Pengeluaran Pemerintah Goverment Expenditure

wajib pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut pay as you earn. d Economy Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak. Di negara-negara yang sedang berkembang sebagian besar penerimaan pajaknya berasal dan sumber pajak tak langsung. Proporsi PDB terhadap pajak langsung pada negara sedang berkembang lebih rendah daripada pajak langsung dari negara-negara maju. Hal ini dikarenakan pada negara-negara yang sedang berkembang lebih rendah golongan berpenghasilan tingginya. Dalam perkembangannya akan terjadi proses pergeseran dari dominasi pajak tidak langsung menjadi pajak langsung sesuai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi diiringi dengan peningkatan pendapatan perkapita penduduknya. Dalam jangka panjang peranan pajak langsung akan semakin penting seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat dan ditunjang pula dengan teknologi canggih menuju era globalisasi. Selain berfungsi sebagai pemerataan karena struktur tarifnya bersifat progresif, perkembangan hubungan internasional yang semakin maju kearah liberal dan global mengharuskan pemerintah untuk menurunkan tarif importnya dalam rangka peningkatan daya saing ekonomi domestik di ekonomi dunia. Konsekuensinya penerimaan pajak tidak langsung akan menjadi turun. Alternatifnya adalah memobilisasi penerimaan pajak yang bertumpu pada pajak langsung seperti pajak penghasilan.

2.1.2. Pengeluaran Pemerintah Goverment Expenditure

Universita Sumatera Utara Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut Mangkoesoebroto, 2003. Dalam rangka kegiatan ekonomi pembangunan, kebutuhan akan dana yang menjadi beban pengeluaran pemerintah terus meningkat dan tidak boleh dipenuhi melalui pencetakan uang, namun harus didanai dari sumber penerimaan negara dari pajak dan pendapatan negara lainnya yang sah, termasuk dari bantuan atau pinjaman atau hutang dari dalam dan luar negeri ataupun dengan mengadakan efisiensi pengeluaran pemerintah, Seda, 2004. Menusut Sukirno 2000 pengeluaran pemerintah dapat dipandang sebagai pembelanjaan otonomi, karena pendapatan nasional bukan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi keputusan pemerintah untuk menentukan anggaran belanjanya. Faktor yang menentukan pengeluaran pemerintah adalah 1 pajak yang diharapkan akan diterima, 2 pertimbangan-pertimbangan politik; dan 3 persoalan-persoalan ekonomi yang sedang dihadapi Sukirno, 2000. Dengan demikian, pengeluaran pemerintah yang direncaanakn terutama tergantung pada pendapatan, karena pendapaatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi atau pengeluaran yang lebih tinggi, yang merupakan bagian dari pengeluaran yang direncanakan. Menurut Sukirno, 2000, dalam keadaan keseimbangan pada perekonomian tertutup, maka : Y = C + I + G [2.1] Universita Sumatera Utara dimana : C + I + G = C + S + T atau I + G = S + T [2.2] Apabila dimisalkan sistem pajak adalah tetap, maka pendapatan nasional dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut : Y = C + I + G [2.3] Y = a + b Yd + Io + Go [2.3.a] Y = a + b Y – To + Io + Go [2.3.b] Y – bY = a – bTo + Io + Go [2.3.c] Y 1-b = a – bTo + Io + Go [2.3.d] Y = 11-b . a – bTo + Io + Go [2.3.e] Terjadinya perubahan pembelanjaan agregat, baik yang berasal dari pengurangan pajak, kenaikan ekspor atau penurunan impor akan mampu mengakibatkan perubahan keseimbangan dalam perekonomian dan perubahan dalam pendapatan nasional. Apabila pertambahan pengeluaran pemerintah sebesar ΔG, maka kenaikan pendapatan nasional sebesar : Y1 = 11 – b. a – bTo + Io + Go + ΔG [2.4] ΔY = Y1 – Yo = 11-b. ΔG [2.4.a] Sedangkan mult iplier α dari perubahan tersebut adalah sebesar : α = ΔYΔG = 1 1-b [2.4.b] Dengan demikian hal ini memberikan gambaran bahwa semakin meningkatnya pendapatan, karena peningkatan agregat demand akan mendorong kenaikan investasi dan akhirnya akan menyebabkan kenaikan produksi. Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Sentral, menyebutkan bahwa sasaran pokok kebijakan moneter Bank Indonesia terfokus kepada tujuan mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah. Dimensi Internal dari

2.2. Kebijakan Moneter