Pengaruh motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah : studi kasus siswa-siswi kelas IX SMP Maria Assumpta Klaten.

(1)

x ABSTRAK

PENGARUH MOTIVASI, BAKAT, MINAT DAN

STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PILIHAN SEKOLAH Studi Kasus Siswa-siswi Kelas IX

SMP Maria Assumpta Klaten

Maria Laetitia Yektiningsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara: (1) motivasi dengan pilihan sekolah; (2) bakat dengan pilihan sekolah; (3) minat dengan pilihan sekolah; (4) status sosial ekonomi dengan pilihan sekolah; (5) motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi dengan pilihan sekolah.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Maria Assumpta Klaten pada bulan Oktober 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas IX yang berjumlah 179 siswa. Sejumlah 100 siswa diambil sebagai sampel dengan teknik

proportional sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, dokumentasi dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan teknik the logit model.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh yang signifikan motivasi terhadap pilihan sekolah (probabilitas hitung = 0,145>0,05); (2) tidak ada pengaruh yang signifikan bakat terhadap pilihan sekolah (probabilitas hitung = 0,392>0,05); (3) tidak ada pengaruh yang signifikan minat terhadap pilihan sekolah (probabilitas hitung = 0,719>0,05); (4) ada pengaruh yang signifikan status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah (probabilitas hitung = 0,001<0.05); (5) ada pengaruh yang signifikan motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah (probabilitas hitung = 0,001<0,05).


(2)

xi ABSTRACT

THE INFLUENCE OF MOTIVATION, APTITUDE, INTEREST, SOCIAL ECONOMY STATUS TOWARD SCHOOL CHOICE

A Case Study: 9th Grade Students at “Maria Assumpta” Junior High School, Klaten

Maria Laetitia Yektiningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The research were aimed to know whether or not there were any influence of: (1) motivation toward school’ choice; (2) aptitude toward school choice ; (3) interest toward school choice; (4) social economy status toward school choice; (5) motivation, aptitude, interest, social economy status taken together toward school choice.

The research was conducted for the ninth graders of “Maria Assumpta” Junior High School, Klaten, on October 2007. The research population was the ninth graders of “Maria Assumpta” Junior High School, Klaten, amounts to 179 students. 100 students were taken as samples with proportional sampling technique. The technique of collecting data used were questionnaire, documentations and interviews. The data analysis used was the logit model technique.

The results of the research indicated that: (1) there was not significant influence of motivation toward school choice (probability count = 0.145>0.05); (2) there was not significant influence of aptitude toward school choice (probability count = 0.392>0.05); (3) there was not significant influence of interest toward school choice (probability count = 0.719>0.05); (4) there was significant influence of social economy status toward school choice (probability count = 0.001<0.05); (5) there was significant influence of motivation, aptitude, interest, social economy status taken together toward school choice (probability count = 0.001<0.05).


(3)

i

PENGARUH MOTIVASI, BAKAT, MINAT DAN

STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PILIHAN SEKOLAH

Studi Kasus Siswa-siswi Kelas IX SMP Maria Assumpta Klaten

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Maria Laetitia Yektiningsih NIM : 031334062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Bapa, Putera yang Berhati Kudus serta Roh Kudus yang selalu menerangiku

Bunda Maria Sang Penolong sejati

Uni Roma Ordo Santa Ursula

Semua yang mengasihi aku

Semua yang aku layani dalam kasih-NYA


(7)

v

MOTTO

Cintailah semua puteri/putera anda tanpa pilih kasih

karena mereka semuanya ANAK ALLAH

dan anda tidak tahu

apa yang DIA rencanakan bagi mereka semua.

(Nasihat Ke 8, St. Angela Merici)

SOLI DEO GLORIA


(8)

(9)

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus atas kasih dan penyertaan-Nya secara khusus dalam seluruh proses belajar hingga selesainya penulisan skripsi dengan judul Pengaruh Motivasi, Bakat, Minat dan Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah, studi kasus siswa-siswi kelas IX SMP Maria Assumpta Klaten.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan akhir mencapai gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Menyadari betapa banyak pihak yang telah memberi bantuan, berupa bimbingan, masukan, saran, kritik dan dukungan, maka dengan kerendahan hati perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan, masukan serta saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak/Ibu Dosen penguji yang memberi masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.


(11)

viii

5. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membagikan ilmu pengetahuan dan memberikan bimbingan selama proses belajar hingga selesainya skripsi ini.

6. Teman-teman angkatan 2003 yang telah memberikan masukan selama proses diskusi dalam mata kuliah Seminar Penelitian dan atas kerelaannya untuk saling berbagi pengetahuan selama proses belajar.

7. Seluruh staf administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar hingga selesainya skripsi ini.

8. Sr. Anastasia Ratnawati, OSU selaku Kepala Sekolah SMP Maria Assumpta Klaten yang mengizinkan untuk mengadakan penelitian, Bapak/Ibu Guru dan semua karyawan SMP Maria Assumpta yang membantu untuk mengumpulkan data dan informasi selama penelitian. Juga kepada adik-adik kelas IX atas kesediaannya mengisi kuesioner.

9. Sr. Maria D. Sasmita, OSU yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk mengembangkan diri secara khusus selama belajar di Program Studi Pendidikan Akuntansi.

10. Sr. Martini, OSU dan para Suster sekomunitas yang selalu mendoakan dan mendukung selama proses belajar hingga selesainya skripsi ini.

11. Asramawati Pondok Angela yang memberi semangat dengan keceriaan dan keunikkannya masing-masing.


(12)

(13)

x ABSTRAK

PENGARUH MOTIVASI, BAKAT, MINAT DAN

STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PILIHAN SEKOLAH Studi Kasus Siswa-siswi Kelas IX

SMP Maria Assumpta Klaten

Maria Laetitia Yektiningsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara: (1) motivasi dengan pilihan sekolah; (2) bakat dengan pilihan sekolah; (3) minat dengan pilihan sekolah; (4) status sosial ekonomi dengan pilihan sekolah; (5) motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi dengan pilihan sekolah.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Maria Assumpta Klaten pada bulan Oktober 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas IX yang berjumlah 179 siswa. Sejumlah 100 siswa diambil sebagai sampel dengan teknik

proportional sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, dokumentasi dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan teknik the logit model.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh yang signifikan motivasi terhadap pilihan sekolah (probabilitas hitung = 0,145>0,05); (2) tidak ada pengaruh yang signifikan bakat terhadap pilihan sekolah (probabilitas hitung = 0,392>0,05); (3) tidak ada pengaruh yang signifikan minat terhadap pilihan sekolah (probabilitas hitung = 0,719>0,05); (4) ada pengaruh yang signifikan status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah (probabilitas hitung = 0,001<0.05); (5) ada pengaruh yang signifikan motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah (probabilitas hitung = 0,001<0,05).


(14)

xi ABSTRACT

THE INFLUENCE OF MOTIVATION, APTITUDE, INTEREST, SOCIAL ECONOMY STATUS TOWARD SCHOOL CHOICE

A Case Study: 9th Grade Students at “Maria Assumpta” Junior High School, Klaten

Maria Laetitia Yektiningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The research were aimed to know whether or not there were any influence of: (1) motivation toward school’ choice; (2) aptitude toward school choice ; (3) interest toward school choice; (4) social economy status toward school choice; (5) motivation, aptitude, interest, social economy status taken together toward school choice.

The research was conducted for the ninth graders of “Maria Assumpta” Junior High School, Klaten, on October 2007. The research population was the ninth graders of “Maria Assumpta” Junior High School, Klaten, amounts to 179 students. 100 students were taken as samples with proportional sampling technique. The technique of collecting data used were questionnaire, documentations and interviews. The data analysis used was the logit model technique.

The results of the research indicated that: (1) there was not significant influence of motivation toward school choice (probability count = 0.145>0.05); (2) there was not significant influence of aptitude toward school choice (probability count = 0.392>0.05); (3) there was not significant influence of interest toward school choice (probability count = 0.719>0.05); (4) there was significant influence of social economy status toward school choice (probability count = 0.001<0.05); (5) there was significant influence of motivation, aptitude, interest, social economy status taken together toward school choice (probability count = 0.001<0.05).


