104
dicapai maka motivasi pun turut berkembang. Motivasi yang muncul antara lain motivasi untuk mempunyai keahlian yang diperlukan di lapangan
pekerjaan, maka siswa memilih sekolah di SMK. Dengan demikian kelak dapat diterima di lapangan pekerjaan yang tersedia sehingga siswa dapat
membantu orang tuanya. Selain itu dalam pemilihan jenjang pendidikan lanjutan siswa juga memperhatikan faktor-faktor diluar motivasi, bakat, minat
dan status sosial ekonomi. Pergaulan siswa yang semakin luas, budaya baru yang melahirkan nilai-nilai baru memberi pengaruh juga pada siswa, terlebih
dalam masa transisi atau adolesen.
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap pilihan sekolah
pada siswa siswi kelas IX SMP Maria Assumpta Klaten tahun ajaran 20072008. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis data hubungan antara odds
pilihan sekolah dengan motivasi adalah hubungan negatif atau berlawanan yang memiliki derajat hubungan sangat rendah dan pengaruh tidak signifikan
hal ini tampak dari koefisien arah –0,092 probabilitas 0,145. 2.
Tidak ada pengaruh yang signifikan antara bakat terhadap pilihan sekolah pada siswa siswi kelas IX SMP Maria Assumpta Klaten tahun ajaran
20072008. Kesimpulan ini dikuatkan dari hasil analisis data bahwa hubungan antara odds pilihan sekolah dengan bakat adalah hubungan positif atau searah
yang memiliki derajat hubungan sangat rendah dan pengaruh tidak signifikan hal ini tampak dari koefisien arah 0.029 probabilitas 0,392.
3. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara minat terhadap pilihan sekolah pada
siswa siswi kelas IX SMP Maria Assumpta Klaten tahun ajaran 20072008. Kesimpulan ini tampak dari analisis hubungan antara odds pilihan sekolah
dengan minat adalah hubungan positif atau searah yang memiliki derajat
106
hubungan sangat rendah dan pengaruh tidak signifikan hal ini tampak dari koefisien arah 0,015 probabilitas 0,719.
4. Ada pengaruh yang signifikan antara status sosial ekonomi terhadap pilihan
sekolah pada siswa siswi kelas IX SMP Maria Assumpta Klaten tahun ajaran 20072008. Hal ini tampak dari hubungan antara odds pilihan sekolah dengan
status sosial ekonomi adalah hubungan negatif atau berlawanan yang memiliki derajat hubungan sangat rendah dan pengaruh signifikan hal ini tampak dari
koefisien arah -0,115 probabilitas 0,001. 5.
Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah pada siswa siswi kelas IX SMP Maria
Assumpta Klaten tahun ajaran 20072008. Hasil analisis hubungan antara odds pilihan sekolah dengan status sosial ekonomi, motivasi, bakat dan minat adalah
hubungan negatif atau berlawanan yang memiliki derajat hubungan sangat rendah dan pengaruh signifikan hal ini tampak dari koefisien arah -0,061
probabilitas 0,001.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis merasa banyak menemukan kekurangan karena keterbatasan yang sulit dihindari antara lain.
1. Banyaknya faktor yang mempengaruhi siswa untuk menentukan pilihan
sekolah lanjutannya. Namun dalam penelitian ini penulis hanya mengambil
107
faktor motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi sebagai faktor yang mempengaruhi pilihan siswa untuk melanjutkan studinya.
2. Hasil penelitian ini merupakan pengkorelasian variabel bebas motivasi, bakat,
minat dan status sosial dengan variabel terikat pilihan sekolah. Pengkorelasian empat variabel bebas dengan pilihan sekolah diperoleh dari kuesioner yang
diisi oleh siswa siswi yang bersangkutan. Dengan demikian kebenaran hasil penelitian sangat bergantung dari kesungguhan siswa siswi saat mengisinya.
3. Penelitian ini adalah studi kasus, jadi kesimpulannya hanya berlaku pada
motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi di SMP Maria Assumpta Klaten yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan pada kasus lain.
4. Kuesioner yang merupakan alat pengumpul data dalam penelitian ini tidak
menampakan perbedaan yang nyata dari setiap variabel. Hal ini terjadi karena peneliti kurang memahami istilah-istilah psikologis. Dengan demikian dapat
mempengaruhi hasil penelitian. 5.
Untuk peneliti selanjutnya dapat lebih mengembangkan penelitiannya supaya lebih mendalam dan dapat mengetahui dinamika perkembangan remaja
berkaitan dengan pilihan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
C. Saran
1. Berdasarkan deskripsi data variabel motivasi termasuk kategori tinggi
sedangkan hasil analisis data menunjukkan tidak adanya hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dengan pilihan sekolah. Nilai koefisien arah
108
masuk kategori sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi siswa dalam memilih sekolah
lanjutannya. Walaupun demikian penting bagi sekolah untuk membantu siswa agar tetap memelihara dan mengembangkan motivasi yang telah dimilikinya.
