai rata-rata mean
= 119,8036, nilai tengah median = 120, dan nilai yang sering muncul modus = 119. Hal tersebut menunjukkan persepsi
siswa tentang keterlaksanaan pembelajaran adalah tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sementara pada keterampilan berkomunikasi berkecenderungan pada kategori tinggi yaitu dengan jumlah 119 siswa 53,1.
Keterampilan berkomunikasi menunjukkan bahwa nilai rata-rata mean
= 126,353, nilai tengah median = 125, dan nilai yang sering muncul modus = 121. Hal tersebut menunjukkan bahwa
persepsi siswa tentang keterampilan berkomunikasi adalah tinggi. Dengan demikian ditemukan hasil penelitian bahwa ada
hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013
dan keterampilan
berkomunikasi Correlation
Coefficient Spearman’s rho = 0,642; Sig 1-tailed = 0,000 α 0,01. Nilai
koefisien korelasi tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan
keterampilan berkomunikasi menunjukkan derajat hubungan kedua variabel adalah positif dengan kategori kuat. Berdasarkan temuan
hasil penelitian ini, maka dapat diuraikan sebagai berikut: Hasil penelitian ini sejalan dengan tujuh komponen utama
pembelajaran kontekstual khususnya pada komponen masyarakat belajar learning community, menurut Rusman 2013:196
penerapan learning community dalam pembelajaran di kelas akan banyak bergantung pada model komunikasi pembelajaran yang
dikembangkan oleh guru, dimana dituntut keterampilan dan profesionalisme guru untuk mengembangkan komunikasi banyak
arah interaksi, yaitu model komunikasi yang bukan hanya antara guru dengan siswa atau sebaliknya, akan tetapi secara luas dibuka
jalur hubungan komunikasi pembelajaran antara siswa dengan siswa lainnya.
Pembelajaran kontekstual menuntut siswa untuk dapat aktif dalam kelas yaitu untuk mencari sumber pembelajaran, salah
satunya siswa memerlukan kerja sama, dengan kerja sama seseorang dapat mengkomunikasikan ide-ide yang dimilikinya.
Menyampaikan ide tidaklah mudah, memerlukan keterampilan dalam bidang komunikasi agar orang lain dapat mengerti apa yang
kita sampaikan. Seperti yang diungkapkan John W. 2009:273 dalam melaksanakan pembelajaran dan pengajaran baik sebagai
guru maupun sebagai siswa membutuhkan dan dibutuhkan keterampilan berkomunikasi yang baik sehingga pembelajaran dan
pengajaran dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian, semakin baik tingkat keterlaksanaan pembelajaran
kontekstual maka berkecenderungan meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa.
Sebagaimana halnya dengan responden pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara tingkat
keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dan keterampilan berkomunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keeratan
hubungan positif tersebut termasuk dalam kategori kuat, hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tersebut diduga dalam penerapan pembelajaran kontekstual telah berjalan dengan baik sehingga keterampilan berkomunikasi siswa
dapat meningkat, sehingga dapat disimpulkan untuk keseluruhan populasi bahwa penerapan pembelajaran kontesktual pada
kurikulum 2013 dan keterampilan berkomunikasi telah berjalan dengan baik.
2. Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual pada Materi Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2013 dan Integritas
Pribadi Siswa Berdasarkan analisis data bahwa terdapat 224 siswa yang
menjadi responden dalam penelitian, persepsi siswa tentang tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual berkecenderungan pada
kategori tinggi yaitu dengan jumlah 97 siswa 43,3. Tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi
berdasarkan kurikulum 2013 menunjukkan bahwa nilai rata-rata mean
= 119,8036, nilai tengah median = 120, dan nilai yang sering muncul modus = 119. Hal tersebut menunjukkan persepsi
siswa tentang keterlaksanaan pembelajaran kontekstual adalah tinggi. Sementara pada integritas pribadi berkecenderungan pada
kategori rendah yaitu dengan jumlah 86 siswa 38,4. Integritas pribadi siswa menunjukkan nilai rata-rata mean = 71,6071, nilai
tengah median 71, dan nilai yang sering muncul modus = 70. Hal tersebut menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang integritas
pribadi siswa adalah rendah. Dengan demikian ditemukan hasil penelitian
bahwa ada
hubungan positif
antara tingkat
keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan intergitas pribadi siswa
Correlation Coefficient Spearman’s rho = 0,182; Sig 1-tailed = 0,003
α = 0,01. Nilai koefisien korelasi tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan
kurikulum 2013 dan integritas pribadi siswa menunjukkan drajat hubungan kedua variabel adalah positif namun dengan kategori
sangat lemah. Hubungan positif pada kategori sangat lemah bermakna hubungan tersebut tidak sensitif antar skor variabel.
Hubungan sensitif terjadi apabila semua responden menjawab setiap butir pernyataan kuesioner secara konsisten, sehingga
menghasilkan skor tinggi untuk satu variabel dan skor tinggi untuk variabel lainnya sehingga korelasi kedua variabel tersebut menjadi
kuat. Namun dalam korelasi tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dan integritas menunjukkan hubungan yang tidak
sensitif. Hal tersebut ditunjukkan ketidakkonsistenan skor responden, hubungan yang tidak sensitif dikarenakan tidak semua
responden secara konsisten menghasilkan skor yang tinggi untuk kedua varaibel. Contohnya ada beberapa responden memiliki skor
tinggi untuk tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dan skor cukup untuk integritas peribadi, atau dengan kata lain skor-