(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7


(16)

xiii BAB II KAJIAN TEORETIK

A. Motivasi ... 8

1. Pengertian Motivasi ... 8

2. Teori-teori Motivasi ... 9

3. Penggolongan Motivasi ... 12

4. Fungsi Motivasi ... 14

5 Tujuan Motivasi ... 15

6. Unsur-unsur Penggerak Motivasi ... 15

7. Cara Mengukur Motivasi ... 16

B. Bakat ... 17

C. Minat ... 18

1. Pengertian Minat ... 18

2. Fungsi Minat ... 20

3. Unsur-unsur yang Menimbulkan Minat ... 20

4. Faktor yang Mempengaruhi Minat ... 21

D. Status Sosial Ekonomi ... 22

1. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 23

2. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 24

3. Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 27

E. Pilihan Sekolah ... 28

F. Penelitian Terdahulu ... 29 1. Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan


(17)

xiv

Minat Melanjutkan Studi ke Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) ... 29

2. Hubungan antara Prestasi Belajar Siswa dengan Minat Studi ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ... 31

G. Kerangka Berpikir ... 32

1. Pengaruh Motivasi terhadap Pilihan Sekolah ... 32

2. Pengaruh Bakat terhadap Pilihan Sekolah ... 33

3. Pengaruh Minat terhadap Pilihan Sekolah ... 33

4. Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah ... 34

5. Pengaruh Motivasi, Bakat, Minat dan Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah ... 34

H. Hipotesis ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

E. Variabel Penelitian dan Operasionalisasi ... 39

1. Variabel Penelitian ... 39


(18)

xv

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

G. Pengujian Instrumen ... 47

1. Uji Validitas ... 47

2. Uji Reliabilitas ... 49

H. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 52

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah Berdirinya SMP Maria Assumpta ... 58

B. Visi, Misi, Motto dan Strategi Sekolah ... 60

C. Program Sekolah ... 63

D. Struktur Organisasi ... 64

E. Tugas Organisasi Pelaksana ... 64

F. Daftar Guru dan Pembagian Tugas ... 68

G. Siswa SMP Maria Assumpta Klaten ... 69

H. Kondisi Fisik dan Lingkungan ... 69

I. Fasilitas Pendidikan ... 71

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 73

1. Motivasi ... 73

2. Bakat ... 74


(19)

xvi

4. Status Sosial Ekonomi ... 77

5. Pilihan Sekolah ... 78

B. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 78

1. Pengaruh Motivasi terhadap Pilihan Sekolah ... 79

2. Pengaruh Bakat terhadap Pilihan Sekolah ... 81

3. Pengaruh Minat terhadap Pilihan Sekolah ... 83

4. Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah ... 84

5. Pengaruh Motivasi, Bakat, Minat dan Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah ... 86

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92

1. Pengaruh Motivasi terhadap Pilihan Sekolah ... 92

2. Pengaruh Bakat terhadap Pilihan Sekolah ... 94

3. Pengaruh Minat terhadap Pilihan Sekolah ... 95

4. Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah ... 96

5. Pengaruh Motivasi, Bakat, Minat dan Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah ... 99

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 105

B. Keterbatasan Penelitian ... 106

C. Saran ... 107


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel III.1 Skor Kuesioner ... 41

Tabel III.2 Kisi-kisi Variabel Motivasi ... 42

Tabel III.3 Kisi-kisi Variabel Bakat ... 42

Tabel III.4 Kisi-kisi Variabel Minat ... 43

Tabel III.5 Skor Untuk Tingkat Pendidikan ... 44

Tabel III.6 Skor Untuk Jenis Pekerjaan ... 44

Tabel III.7 Skor Untuk Tingkat Pendapatan ... 45

Tabel III.8 Kisi-kisi Variabel Status Sosial Ekonomi ... 45

Tabel III.9 Skor Untuk Pilihan Sekolah ... 46

Tabel III.10 Rangkuman Hasil Pengujian Validitas Variabel Motivasi dan Bakat ... 48

Tabel III.11 Rangkuman Hasil Pengujian Validitas Variabel Minat dan Status Sosial Ekonomi ... 49

Tabel III.12 Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas ... 51

Tabel IV.1 Data Guru dan Pembagian Mengampu Bidang Studi ... 68

Tabel IV.2 Data Siswa SMP Maria Assumpta Klaten Tahun Ajaran 2007/2008 ... 69

Tabel V.1 Persentase Motivasi ... 74

Tabel V.2 Penilaian Motivasi ... 74


(21)

xviii

Tabel V.4 Penilaian Bakat ... 75

Tabel V.5 Persentase Minat ... 76

Tabel V.6 Penilaian Minat ... 76

Tabel V.7 Persentase Status Sosial Ekonomi ... 77

Tabel V.8 Penilaian Status Sosial Ekonomi ... 78


(22)

xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Bagan 1 Struktur Organisasi SMP. Maria Assumpta ... 64


(23)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 114 Lampiran 2 Data Penelitian ... 122 Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas... 135 Lampiran 4 Data Induk Penelitian ... 145 Lampiran 5 Distribusi Frekuensi dan Daftar Penilaian ... 148 Lampiran 6 Analisis Data ... 161 Lampiran 7 Tabel Statistik ... 190 Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian ... 194


(24)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Derajat suatu bangsa tidak diukur dari kekayaan sumber daya alamnya, melainkan dari sisi kualitas sumber daya manusianya. Jembatan emas untuk mewujudkan sumber daya yang berkualitas adalah pendidikan (Nara, 2006:34). Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu. Individu ini memerlukan lingkungan yang mendukung untuk berkembangnya bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat.

Jenis pendidikan di Indonesia mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus (UU Sisdiknas). Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Dalam kenyataan siswa yang memilih untuk masuk dalam sekolah kejuruan disinyalir sebagian besar berasal dari golongan yang kurang mampu memasuki sekolah umum baik secara akademik, finansial maupun secara sosial (Vembriarto, 1989:108). Oleh karena itu dapat timbul pendapat bahwa


(25)

SMA mempunyai status lebih tinggi dari pada SMK. Meskipun demikian penelitian Wahyuni (2004: 51-55) menunjukkan tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan prestasi belajar siswa terhadap minat melanjutkan studi ke SMK.

Dari penelitian lain disepakati oleh para sosiolog adanya perbedaan dalam hal orientasi belajar berasal dari pandangan perbedaan kelas sosial. Hal ini tampak dari rendahnya minat dalam dunia pendidikan di kalangan ekonomi yang rendah. Pendapat tersebut relevan dengan hasil kajian data sekunder Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 1993-2004 di enam provinsi secara acak terlihat kesenjangan taraf pendidikan antara kelompok masyarakat miskin dan kaya masih tinggi. Kesenjangan partisipasi sekolah dari kelompok masyarakat termiskin dan terkaya mulai terlihat di SMP yakni 60,50% dan 68,92%. Kesenjangan ini semakin tinggi di SMA/SMK yakni 37,16% dan 46,69% (Kompas, 13/3/2007).

Penelitian ini di lakukan di SMP Maria Assumpta Klaten terutama untuk siswa-siswi kelas IX yang sebentar lagi akan menempuh ujian akhir dan menentukan sekolah lanjutannya. Di SMP Maria Assumpta beberapa tahun terakhir terjadi pergeseran lulusan dari yang memilih melanjutkan ke SMA beralih ke SMK. Siswa SMP Maria Assumpta berasal dari daerah pinggiran kota Klaten dan sebagian besar dari keluarga dengan status sosial ekonomi menengah ke bawah. Melihat kondisi yang demikian dalam penelitian ini diyakini terdapat


(26)

pengaruh antara motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah di SMA/SMK.

Motivasi merupakan daya penggerak tingkah laku manusia. Motivasi menggerakkan individu sebagai keseluruhan yang padu dan teratur. Siswa menentukan pilihannya untuk sekolah di SMA/SMK dilatarbelakangi berbagai motif antara lain tidak diterima di sekolah yang diinginkan, setelah lulus dapat langsung bekerja, ikut teman, dan masih banyak lagi. Motif-motif itulah yang menjadi acuan untuk pengambilan keputusan siswa. Siswa SMP Maria Assumpta yang berasal dari keluarga menengah ke bawah tidak asing lagi melihat perjuangan orang tua mereka untuk membiayai hidup dan studinya. Dengan keadaan yang demikian membuat siswa berperilaku sesuai dengan keadaan yang dialaminya. Perilaku yang relevan untuk saat ini adalah menentukan pilihan sekolah sebagai studi lanjut setelah tamat SMP. Dengan demikian diduga ada pengaruh antara motivasi siswa terhadap pilihan sekolah di SMA/SMK.