Motivasi bagi seorang siswa bertujuan untuk selalu menggugah dirinya sendiri agar selalu bersemangat dalam melakukan tugas studinya sehingga dapat
mewujudkan apa yang menjadi cita-cita dan tujuan hidupnya. 2.
Berdasarkan deskripsi data variabel bakat termasuk kategori cukup sedangkan hasil analisis data menunjukkan tidak adanya hubungan yang positif dan
signifikan antara bakat dengan pilihan sekolah. Nilai koefisien arah masuk kategori sangat rendah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tidak hanya
bakat tetapi banyak faktor yang mempengaruhi siswa dalam menentukan sekolah lanjutan yang akan dipilihnya. Walaupun bukan bakat saja yang
mempengaruhi pilihan sekolah tetapi penting bagi sekolah membantu siswa untuk lebih mengenal bakat yang dimilikinya dengan pendampingan dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mewujudkan bakatnya dengan membentuk klub bakat hasil pengembangan ekstrakurikuler. Begitu juga guru
pendamping harus memiliki pengetahuan tentang bidang bakat tertentu dari para siswanya. Baik juga mengajak orang tua siswa bekerja sama untuk
mengembangkan bakat dari anak-anaknya. 3.
Berdasarkan deskripsi data variabel minat termasuk kategori tinggi sedangkan hasil analisis data menunjukkan tidak adanya hubungan yang positif dan
109
signifikan antara minat dengan pilihan sekolah. Nilai koefisien arah masuk kategori sangat rendah. Dalam menentukan pilihan sekolah minat bukan satu-
satunya faktor yang menentukan. Meskipun minat tidak mempunyai pengaruh yang nyata dalam pemilihan sekolah, kiranya siswa tetap dibimbing untuk
mewujudkan minatnya dalam kegiatan sehari-harinya entah di rumah maupun di sekolah dengan membentuk klub minat. Semakin sering minat diwujudkan
dalam kegiatan semakin kuat minat tersebut. 4.
Berdasarkan deskripsi data variabel status sosial ekonomi termasuk kategori sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa siswinya
berasal dari orang tua yang status sosial ekonominya sangat rendah sedangkan hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan yang negatif dan signifikan
antara status sosial ekonomi dengan pilihan sekolah. Nilai koefisien arah masuk kategori sangat rendah. Hasil analisis menunjukkan bahwa meskipun sangat
kecil tetapi status sosial ekonomi pengaruhnya sangat nyata untuk pilihan sekolah. Siswa yang status sosial ekonominya rendah memilih SMK sedang
yang status sosial ekonominya tinggi memilih SMA. Dengan adanya pendampingan dari sekolah status sosial ekonomi tidak menjadi kendala bagi
kemajuan studi siswa siswinya. Bagi mereka yang memiliki status sosial ekonomi tinggi semakin ditantang untuk bertanggung jawab dalam
menggunakan kemudahan yang dimilikinya. Bagi mereka yang status sosial ekonominya rendah ditantang juga untuk dapat berkembang di tengah
keterbatasan yang dimiliki.
110
5. Bila dilihat secara bersama-sama hubungan antara motivasi, bakat, minat dan
status sosial ekonomi dengan pilihan sekolah, status sosial ekonomi yang paling nyata pengaruhnya dalam pemilihan sekolah lanjutan oleh siswa. Dengan hasil
analisis tersebut semakin membuktikan masih ada faktor lain selain motivasi, bakat dan minat yang mempengaruhi siswa dalam menentukan pilihan
sekolahnya. Dengan demikian maka dalam pembinaan siswa di sekolah tidak hanya menekankan satu aspek yang dianggap paling penting. Bila demikian
akan membantu perkembangan siswa menjadi pribadi yang utuh dan seimbang. 6.
Untuk peneliti yang pemahamannya pada istilah-istilah psikologis kurang disarankan untuk melibatkan validator eksternal.
7. Untuk menindak lanjuti hasil penelitian supaya lebih berhasil di dalam
bimbingan karir siswa, hendaknya sekolah mengadakan tes psikologis misalnya tes motivasi, tes bakat maupun tes minat yang akhirnya menyentuh siswa secara
pribadi. Dengan demikian tes tersebut dapat membantu sekolah dalam pembinaan siswa sesuai dengan kemampuan, bakat, minat maupun kepribadian
siswa. Bagi siswa tes tersebut dapat membantu memahami kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga mereka dapat menggunakannya sebagai dasar
dalam pembuatan perencanaan dan keputusan karir di masa depan.