Pengaruh Motivasi, Bakat, Minat dan Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah

91 tidak ada pengaruh yang signifikan antara motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah. d. Variabel motivasi, bakat dan minat tetap maka log odds pilihan sekolah ke SMK secara negatif berhubungan dengan status sosial ekonomi. Setiap penurunan status sosial ekonomi akan menaikkan log odds pilihan sekolah ke SMK dengan angka 0, 161. Dengan lain kata pilihan sekolah ke SMK semakin besar terjadi dibandingkan pilihan sekolah ke SMA, ini bisa dilihat dari koefisien B yang negatif -0,161. Pengaruh status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah signifikan pada taraf signifikansi 5 karena probabilitas lebih kecil dari taraf signifikan 5 0,001 0,05. Hubungan odds dan variabel bebas jika varibel motivasi, bakat dan minat tetap maka untuk setiap penurunan status sosial ekonomi odds pilihan sekolah ke SMK naik dengan faktor 0,852 e -0,161 atau odds pilihan sekolah ke SMK adalah 0,852 lebih tinggi dibanding pilihan sekolah ke SMA. Nilai 0,852 dapat dilihat dari output kolom ExpB. Derajat hubungan antara status sosial ekonomi dengan pilihan sekolah adalah sangat rendah 0,161. Untuk menguji signifikansi hipotesis dilakukan uji wald, dilihat dari kolom Wald . Hasil dari pengolahan data nilai wald untuk variabel status sosial ekonomi sebesar 11,105 dengan probabilitas 0,001. Oleh karena nilai probabilitas hasil perhitungan sebesar 0,001 0,05 maka Ho ditolak, jadi 92 ada pengaruh yang signifikan antara motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah

C. Pembahasan Hasil Penelitian 1.

Pengaruh Motivasi terhadap Pilihan Sekolah Hasil dari analisis regresi logistik dengan mengambil antilog dari koefisien arah variabel motivasi -0.092 pada taraf signifikansi 0,145 adalah sebesar 0,912. Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap unit penurunan motivasi akan menaikkan odds pilihan sekolah ke SMK dengan faktor 0,912 lebih tinggi di banding pilihan sekolah ke SMA. Hubungan antara odds pilihan sekolah dengan motivasi adalah hubungan negatif atau berlawanan yang memiliki derajat hubungan sangat rendah dan pengaruh tidak signifikan, hal ini tampak dari koefisien arah –0.092 probabilitas 0,145. Bila probabilitas dikorelasikan dengan taraf signifikansi 5 maka 0,145 0,05 dengan demikian Ho gagal ditolak diterima, tidak ada pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap pilihan sekolah. Dari hasil penelitian tampak bahwa motivasi tidak mempengaruhi siswa dalam memilih sekolah. Siswa memilih sekolah ke SMASMK tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi tetapi banyak faktor di luar motivasi yang turut mempengaruhi pilihan siswa. Hal ini didukung dengan pendapat Handoko 1992:9 bahwa motivasi bukan merupakan suatu kekuatan yang netral atau kekuatan yang kebal terhadap pengaruh faktor-faktor lain, misal pengalaman 93 masa lampau, taraf inteligensi, kemampuan fisik, situasi lingkungan, cita-cita hidup dan lain sebagainya. Siswa SMP berada dalam masa peralihan atau adolesen, masih labil dan mudah terpengaruh keadaan yang ada disekitarnya misalnya pengaruh teman sebaya. Maka pilihan sekolah oleh siswa merupakan hasil interaksi dengan aspek-aspek situasi yang diamati. Dengan demikian bisa terjadi perubahan motivasi dalam waktu yang relatif singkat jika ternyata motivasi yang pertama mendapat hambatan atau tidak mungkin dipenuhi Handoko, 1992:10. Pada umumnya para ahli psikologi mengaku bahwa tidak semua tingkah laku manusia itu jelas motivasinya, namun belum berani mengatakan bahwa terdapat motif yang tidak disadari. Paling-paling mereka mengatakan bahwa manusia yang memang kurang menyadari motivasinya Handoko, 1992:18. Manusia sering merasa sulit membeda-bedakan mana yang merupakan kebutuhan, mana tujuan, mana minat, mana yang memotivasi tindakan. Semuanya itu menyatakan bahwa tingkah laku manusia begitu kompleks, dipengaruhi banyak hal. Menyimpulkan motivasi berdasarkan tingkah laku tidak selalu mudah dan bahkan bisa sama sekali salah karena tingkah laku manusia tidak semata-mata ditentukan oleh motivasi. Seperti juga dalam memutuskan pilihan untuk memilih sekolah lanjutan. Mengacu pada uraian di atas maka siswa SMP kelas IX akan mengalami kesulitan untuk dapat melihat motivasi dirinya dalam memilih sekolah lanjutan SMASMK. Maka tepat bila hasil penelitian menyatakan tidak ada 94 pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap pilihan sekolah, karena motivasi bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi pilihan sekolah.