Bakat yang dimiliki setiap orang adalah berbeda-beda. Sejumlah penelitian beranggapan bahwa keunggulan seseorang dalam bidang tertentu didasari oleh pelatihan yang cukup lama. Jadi bakat bukan merupakan faktor bawaan tetapi bisa dilatihkan. Dalam perkembangan selanjutnya bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Bakat akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa di bidang-bidang tertentu. Siswa yang memiliki keunggulan di bidang tertentu termotivasi untuk mengembangkannya melalui jalur pendidikan


(27)

formal dengan memilih sekolah di SMA/SMK. Dari kenyataan di SMP Maria Assumpta siswa yang selama pendidikan tidak menampakkan prestasi menonjol dan diprediksi berpeluang kecil untuk lulus ternyata dapat lulus dengan prestasi lebih baik dari siswa yang dianggap mampu. Hal ini sejalan dengan pendapat Munandar (1992) seperti yang dikutip oleh Ali bahwa perwujudan nyata dari bakat dan kemampuan adalah prestasi. Walaupun demikian sejauh mana bakat itu akan terwujud dan menghasilkan suatu prestasi masih banyak variabel yang turut menentukan (2004:80). Dengan demikian diduga ada pengaruh antara bakat siswa terhadap pilihan sekolah di SMA/SMK.

Minat menimbulkan perasaan senang, perhatian yang lebih dan makin terlibat dalam aktivitas yang digelutinya. Kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada hal-hal tertentu dan merasa senang berkecipung dalam bidang tertentu yang diyakini dapat semakin mengembangkan bakatnya, hal tersebut menjadi indikator bahwa minat siswa mempunyai pengaruh terhadap pilihan sekolah di SMA/SMK. Banyaknya SMA/SMK di kota Klaten yang relatif mudah dijangkau dengan angkutan umum turut mendukung pilihan siswa.

Status sosial ekonomi menurut Tan dan Koentjaraningrat (1977:53), mengatakan bahwa konsep kedudukan sosial ekonomi mencakup tiga faktor yaitu: tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan fasilitas dalam keluarga. Dalam penelitian ini status sosial ekonomi ditinjau dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan. Tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan menentukan besarnya tingkat pendapatan orang tua. Semakin tinggi tingkat


(28)

pendidikannya maka akan mendapat jenis pekerjaan yang lebih baik, sehingga berpengaruh pada tingkat pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendapatan orang tua maka kemampuan untuk memberikan pendidikan yang tinggi kepada anak semakin terbuka. Sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan orang tua, semakin rendah jenis pekerjaannya dan semakin kecil pendapatan yang diperoleh. Dengan keadaan demikian maka kesempatan anak untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi peluangnya kecil. Oleh karena itu orang tua cenderung menyarankan anaknya bersekolah di sekolah kejuruan yang memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri dan mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha. Berdasarkan uraian tersebut terdapat kesamaan dengan kondisi siswa SMP Maria Assumpta yang sebagian besar berasal dari status sosial ekonomi menengah ke bawah serta makin banyaknya siswa memilih sekolah kejuruan. Dengan demikian diduga ada pengaruh antara status sosial ekonomi siswa terhadap pilihan sekolah di SMA/SMK.

B. Identifikasi Masalah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. SMA merupakan pendidikan menengah umum bertujuan mengutamakan perluasan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. SMK sebagai pendidikan kejuruan mempunyai tujuan khusus karena


(29)

siswa dipersiapkan untuk menjadi tenaga yang terampil dan dapat memenuhi permintaan dunia usaha. Keberhasilan pencapaian tujuan tersebut didukung banyak faktor, baik dari siswa sendiri maupun dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa adalah motivasi, bakat dan minat. Faktor-faktor ini menjadi dasar bagi siswa dalam menentukan sekolah yang dipilihnya. Adapun faktor dari luar diri siswa yaitu status sosial ekonomi. Status sosial ekonomi orang tua diyakini dapat membentuk pola berpikir siswa, sehingga dalam memilih sekolah siswa melihat status sosial ekonomi orang tua.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh antara motivasi terhadap pilihan sekolah. 2. Apakah ada pengaruh antara bakat terhadap pilihan sekolah. 3. Apakah ada pengaruh antara minat terhadap pilihan sekolah.

4. Apakah ada pengaruh antara status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah. 5. Apakah ada pengaruh antara motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi


(30)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penulis bermaksud untuk menemukan bukti-bukti:

1. adanya pengaruh antara motivasi terhadap pilihan sekolah; 2. adanya pengaruh antara bakat terhadap pilihan sekolah; 3. adanya pengaruh antara minat terhadap pilihan sekolah;

4. adanya pengaruh antara status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah;

5. adanya pengaruh antara motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah.

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah bukti dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak lain.

2. Untuk membimbing siswa khususnya bimbingan karir yang membantu siswa agar memperoleh pemahaman tentang diri, lingkungan dan dunia kerja supaya siswa dapat mengarahkan dirinya, secara khusus dalam memilih jenjang pendidikan lanjutan sesuai dengan kemampuan diri dan lingkungan yang pada akhirnya mengarahkan siswa ke suatu bidang pekerjaan sesuai dengan diri dan kebutuhan masyarakat.


(31)

BAB II KAJIAN TEORETIK

A. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Menurut Teevan dan Smith (1967) seperti yang dikutip Martaniah (1984:14), mengemukakan bahwa motivasi adalah konstruksi yang mengaktifkan perilaku, sedangkan komponen yang lebih spesifik dari motivasi yang berhubungan dengan tipe perilaku yang tertentu disebutnya motif. Selanjutnya Teevan dan Smith berpendapat bahwa motif mempunyai dua fungsi yaitu memberi daya untuk bergerak atau berfungsi menggerakkan perilaku dan fungsi mengarahkan perilaku.

Motif adalah suatu konstruksi yang potensial dan laten, yang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman yang secara relatif dapat bertahan, meskipun kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi menggerakkan serta mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu, sedangkan motivasi adalah keadaan yang timbul dalam diri subjek akibat interaksi antara motif dan aspek-aspek situasi yang diamati, yang relevan dengan motif tersebut serta mengaktifkan perilaku (Martaniah, 1984:14).

Menurut Handoko (1992:9) motivasi adalah “suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya”. Sedangkan motif adalah “suatu alasan atau


(32)

dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan atau bersikap tertentu”. Dari uraian di atas maka motivasi dapat disimpulkan sebagai tenaga yang ada dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku manusia, hal ini timbul karena adanya interaksi antara motif dengan aspek-aspek situasi yang diamati, yang sesuai dengan motif tersebut.

Dengan demikian motivasi adalah penggerak tingkah laku manusia. Setiap tindakan manusia digerakkan atau dilatarbelakangi oleh motif tertentu. Tanpa motif orang tidak akan berbuat apa-apa. Apa yang difantasikan orang adalah cermin dari apa yang sedang menjadi harapannya.

Dalam penelitian ini diduga ada pengaruh antara motivasi terhadap pilihan sekolah di SMA/SMK, karena diyakini bahwa pilihan siswa sekolah di SMA/SMK digerakkan oleh motif yang beraneka ragam.

2. Teori-teori Motivasi

Teori-teori motivasi dibedakan menjadi enam. a. Teori Kognitif

Pandangan dasar dari para penganut teori ini adalah manusia sebagai makhluk rasional. Manusia bebas memilih dan menentukan apa yang akan diperbuat entah baik atau buruk. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak digerakkan oleh apa yang disebut motivasi, melainkan oleh rasio. Oleh karena itu setiap orang sungguh-sungguh bertanggung jawab atas segala


(33)

perbuatannya. Dalam teori kognitif tidak dikenal perbuatan-perbuatan yang berada di luar kontrol rasio.

b. Teori Hedonistis

Teori hedonistis menyatakan bahwa segala perbuatan manusia, entah itu disadari atau pun tidak disadari, entah itu timbul dari kekuatan luar ataupun kekuatan dalam, pada dasarnya mempunyai tujuan yang satu yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang menyulitkan. Teori hedonistis kemudian diberi arti baru yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh Paul T. Young dan David Mc Clelland (Handoko, 1992:12) yaitu: semua rangsang yang terdapat di lingkungan sekitar kita pada hakikatnya menimbulkan keadaan nikmat atau sakit. Rangsang yang menimbulkan keadaan nikmat atau enak menyebabkan seseorang bereaksi mendekati rangsang itu. Sebaliknya rangsang yang menimbulkan keadaan tidak enak atau sakit menyebabkan seseorang menjauhi rangsang itu. Masalah enak atau tidak enak yang dialami seseorang itu banyak tergantung pada adaptasi seseorang dengan rangsang yang mendahuluinya. Teori hedonistis ini menggunakan “affectivearousal model” yang intinya mengatakan bahwa setiap rangsang pada hakikatnya telah membawa keadaan yang menimbulkan rasa enak atau tidak enak.

c. Teori Insting

Setiap orang telah membawa “kekuatan biologis” sejak lahir. Kekuatan biologis inilah yang membuat seseorang bertindak menurut cara tertentu;


(34)

demikianlah dasar pemikiran teori insting. Kekuatan instingtif inilah yang seolah-olah memaksa seseorang untuk berbuat dengan cara tertentu, untuk mengadakan pendekatan kepada rangsang dengan cara tertentu.

