14
suatu sebab yang datang dari luar diri individu disebut tindakan yang bermotif ekstrinsik sedang yang datang dari dalam diri individu disebut tindakan yang
bermotif instrinsik. Penggolongan motivasi ini memudahkan untuk mengetahui sumber dari
motivasi yang menggerakkan manusia dalam bertindak atau bertingkah laku. Motivasi berkembang sesuai taraf kesadaran seseorang akan tujuan yang akan
dicapainya. Makin luas dan makin sadar orang akan tujuan yang hendak dicapainya, akan semakin kuat pula motivasi untuk mencapainya.
4. Fungsi Motivasi
Menurut Purwanto 1990:70 ada beberapa fungsi dari motivasi. a.
Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau tidak bertindak. Motif itu berfungsi memberikan energi kekuatan kepada seseorang untuk melakukan
suatu tugas b.
Motif itu menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh
c. Motif itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-
perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.
15
5. Tujuan Motivasi
Purwanto 1990:70 mengatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan
untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang siswa tujuan motivasi adalah untuk selalu menggugah
dirinya sendiri agar selalu bersemangat dalam melakukan tugas studinya sehingga dapat mewujudkan apa yang menjadi cita-cita dan tujuan hidupnya.
6. Unsur-unsur Penggerak Motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono 1997:97 unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi adalah:
a. cita-cita atau aspirasi: cita-cita akan memperkuat motivasi instrinsik maupun
ekstrinsik sebab tercapainya cita-cita akan mewujudkan aktualisasi dirinya; b.
kemampuan siswa: kemampuan akan memperkuat motivasi siswa untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan;
c. kondisi siswa: kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
mempengaruhi motivasi; d.
kondisi lingkungan siswa: dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi mudah diperkuat;
e. unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran: pembelajar yang masih
berkembang jiwa raganya, lingkungan yang semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran;
16
f. upaya guru dalam pembelajaran siswa: partisipasi dan teladan guru dalam
memilih perilaku yang baik sudah merupakan upaya membelajarkan siswa.
7. Cara Mengukur Motivasi
Menurut Handoko 1992:61 untuk mengukur motivasi digunakan dua cara. a.
Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan dorongan dalam diri seseorang.
Faktor-faktor luar tertentu misalnya memberi stimulus dengan hadiah, insentif verbal dengan pengarahan-pengarahan yang dapat memperkuat motivasi.
b. Mengukur aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi ungkapan dari
motif tertentu. Aspek tingkah laku tertentu misalnya adanya kekuatan tenaga yang
dikeluarkan usahanya, frekuensinya, jumlah waktu yang disediakan, kerelaan untuk meninggalkan kewajiban atau tugas lain, ketekunan dalam
mengerjakan tugas, kecepatan reaksinya, tema pembicaraannya, fantasinya, impiannya.
Dari seluruh uraian tentang motivasi maka dapat disimpulkan seperti yang dikatakan Spillane 1982:1 bahwa semakin berharga cita-citanya dan semakin
besar harapan seseorang untuk sukses semakin kuat motifnya. Jadi motivasi menjadi faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan karena motivasi
menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.
17
B. Bakat
Freeman 1950 merumuskan bakat aptitude adalah suatu kondisi atau kombinasi ciri-ciri pengenal abilitas individu melalui latihan untuk memperoleh
pengetahuan, ketrampilan, kesiapan response untuk mengerjakan pekerjaan keteknikan dan sebagainya Fudyartanto, 2002:98. Menurut Hilgard Slameto,
1988:59 bakat atau aptitude adalah: “the capacity to learn.” Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi
menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat khusus adalah sesuatu yang dibentuk dalam kurun waktu sejumlah
tahun dan merupakan perpaduan dari taraf intelegensi pada umumnya general ability, komponen inteligensi tertentu, pengaruh pendidikan dalam keluarga dan di
sekolah, minat dari subjek sendiri Winkel, 1987:88. Menurut Renzulli 1986 seperti yang dikutib Satiadarma dan Waruwu 2003:75, mengemukakan bahwa
pada hakikatnya seseorang dapat dikatakan berbakat jika ia menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, melakukan hal-hal yang bersifat kreatif dan memiliki
tekad dalam melaksanakan tugas. Bakat
sebagai aptitude biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan yang
merupakan potensi potential ability yang masih perlu dikembangkan atau dilatih Semiawan, 1984:3. Kemampuan bawaan membuat siswa cepat untuk belajar
sesuatu yang baru. Dalam perkembangan selanjutnya bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung
pada upaya pendidikan dan latihan.