2. Pengaruh Bakat terhadap Pilihan Sekolah

Hasil dari analisis regresi logistik dengan mengambil antilog dari koefisien arah variabel bakat 0,029 pada taraf signifikansi 0,392 adalah sebesar 1,029. Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap unit kenaikkan bakat menaikkan odds pilihan sekolah ke SMK dengan faktor 1,029 lebih tinggi di banding pilihan sekolah ke SMA. Hubungan antara odds pilihan sekolah dengan bakat adalah hubungan positif atau searah yang memiliki derajat hubungan sangat rendah dan pengaruh tidak signifikan hal ini tampak dari koefisien arah 0.029 probabilitas 0,392. Bila probabilitas dikorelasikan dengan taraf signifikansi 5 maka 0,392 0,05 dengan demikian Ho gagal ditolak diterima, tidak ada pengaruh yang signifikan antara bakat terhadap pilihan sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan sekolah oleh siswa tidak dipengaruhi faktor bakat saja tetapi banyak faktor diluar bakat. Faktor pengaruh teman sebaya cukup kuat mempengaruhi keputusan siswa dalam memilih sekolah, faktor lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang kurang memberikan kesempatan untuk mewujudkan bakat siswa. Selain itu kurangnya dorongan dan motivasi dari guru dan orang tua serta kurangnya pengetahuan tentang bidang bakat yang dimiliki Depdiknas, 2002:4. Dengan kurangnya dorongan, motivasi serta kesempatan yang diberikan oleh 95 lingkungan disekitar membuat siswa tidak percaya diri dengan bakat yang dimilikinya sehingga mempengaruhi siswa dalam memilih sekolah yang dapat membantu mengembangkan bakatnya. Hal ini terjadi karena pada dasarnya setiap siswa memiliki bakat pembawaan yang bila berinteraksi dengan lingkungan yang menunjang termasuk minat dan dorongan pribadi akan melahirkan keunggulan dalam salah satu bidang tertentu. Dengan demikian karena adanya beberapa faktor diluar bakat yang mempengaruhi pilihan sekolah, maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara bakat terhadap pilihan sekolah.

3. Pengaruh Minat terhadap Pilihan Sekolah

Hasil dari analisis regresi logistik dengan mengambil antilog dari koefisien arah variabel minat 0,015 pada taraf signifikansi 0,719 adalah sebesar 1,015. Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap unit kenaikkan minat menaikkan odds pilihan sekolah ke SMK dengan faktor 1,015 lebih tinggi di banding pilihan sekolah ke SMA. Hubungan antara odds pilihan sekolah dengan minat adalah hubungan positif atau searah yang memiliki derajat hubungan sangat rendah dan pengaruh tidak signifikan hal ini tampak dari koefisien arah 0,015 probabilitas 0,719. Bila probabilitas dikorelasikan dengan taraf signifikansi 5 maka 0,719 0,05 dengan demikian Ho gagal ditolak diterima, tidak ada pengaruh yang signifikan antara minat terhadap pilihan sekolah. 96 Pendapat Davis seperti dikutip oleh Sarwono 2005:37-38 menyatakan bahwa remaja berkembang sesuai dengan yang diharapkan oleh lingkungan budayanya. Kepribadiannya dibentuk oleh gagasan-gagasan, kepercayaan- kepercayaan, nilai-nilai dan norma-norma yang diajarkan kepada si remaja oleh lingkungan budayanya. Maka minat siswa untuk melanjutkan sekolah juga dipengaruhi oleh lingkungan atau budaya dimana siswa tinggal dan berinteraksi. Selain itu minat juga terkait dengan motivasi. Banyak ahli psikologi yang menyebutkan bahwa minat merupakan aspek penting motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar, berpikir dan berprestasi Depdiknas, 2002:8. Faktor lain yang berhubungan dengan minat adalah bakat, dengan adanya bakat, minat siswa akan tumbuh. Walaupun dari hasil analisis terdahulu 1 dan 2 yang menunjukkan hasil tidak ada hubungan tetapi pada dasarnya motivasi dan bakat melekat dalam diri siswa. Dengan demikian pengaruh motivasi dan bakat tetap ada walaupun tidak begitu nyata. Maka dapat disimpulkan bahwa minat bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi siswa dalam memilih sekolah lanjutannya.

4. Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah

Hasil dari analisis regresi logistik dengan mengambil antilog dari koefisien arah variabel status sosial ekonomi -0,155 pada taraf signifikansi 0,001 adalah sebesar 0,856. Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap unit penurunan status sosial ekonomi menaikkan odds pilihan sekolah ke SMK dengan faktor 97 0,856 lebih tinggi di banding pilihan sekolah ke SMA. Hubungan antara odds pilihan sekolah dengan status sosial ekonomi adalah hubungan negatif atau berlawanan yang memiliki derajat hubungan sangat rendah dan pengaruh signifikan hal ini tampak dari koefisien arah -0,155 probabilitas 0,001. Bila probabilitas dikorelasikan dengan taraf signifikansi 5 maka 0,001 0,05 jadi Ho ditolak yaitu ada pengaruh yang signifikan antara status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah. Masyarakat Indonesia saat ini adalah masyarakat transisi. Masyarakat transisi menurut Useem dan Useem Sarwono, 2005:104 adalah masyarakat yang sedang mencoba untuk membebaskan diri dari nilai-nilai masa lalu dan menggapai masa depan dengan terus menerus membuat nilai-nilai baru atau hal-hal baru. Bergesernya tatanan masyarakat disebabkan oleh teknologi. Salah satunya adalah kemajuan teknologi informasi. Bila berbicara tentang informasi maka tidak dapat dipisahkan dengan peran media massa sebagai sarana komunikasi yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Informasi mengenai sesuatu hal yang baru memberi landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Apabila informasi tersebut cukup kuat akan memberi dasar dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu Sarwono, 2005:28. Salah satu sikap yang terbentuk adalah pentingnya pendidikan terlebih dalam era kemajuan teknologi yang begitu cepat. Kemajuan teknologi menuntut banyak keahlian, hal ini berhubungan dengan pendidikan yang dipercayai sebagai

Dokumen yang terkait

Hubungan status sosial Ekonomi orang tua dengan motivasi belajar siswa: Studi Kasus di SDN Pela Mampang 15 Petang

0 8 0

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK PADA SISWA-SISWI KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG

1 47 93

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN KELENGKAPAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN KELENGKAPAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Pada Siswa Kelas IX Semester Genap SMP Negeri 2 Godong Tahun A

0 1 16

Pengaruh motivasi belajar siswa dan status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa.

0 1 163

Perkembangan prestasi dan deteksi minat belajar siswa SMP Maria Assumpta Klaten kelas VII pada materi gerak dengan ceramah menggunakan media film kartun.

0 1 106

Pengaruh pemanfaatan media pembelajaran CD online terhadap minat dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Maria Assumpta Klaten tahun ajaran 2012/2013 pada pokok bahasan bilangan bulat.

0 0 239

Perkembangan prestasi dan deteksi minat belajar siswa SMP Maria Assumpta Klaten kelas VII pada materi gerak dengan ceramah menggunakan media film kartun

0 1 104

Pengaruh motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah : studi kasus siswa-siswi kelas IX SMP Maria Assumpta Klaten - USD Repository

0 2 216

Pengaruh pemanfaatan media pembelajaran CD online terhadap minat dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Maria Assumpta Klaten tahun ajaran 2012/2013 pada pokok bahasan bilangan bulat - USD Repository

0 0 235

PENGARUH TOLERANSI RISIKO, KEPERCAYAAN DIRI, DAN KETERSEDIAAN MODAL TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA ORANG MUDA KATHOLIK GEREJA SANTA MARIA ASSUMPTA KLATEN

0 0 147