Mc Dougall (1908) dalam bukunya “An Introduction to Social Psychology” (Handoko, 1992:15) mengatakan segala tingkah laku dan pikiran kita adalah hasil insting. Insting merupakan sesuatu yang diwariskan, sesuatu yang mengarahkan tindakan manusia kepada tujuan (purposive, goal-seeking). d. Teori Psikoanalitis

Sebenarnya teori psikoanalistis merupakan pengembangan teori insting. Dalam teori inipun diakui adanya kekuatan bawaan di dalam diri setiap manusia, dan kekuatan bawaan inilah yang menyebabkan dan mengarahkan tingkah laku manusia.

Freud (Handoko, 1992:16) seorang tokoh psikoanalitis mengatakan bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh dua kekuatan besar yaitu insting kehidupan (eros) mendorong orang untuk tetap hidup dan berkembang, sedang insting kematian (thanatos) mendorong orang ke arah penghancuran diri misal: bunuh diri, perbuatan-perbuatan agresif yang menghancurkan orang lain dan diri sendiri.

e. Teori Keseimbangan (Homeostosis)

berpendapat bahwa tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketidakseimbangan (disequilibrium) di dalam diri manusia. Dengan kata lain manusia selalu ingin mempertahankan adanya keseimbangan di dalam dirinya


(35)

Keseimbangan manusia bersifat dinamis. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Maslow (Handoko, 1992:21) bahwa tingkah laku manusia timbul karena adanya suatu kebutuhan, tingkah laku manusia tersebut mengarah pada pencapaian tujuan yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan itu. Demikian seterusnya sehingga dapat terjadi lingkaran motivasi. f. Teori Dorongan

Kalau teori keseimbangan menekankan adanya keadaan tidak seimbang yang menimbulkan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, teori dorongan memberikan tekanan pada hal yang mendorong terjadinya tingkah laku.

Teori dorongan dasar dari teori keseimbangan. Teori ini diperkenalkan oleh Robert Woodworth pada tahun 1918 (Handoko, 1992:22) yang mengartikan dorongan sebagai suatu tenaga dari dalam diri kita yang menyebabkan kita berbuat sesuatu.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi merupakan salah satu faktor penentu tingkah laku manusia yang digerakkan oleh bermacam-macam motif. Dalam kehidupan nyata ditemukan berbagai macam tindakan manusia yang digerakkan oleh bermacam-macam motif yang oleh para ahli dibedakan menjadi beberapa teori motivasi.

3. Penggolongan Motivasi Manusia

Sampai saat ini terdapat berbagai macam cara menggolong-golongkan motif manusia. Ada penggolongan motif yang mendasarkan pada reaksi manusia, ada


(36)

penggolongan yang mendasarkan pada asal usul reaksi seseorang terhadap rangsang yang datang, ada yang mendasarkan pada asal-usul tingkah laku, ada pula yang mendasarkan pada tingkat kesadaran orang bertingkah laku serta masih banyak dasar lain. Dalam tulisan ini peneliti menyebutkan dua dari beberapa penggolongan motif manusia.

a. Motif sadar dan motif tidak sadar

Jika seseorang yang bertingkah laku tertentu tetapi orang tersebut tidak dapat mengatakan motif apa yang menggerakkannya, maka motif yang menggerakkan tingkah laku itu disebut motif tidak sadar. Sebaliknya jika seseorang bertingkah laku tertentu dan dia mengerti alasannya berbuat demikian, maka motif yang melatarbelakangi tingkah laku itu disebut motif sadar. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin penting tindakan seseorang, semakin penuh kesadaran akan motivasi yang menggerakkannya. Semakin rutin tindakan seseorang, semakin kurang taraf kesadarannya.

Tingkah laku-tingkah laku yang banyak melibatkan aktivitas berpikir pada umumnya digerakkan oleh motif-motif sadar dan taraf kesadarannya penuh. Sebaliknya tingkah laku-tingkah laku yang didasarkan insting, kebiasaan-kebiasaan adat tradisi dan lain-lain sering kurang disadari motivasi yang ada dibelakangnya.

b. Motif instrinsik dan motif ekstrinsik

Pembagian motif menjadi motif instrinsik dan motif ekstrinsik didasarkan pada datangnya penyebab suatu tindakan. Tindakan yang digerakkan oleh


(37)

suatu sebab yang datang dari luar diri individu disebut tindakan yang bermotif ekstrinsik sedang yang datang dari dalam diri individu disebut tindakan yang bermotif instrinsik.

Penggolongan motivasi ini memudahkan untuk mengetahui sumber dari motivasi yang menggerakkan manusia dalam bertindak atau bertingkah laku. Motivasi berkembang sesuai taraf kesadaran seseorang akan tujuan yang akan dicapainya. Makin luas dan makin sadar orang akan tujuan yang hendak dicapainya, akan semakin kuat pula motivasi untuk mencapainya.

4. Fungsi Motivasi

Menurut Purwanto (1990:70) ada beberapa fungsi dari motivasi.

a. Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau tidak bertindak. Motif itu berfungsi memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas

b. Motif itu menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh

c. Motif itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.


(38)

5. Tujuan Motivasi

Purwanto (1990:70) mengatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang siswa tujuan motivasi adalah untuk selalu menggugah dirinya sendiri agar selalu bersemangat dalam melakukan tugas studinya sehingga dapat mewujudkan apa yang menjadi cita-cita dan tujuan hidupnya.

6. Unsur-unsur Penggerak Motivasi

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1997:97) unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi adalah:

a. cita-cita atau aspirasi: cita-cita akan memperkuat motivasi instrinsik maupun ekstrinsik sebab tercapainya cita-cita akan mewujudkan aktualisasi dirinya; b. kemampuan siswa: kemampuan akan memperkuat motivasi siswa untuk

melaksanakan tugas-tugas perkembangan;

c. kondisi siswa: kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi;

d. kondisi lingkungan siswa: dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi mudah diperkuat;

e. unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran: pembelajar yang masih berkembang jiwa raganya, lingkungan yang semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran;


(39)

f. upaya guru dalam pembelajaran siswa: partisipasi dan teladan guru dalam memilih perilaku yang baik sudah merupakan upaya membelajarkan siswa.

7. Cara Mengukur Motivasi

Menurut Handoko (1992:61) untuk mengukur motivasi digunakan dua cara. a. Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan dorongan

dalam diri seseorang.

Faktor-faktor luar tertentu misalnya memberi stimulus dengan hadiah, insentif verbal dengan pengarahan-pengarahan yang dapat memperkuat motivasi. b. Mengukur aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi ungkapan dari

motif tertentu.

Aspek tingkah laku tertentu misalnya adanya kekuatan tenaga yang dikeluarkan (usahanya), frekuensinya, jumlah waktu yang disediakan, kerelaan untuk meninggalkan kewajiban atau tugas lain, ketekunan dalam mengerjakan tugas, kecepatan reaksinya, tema pembicaraannya, fantasinya, impiannya.

Dari seluruh uraian tentang motivasi maka dapat disimpulkan seperti yang dikatakan Spillane (1982:1) bahwa semakin berharga cita-citanya dan semakin besar harapan seseorang untuk sukses semakin kuat motifnya. Jadi motivasi menjadi faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.


(40)

B. Bakat

Freeman (1950) merumuskan bakat (aptitude) adalah suatu kondisi atau kombinasi ciri-ciri pengenal abilitas individu melalui latihan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, kesiapan response untuk mengerjakan pekerjaan keteknikan dan sebagainya (Fudyartanto, 2002:98). Menurut Hilgard (Slameto, 1988:59) bakat atau aptitude adalah: “the capacity to learn.” Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

Bakat khusus adalah sesuatu yang dibentuk dalam kurun waktu sejumlah tahun dan merupakan perpaduan dari taraf intelegensi pada umumnya (general ability), komponen inteligensi tertentu, pengaruh pendidikan dalam keluarga dan di sekolah, minat dari subjek sendiri (Winkel, 1987:88). Menurut Renzulli (1986) seperti yang dikutib Satiadarma dan Waruwu (2003:75), mengemukakan bahwa pada hakikatnya seseorang dapat dikatakan berbakat jika ia menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, melakukan hal-hal yang bersifat kreatif dan memiliki tekad dalam melaksanakan tugas.

Bakat sebagai aptitude biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih (Semiawan, 1984:3). Kemampuan bawaan membuat siswa cepat untuk belajar sesuatu yang baru. Dalam perkembangan selanjutnya bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.


(41)

Dari beberapa pengertian di atas maka bakat pada intinya adalah kemampuan di atas rata-rata yang dimiliki oleh individu baik yang berasal dari bawaan maupun hasil dari latihan, untuk melakukan tugas tertentu. Pengenalan bakat dalam diri memberi kepuasan tersendiri bagi pribadi tersebut. Dengan demikian siswa yang mempunyai bakat tertentu biasanya cenderung melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), karena di sana bakat yang dimiliki dapat dikembangkan lebih jauh, sedangkan siswa yang bakatnya kurang biasanya cenderung ke Sekolah Menengah Atas (SMA). Sehubungan dengan uraian tersebut diduga ada pengaruh antara bakat terhadap pilihan sekolah di SMA/SMK.

C. Minat

1. Pengertian Minat

Minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong orang yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Oleh karena itu tinggi rendahnya perhatian dan dorongan psikologis pada setiap orang tidak sama, maka tinggi rendahnya minat juga belum tentu sama (Supriyoko, 1990:4).

Menurut Slameto (1988:182) minat adalah “suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.


(42)

Winkel (1994:30) berpendapat minat adalah “ kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada hal-hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut”. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa tanpa adanya minat yang menetap pada subjek dalam mengerjakan sesuatu, subjek akan merasa bosan dan hasil yang dicapai tidak memuaskan, sehingga minat dikatakan sebagai faktor penentu pilihan. Pendapat lain menyatakan yang dimaksud minat adalah “suatu keadaan perhatian seseorang terhadap objek yang disertai rasa ingin tahu, ingin mempelajari dan kemudian ingin membuktikan lanjut tentang apa yang diketahuinya” (Walgito, 1985:38).

Minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang (Slameto: 1988:59)

Pendapat Whiterington (1984:135) minat adalah “kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu kesadaran dari seseorang yang mempunyai perasaan senang, menaruh perhatian terhadap sesuatu serta berusaha untuk mengetahui, memperhatikan dengan seksama, melibatkan diri dan mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Dengan demikian dalam minat ini diketemukan adanya unsur kesadaran, perhatian, keinginan dan juga harapan untuk terlibat dalam suatu objek tertentu melalui aktivitas.


(43)

Dengan adanya kesadaran, rasa senang, perhatian dan ingin mempelajari dalam diri siswa maka diharapkan pilihan mereka sekolah di SMA/SMK semakin mengembangkan bakat yang dimilikinya.

2. Fungsi Minat

Minat sangat berfungsi bagi manusia karena dapat mengarahkan seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya, sehingga dapat membawa manusia pada hal-hal yang dianggap tidak perlu menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam dirinya karena timbulnya kesadaran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa membebani orang lain. Selain itu minat juga dapat memberikan pandangan hidup seseorang (Whiterington, 1984:135).

3. Unsur-unsur yang Menimbulkan Minat

Unsur-unsur yang menimbulkan minat antara lain:

a. Bakat merupakan potensi yang dimiliki sejak lahir dan bakat ini dapat timbul dan berkembang dalam lingkungan yang memungkinkan untuk mengembangkan bakat ini tergantung pada pendidikan, lingkungan maupun kesempatan yang ada.

b. Cita-cita yang dimiliki seseorang akan dijadikan sebagai modal untuk menimbulkan minat misal: seseorang berminat untuk masuk perguruan tinggi maka ia akan giat belajar.


(44)

c. Perasaan senang pada seorang anak akan menimbulkan minat karena seorang anak apabila menaruh minat terhadap barang atau manusia maka ia akan senang.

d. Perhatian merupakan kesadaran untuk mengikuti sesuatu yang disertai dengan adanya perasaan senang dan perhatian.

4. Faktor yang Mempengaruhi Minat

Menurut Whiterington (1984: 136) ada dua faktor yang mempengaruhi minat a. Minat primitif yaitu yang timbul berdasarkan kebutuhan biologis seperti

makanan, minuman dan sejenisnya.

b. Minat kultural adalah minat yang ditimbulkan oleh perbuatan, persepsi dan lingkungan. Dapat dikatakan bahwa minat kultural berasal dari perbuatan belajar atau prestasi belajar.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa di dalam diri seseorang ada unsur-unsur minat yang mengakibatkan seseorang mau melakukan sesuatu. Unsur ini timbul karena ada yang mempengaruhinya yaitu faktor primitif (intern). Faktor intern adalah faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang yang datangnya dari dalam diri seseorang. Selain itu ada juga minat yang timbul karena faktor-faktor dari luar diri seseorang, seperti dari hasil pembelajaran atau pelatihan dan lingkungannya disebut faktor kultural (ekstern). Oleh karena itu minat dapat berkembang dengan adanya keterlibatan diri sendiri dan orang lain yang memacu dan memberi daya tarik untuk memilih sekolah di SMA/SMK. Dengan


(45)

demikian diduga ada pengaruh antara minat terhadap pilihan sekolah di SMA/SMK.

D. Status Sosial Ekonomi

Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok. Status sosial ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan status ekonomi yang dimiliki seseorang (orang tua) dalam suatu kelompok masyarakat. Menurut Susanto (1977:181) status sosial adalah perbandingan peranan dalam masyarakat, status merupakan pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah laku manusia. Sukanto (1990:263) mengatakan bahwa status sosial ekonomi adalah tempat orang secara umum di dalam masyarakat, sehubungan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestise dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.

Mengenai status sosial ekonomi, Keeves (1972:235) mengatakan bahwa status sosial ekonomi mencakup unsur pendidikan, pekerjaan, jabatan, penghasilan, pemilihan barang berharga yang dimiliki oleh seseorang di dalam suatu masyarakat atau kelompoknya. Jadi pengertian status sosial ekonomi dapat dikaitkan dengan tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan. Sejalan dengan uraian tersebut Tan dan Koentjaraningrat (1977:53) juga mengatakan bahwa konsep kedudukan sosial ekonomi dalam ilmu pengetahuan masyarakat sudah sewajarnya mencakup tiga faktor yaitu tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan fasilitas dalam keluarga.


(46)

Menurut pendapat para sosiolog bahwa perbedaan dalam hal orientasi belajar berasal dari pandangan perbedaan kelas sosial. Status sosial ekonomi yang rendah mengurangi minat dalam dunia pendidikan, kelas rendah cenderung bersusah payah mencari nafkah. Hal demikian mempengaruhi orang tua dalam mendidik dan mengarahkan anak dalam menentukan pilihan sekolahnya. Dalam hal ini peneliti mengambil tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua dan tingkat pendapatan orang tua sebagai faktor dari status sosial ekonomi.

1. Tingkat pendidikan orang tua.

Pendidikan adalah proses yang dikendalikan dengan sengaja, yang menghasilkan perubahan tingkah laku dalam diri seseorang dan melalui orang-orang dalam kelompoknya. Pendidikan menurut UU no. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat, membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datang dari orang dewasa atau yang diciptakan orang dewasa seperti sekolah, buku, peraturan hidup sehari-hari dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa (Langeveld, 1971:20). Jadi pendidikan merupakan


(47)

perbuatan manusia yang fundamental, mendidik dan dididik (Driyarkara, 1980:66).

Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari jenjang pendidikan yang pernah dialaminya atau lamanya pendidikan. Tingkat pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan yang telah diselesaikan oleh orang tua siswa yang dibuktikan dengan adanya ijazah yang paling akhir diperolehnya. Pada umumnya tingkat pendidikan menentukan jenis pekerjaan atau jabatan seseorang.

Dengan pengalaman pendidikan yang dialami orang tua dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajar, sehingga membantu siswa untuk lebih percaya diri akan kemampuan dan memilih studi yang disukainya. Bagi keluarga tingkat pendidikan tinggi mengerti akan pentingnya pendidikan sebaliknya keluarga tingkat pendidikan rendah yang terpenting adalah membantu orang tua, karena setelah lulus dari SMK siswa siap untuk bekerja. Dalam penelitian ini diduga ada pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua terhadap pilihan sekolah di SMA/SMK.

2. Jenis Pekerjaan orang tua

Berdasarkan tingkat pendapatan, jenis pekerjaan dapat digolongkan menjadi sembilan golongan (Spillane, 1982:14) yaitu sebagai berikut:

Golongan A terdiri dari: mandor, pedagang, pegawai kantor, pegawai sipil ABRI, pemilik perusahaan/toko/pabrik/perikanan, pemilik


(48)

bus/colt, penggarap tanah, pengawas keamanan, petani pemilik tanah, peternak, tuan tanah.

Golongan B terdiri dari: buruh nelayan, petani kecil, penebang kayu.

Golongan C terdiri dari: ABRI (Tamtama s.d. Bintara), Guru SD, kepala bagian, kepala kantor pos (cabang), manager perusahaan kecil, pamong praja pegawai badan hukum, pegawai negeri golongan I a s.d. I d, supervisor/pengawas.

Golongan D terdiri dari: meninggal dunia, pensiunan, tak mempunyai pekerjaan tetap.

Golongan E terdiri dari: Guru (SMP s.d. SMA), juru rawat, pekerja sosial, kepala sekolah, kontraktor kecil, pegawai negeri golongan II a s.d. II d, perwira ABRI (Letnan II, Letnan I dan Kapten), wartawan.

Golongan F terdiri dari: buruh tidak tetap, petani penyewa, tukang/penarik becak.

Golongan G terdiri dari: ahli hukum, ahli ilmu tanah/ahli ukur tanah, apoteker, arsitek, dokter, dosen/guru besar, gubernur, insiyur, kepala kantor pos (pusat), kontraktor besar, manager perusahaan, menteri, pegawai negeri golongan III a ke atas, pengarang, peneliti, penerbang, perwira ABRI (mayor s.d. jenderal), walikota/bupati. Golongan H terdiri dari: pembantu, pedagang keliling, tukang cuci.


(49)

Golongan I terdiri dari: artis/seniman, buruh tetap, montir, pandai besi/emas/perak, penjahit, penjaga, supir bus/colt, tukang kayu, tukang listrik, tukang mesin.

Pekerjaan orang tua berarti aktivitas keseharian yang dilakukan orang bertanggung jawab dalam suatu keluarga. Aktivitas tersebut menyita banyak waktu. Pendapat lain menyatakan bahwa jenis pekerjaan orang tua merupakan suatu jenis pekerjaan yang konkrit yang dapat dilihat sehingga dapat menjadi pendorong siswa dalam berfikir dan dalam menekuni suatu pekerjaan yang kelak diinginkannya.

Menurut Biro Pengembangan Sosial Budaya (1985:12) pekerjaan dibedakan menjadi dua jenis.

a. Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai sumber ukuran dari penghasilannya, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sifat pekerjaan ini adalah tetap. Apabila penghasilan dari pekerjaan pokok ini tidak/belum mencukupi untuk keperluang hidupnya, maka perlu diusahakan adanya penghasilan lain di luar penghasilan pokok.

b. Pekerjaan sampingan atau tambahan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan tambahan untuk memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sifat pekerjaan sambilan ini adalah melengkapi pekerjaan pokok.


(50)

Orang dari keluarga kelas bawah biasanya dalam pekerjaan berkedudukan sebagai bawahan, sebagai bawahan mereka terbiasa bersikap patuh dan tunduk kepada atasan. Sikap ini secara tidak sadar terpancar dari proses mendidik anak-anaknya (Vembriarto, 1993:46). Dari uraian di atas diduga ada pengaruh antara jenis pekerjaan orang tua terhadap pilihan siswa sekolah di SMA/SMK.

3. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan merupakan besarnya penghasilan yang diperoleh suatu keluarga bersumber dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan pendapatan lain yang berupa uang maupun barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan (Sumardi, 1982:122)

Menurut Gilarso (1994:63) pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Pendapatan orang tua adalah keseluruhan penerimaan orang tua dari pekerjaan pokok atau pekerjaan sambilan yang diterima setiap bulan yang dinilai dengan uang (Sumardi, 1982:9).

Dalam kaitannya dengan pendidikan anak, keadaan keluarga tentulah mempunyai peran yang sangat penting. Adanya perekonomian yang baik dalam suatu keluarga tentu dapat menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung perkembangan anak. Dalam penelitian ini diduga ada pengaruh antara pendapatan orang tua terhadap pilihan sekolah di SMA/SMK.


(51)

E. Pilihan Sekolah

Menurut Winkel (1983:81) apabila siswa hendak mengambil keputusan terhadap sekolah lanjutannya mereka harus mempertimbangkan dua hal yaitu:

1. kemampuan intelektual, bakat khusus, arah, minat, cita-cita hidup dan kemampuan finansial;

2. tidak dapat diabaikan pula harapan keluarga serta kewajiban keluarga.

Sejalan dengan pendapat Winkel, Valles (1998:17) mengemukakan bahwa pilihan adalah apa yang membuat seseorang menjadi orang, yang membuat orang menjadi seseorang. Pilihan itu membentuk kepribadian dan hidupnya. Pilihan itu merupakan murni pilihan pribadi yang bebas dan bukan hanya jiplakan atau sikap patuh melainkan komitmen pribadi. Pendapat yang serupa juga ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:683) bahwa pilihan adalah hasil dari memilih, yang berarti hasil dari mencari atau memisahkan mana yang baik dan menghendaki yang sesuai dengan keinginannya, yang sangat penting untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang. Jadi memilih merupakan faktor psikologis yang dapat memberikan suatu keputusan.

Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.


(52)

Memilih bersekolah di SMA/SMK merupakan pilihan pribadi siswa yang dapat membentuk kepribadian dan hidupnya untuk mempersiapkan diri melalui pendidikan formal supaya dapat bekerja di bidang tertentu sesuai dengan cita-cita dan harapan keluarga. Merujuk pada pendapat Winkel maka dapat dikatakan bahwa faktor intern dan ekstern mempunyai pengaruh bagi siswa dalam memilih sekolah di SMA/SMK.

F. Penelitian Terdahulu

1. Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Minat Melanjutkan Studi ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Di era globalisasi ini banyak orang berpendapat bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mencapai masa depan yang lebih baik bagi seseorang. Orang tua menginginkan anak-anak memperoleh pendidikan yang memadai untuk mencapai masa depan yang lebih cerah. Orang tua berpenghasilan tinggi menyekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih tinggi sebab tidak menginginkan anaknya cepat bekerja. Mereka mengharapkan anaknya melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi lagi, karena orang tua merasa mampu membiayai anaknya. Dengan pendidikan yang tinggi memudahkan anaknya mendapat pekerjaan. Demikian pula orang tua yang tingkat ekonomi rendah menyekolahkan anaknya ke sekolah sampai tingkat tinggi, karena orang tua merasa dirinya berkewajiban untuk membiayai anaknya meskipun biaya yang dibutuhkan tidak sedikit jumlahnya. Maksud orang tua


(53)

menyekolahkan anaknya ke sekolah yang lebih tinggi adalah setelah lulus nanti anaknya dapat segera bekerja dengan keterampilan yang didapat di SMK untuk membantu meringankan beban orang tua (Wahyuni, 2004:51-52).

Penelitian Widiastuti (2001:61-62) menunjukkan hasil yang sama. Kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin didasari oleh makin tingginya tingkat pendidikan orang tua. Akan tetapi orang tua yang berpendidikan rendah belum tentu menyekolahkan anaknya sebatas kemampuannya. Begitu juga dengan jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan orang tua yang rendah, mereka tetap mengusahakan agar anaknya mendapat pendidikan setinggi mungkin untuk masa depan yang lebih baik dengan bekerja lebih keras lagi sehingga anak-anaknya mendapat pekerjaan yang lebih baik dari orang tuanya.

Hasil penelitian Wahyuni (2004:53) menunjukkan bahwa siswa yang orang tuanya memiliki status sosial ekonomi tinggi maupun rendah tidak menentukan anaknya untuk melanjutkan sekolah ke SMA/SMK. Siswa yang orang tuanya berstatus sosial ekonomi tinggi belum tentu memiliki minat yang tinggi untuk melanjutkan ke SMA. Begitu pun sebaliknya siswa yang orang tuanya berstatus sosial rendah belum tentu memiliki kesadaran akan keberadaan dan keterbatasan yang mereka miliki. Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa melanjutkan studi ke SMK tidak ada hubungan dan tidak mempengaruhi minat siswa memilih SMK.


(54)

2. Hubungan antara Prestasi Belajar Siswa dengan Minat Melanjutkan Studi ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Bila dilihat dari prestasi belajar (Wahyuni, 2004:53), siswa yang mempunyai prestasi tinggi cenderung memiliki minat rendah ke SMK sedangkan yang berprestasi rendah cenderung memiliki minat tinggi ke SMK. Pilihan SMK yang akan dimasuki lulusan SMP tidak berkaitan dengan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar ternyata belum tentu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan minat siswa melanjutkan ke SMK. Artinya belum tentu siswa yang berprestasi melanjutkan ke SMA, demikian pula siswa yang prestasi belajarnya kurang dapat juga melanjutkan ke SMA, hal ini tergantung dari minat siswa untuk melanjutkan ke SMA/SMK. Dapat pula pengaruh masuk tidaknya siswa ke SMK dikarenakan faktor lain. Faktor teman sebaya lebih berpengaruh terhadap minat siswa, karena dengan teman sebaya inilah individu bergaul dan mengidentifikasikan dirinya. Secara sadar atau tidak sadar mereka saling mempengaruhi sehingga dalam perkembangannya pengaruh teman sebaya turut berperan dalam pembentukan minat mereka.

Hasil penelitian Widiastuti (2001:63-64) yang menyebutkan bahwa fasilitas yang dimiliki berpengaruh terhadap prestasi yang dicapai, tetapi ada juga anak yang prestasinya kurang baik akan lebih rajin belajar sehingga akan mendapat hasil semaksimal mungkin. Jika anak tersebut menyadari kalau orang tua membiayai sekolahnya dengan susah payah agar nantinya mempunyai masa depan yang lebih baik dari orang tuanya. Anak yang berprestasi tinggi motivasi


(55)

dan semangat belajarnya cenderung tinggi. Motivasi dan semangat belajar yang tinggi menyebabkan prestasi belajar cenderung lebih baik dari pada mereka yang motivasi dan semangat belajarnya rendah. Jadi anak yang prestasi belajarnya kurang dapat juga melanjutkan ke SMA hal ini tergantung dari minat siswa untuk melanjutkan ke SMA/SMK. Dari hasil penelitian Wahyuni dan Widiastuti menunjukkan tidak adanya hubungan antara prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke SMK.

G. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Motivasi terhadap Pilihan Sekolah

Motivasi adalah penggerak tingkah laku manusia. Motivasi menjadi faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan karena motivasi menggerakkan, mengarahkan tindakan serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan siswa. Pilihan sekolah adalah keputusan siswa untuk menentukan jenis sekolah yang sesuai dengan keinginannya sehingga dapat mengembangkan kepribadian dan hidupnya. Adanya motivasi yang kuat dari siswa dengan memilih sekolah yang mempunyai tujuan belajar dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan hidupnya, untuk itu siswa akan memilih sekolah di SMA/SMK.


(56)

2. Pengaruh Bakat terhadap Pilihan Sekolah

Bakat pada intinya adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu baik yang berasal dari bawaan maupun hasil dari latihan untuk melakukan tugas tertentu. Pilihan sekolah adalah keputusan siswa untuk menentukan jenis sekolah yang sesuai dengan keinginannya sehingga dapat mengembangkan kepribadian dan hidupnya. Siswa yang mempunyai bakat tertentu memilih melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), karena bakat yang dimiliki dapat dikembangkan lebih dalam, sedangkan siswa yang bakatnya kurang memilih melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA).

3. Pengaruh Minat terhadap Pilihan Sekolah

Minat adalah suatu kesadaran dari seseorang yang mempunyai perasaan senang, menaruh perhatian terhadap sesuatu serta berusaha untuk mengetahui, memperhatikan dengan seksama, melibatkan diri dan mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Dengan adanya kesadaran, rasa senang, perhatian dan ingin mempelajari dalam diri siswa maka pilihan mereka bersekolah di SMA/SMK semakin mengembangkan bakat yang dimiliki serta membantu mewujudkan cita-citanya. Hal ini sejalan dengan arti pilihan sekolah yang merupakan keputusan siswa untuk menentukan jenis sekolah yang sesuai dengan keinginannya sehingga dapat mengembangkan kepribadian dan hidupnya. Jika demikian dapat dikatakan terdapat pengaruh antara minat dengan pilihan sekolah.


(57)

4. Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah

Tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan menentukan besarnya tingkat pendapatan orang tua. Orang tua berpendidikan tinggi memiliki pekerjaan dengan pendapatan yang lebih baik dibandingkan orang tua berpendidikan rendah. Hal ini berpengaruh pada kesejahteraan orang tua dalam hal pendidikan bagi anak-anaknya. Orang tua yang tingkat pendapatannya rendah, harus memperhitungkan kemampuan finansialnya bila hendak menyekolahkan anak-anaknya. Perbedaan status sosial ekonomi orang tua menimbulkan perbedaan pola kepribadian anak. Perbedaan ini memunculkan minat anak dalam menentukan pilihan pendidikan lanjut yang dipengaruhi status sosial ekonomi. Pilihan sekolah adalah keputusan siswa untuk menentukan jenis sekolah yang

sesuai dengan keinginannya sehingga dapat mengembangkan kepribadian dan hidupnya. Siswa yang berasal dari status sosial ekonomi rendah ingin segera bekerja sehingga memilih sekolah di SMK, sedangkan dari status sosial ekonomi tinggi lebih ingin melanjutkan ke SMA.

5. Pengaruh Motivasi, Bakat, Minat dan Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah di SMK

Motivasi adalah penggerak tingkah laku manusia. Adapun bakat adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu baik yang berasal dari bawaan maupun hasil dari latihan, untuk melakukan tugas tertentu. Dalam usaha mengembangkan bakat diperlukan minat, karena dengan minat yang dimiliki


(58)

dengan sendirinya siswa akan mengerahkan seluruh perhatian dan melibatkan diri dengan lebih sungguh-sungguh. Minat adalah suatu kesadaran dari seseorang yang mempunyai perasaan senang, menaruh perhatian terhadap sesuatu serta berusaha untuk mengetahui, memperhatikan dengan seksama, melibatkan diri dan mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu.

Status sosial ekonomi orang tua membentuk pola kepribadian anak yang memunculkan minat dalam memilih sekolah. Pilihan sekolah adalah keputusan siswa untuk menentukan jenis sekolah yang sesuai dengan keinginannya sehingga dapat mengembangkan kepribadian dan hidupnya.

Siswa memilih sekolah sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki untuk dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan hidupnya. Dengan demikian siswa dapat semakin mengembangkan kepribadiannya. Status sosial ekonomi orang tua juga mempengaruhi siswa dalam memilih sekolah. Siswa yang berasal dari status sosial ekonomi rendah memilih sekolah ke SMK, siswa dari status sosial ekonomi tinggi memilih sekolah ke SMA.

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

1. Ada pengaruh antara motivasi terhadap pilihan sekolah. 2. Ada pengaruh antara bakat terhadap pilihan sekolah. 3. Ada pengaruh antara minat terhadap pilihan sekolah.


(59)

4. Ada pengaruh antara status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah.

5. Ada pengaruh antara motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah.


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang subjek tertentu di mana subjek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subjek yang diteliti (Sevilla, 1993:73).

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Maria Assumpta Klaten.

2. Waktu Penelitian

Penelitian lapangan dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2007

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Maria Assumpta kelas IX. Alasan penulis memilih subjek penelitian ini adalah siswa telah duduk di kelas IX dengan pertimbangan sebentar lagi akan lulus, diharapkan siswa dapat memberikan jawaban atas pertanyaan/kuesioner penelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atas sekolah pilihan mereka.


(61)

2. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian ini adalah motivasi, bakat, minat, status sosial ekonomi dan pilihan sekolah.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2003:55) populasi yaitu kumpulan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sesuai dengan masalah yang diteliti maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP Maria Assumpta Klaten sebanyak 179 siswa.

2. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2002:109) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana. Selain itu dilihat juga sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena hal ini menyanggkut banyak sedikitnya data (Arikunto, 2002:112). Berdasarkan pendapat tersebut peneliti menetapkan 100 siswa kelas IX sebagai sampel, sehingga peneliti mengambil 56% dari populasi, dengan


(62)

demikian sampel diharapkan dapat mencerminkan populasi. Pengambilan 100 siswa sebagai sampel dirasa tidak memberatkan peneliti baik dari segi waktu, tenaga dan dana, selain itu wilayah pengamatan subjek tidak begitu luas. Subjek tersebar dalam empat kelas dan tiap kelas memiliki jumlah berbeda, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel proporsi atau

proportional sampling. Untuk kelas IX A sebanyak 26 siswa, kelas IX B

sebanyak 27 siswa, kelas IX C sebanyak 23 siswa dan kelas IX D sebanyak 24 siswa. Berikut ini perhitungan proporsi untuk tiap kelas.

Kelas Jumlah Siswa Perhitungan Sampel A B C D 46 48 42 43

46/179 x 100 = 25,69 48/179 x 100 = 26,82 42/179 x 100 = 23,46 43/179 x 100 = 24,02

26 27 23 24 179

E. Variabel Penelitian dan Operasionalisasinya 1. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariatif atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

a. Variabel bebas (independent variable)

1) Motivasi merupakan penggerak tingkah laku manusia. Responden memilih sekolah di SMA/SMK karena digerakkan oleh motivasi maka


(63)

dibuat beberapa pertanyaan dengan diberi alternatif jawaban yang menunjukkan seberapa besar motivasi responden. Variabel bebas motivasi diukur dengan menggunakan skala likert.

2) Bakat adalah kemampuan di atas rata-rata yang dimiliki oleh individu baik yang berasal dari bawaan maupun hasil dari latihan untuk melakukan tugas tertentu. Untuk mengetahui bakat responden maka dibuat pertanyaan yang mendukung pengenalan responden terhadap bakat yang dimilikinya. Skala likert digunakan untuk mengukur bakat yang merupakan variabel bebas.

3) Minat adalah suatu kesadaran dari seseorang yang mempunyai perasaan senang, menaruh perhatian terhadap sesuatu serta berusaha untuk mengetahui, memperhatikan dengan seksama, melibatkan diri dan mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Unsur-unsur yang ada dalam minat dijadikan acuan untuk membuat pertanyaan yang menunjukkan besarnya minat responden. Pengukuran minat responden mengggunakan skala likert.

4) Status sosial ekonomi mencakup tiga faktor yaitu tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor dari luar diri responden yang berada sangat dekat dengan responden. Pengukuran variabel status sosial ekonomi dengan memberikan skor dari pertanyaan yang telah dibuat.


(64)

b. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat dimaksud dalam penelitian ini adalah pilihan sekolah SMA/SMK, diukur dengan memberikan skor dari pertanyaan yang telah disediakan.

2. Operasionalisasi Variabel a. Motivasi

Motivasi semakin kuat jika tujuan dan harapan yang akan dicapai semakin jelas. Pengukuran motivasi menggunakan indikator-indikator yang meliputi: tujuan belajar, mewujudkan harapan/cita-cita, usaha yang dilakukan dan ketekunan dengan menggunakan skala likert yang dirumuskan dalam kuesioner. Kuesioner disusun berdasarkan kajian teoretik pada Bab II. Pemberian skor adalah sebagai berikut.

Tabel III.1 Skor Kuesioner

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor Sangat Setuju

Setuju

Di antara Setuju dan Tidak Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1 Sangat Setuju Setuju

Di antara Setuju dan Tidak Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

1 2 3 4 5

Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi varibel motivasi yang disusun berdasarkan kajian teoretik pada Bab II dan telah disesuaikan untuk penelitian ini.


(65)

Tabel III.2

Kisi-kisi Variabel Motivasi

Variabel Indikator No. Positif No. Negatif Motivasi a. Tujuan belajar

b. Mewujudkan harapan/cita-cita c. Usaha yang dilakukan d. Ketekunan

1,2 4,10 6,7 8 3 5 9

b. Bakat

Bakat adalah kemampuan di atas rata-rata yang dimiliki oleh individu baik yang berasal dari bawaan maupun hasil dari latihan untuk melakukan tugas tertentu. Dalam penelitian ini pengukuran bakat responden dengan menggunakan skala likert yang dirumuskan dalam kuesioner. Pertanyaan dalam kuesioner disusun oleh Novianingsih (2006) dan telah diubah sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Pemberian skor seperti yang dilakukan untuk variabel motivasi. Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi variabel bakat.

Tabel III.3 Kisi-kisi Variabel Bakat

Variabel Indikator No. Positif No. Negatif Bakat a. Faktor bawaan

b. Kemampuan di atas rata-rata dan tekad melaksanakan tugas c. Latihan dan dukungan d. Cepat belajar

e. Kepuasan

13,14,16 1,2,3 5,6,11 9,17 7,8 4 10,12 15


(66)

c. Minat

Minat adalah suatu kesadaran dari seseorang yang mempunyai perasaan senang, menaruh perhatian terhadap sesuatu serta berusaha untuk mengetahui, memperhatikan dengan seksama, melibatkan diri dan mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Minat diukur berdasarkan indikator-indikator yang meliputi kesadaran, perhatian, perasaan senang, keinginan dan juga harapan atau cita-cita. Semua itu dijabarkan dalam kuesioner dengan menggunakan skala likert dan pemberian skor seperti pada variabel bakat. Sumber kuesioner dari Novianingsih (2006) yang telah diubah penulis disesuaikan dengan kajian teoretik pada Bab III. Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi variabel minat.

Bagan III.4 Kisi-kisi Variabel Minat

Variabel Indikator No. Positif No. Negatif Minat a. Senang, kesadaran

dan penuh perhatian b. Ingin mempelajari c. Bakat

d. Cita-cita/harapan e. Minat kultural

2,3,15 12,13 1,11 6,10 4,5

8

14 7 9

b. Status Sosial Ekonomi 1) Tingkat Pendidikan


(67)

Tingkat pendidikan yang telah diselesaikan orang tua responden (ayah dan ibu) hingga memperoleh ijasah. Dalam hal ini tingkat pendidikan dikelompokkan dan diberi skor sebagai berikut.

Tabel III.5

Skor Untuk Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Skor Tidak tamat SD

Tamat SD Tamat SMP

Tamat SMA/sederajat

Tamat Akademi/Perguruan Tinggi

1 2 3 4 5

2) Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan dalam hal ini jenis pekerjaan orang tua (ayah dan ibu) adalah pekerjaan pokok yang ditekuninya setiap hari. Penggolongan pekerjaan berdasarkan dari penggolongan Spillane (1982:14) yang telah disesuaikan, pekerjaan dibagi menjadi enam golongan dan diberi skor sebagai berikut.

Tabel III.6

Skor Untuk Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Skor Buruh/Ibu Rumah Tangga

Petani/Pengrajin Pedagang/Wiraswasta Pegawai Swasta Pegawai Negeri ABRI 1 2 3 4 5 6


(68)

3) Tingkat Pendapatan

Merupakan pendapatan yang diterima orang tua (ayah dan ibu) setiap bulan, baik dari pekerjaan pokok maupun dari pekerjaan sampingan. Berdasarkan Upah Minimum Propinsi Tahun (UMP) 2007 untuk kota Klaten sebesar Rp 540.00,00, maka tingkat pendapatan dikelompokkan sebagai berikut.

Tabel III.7

Skor Untuk Tingkat Pendapatan

Tingkat Pendapatan Skor a. <Rp 540.000,00

b. Rp 541.000,00 – Rp 1.081.000,00 c. Rp 1.082.000,00 – Rp 1.622.000,00 d. Rp 1.623.000,00 – Rp 2.163.000,00 e. Rp 2.164.000,00 – Rp 2.704.000,00 f. > Rp 2.705.000,00

1 2 3 4 5 6

Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi variabel status sosial ekonomi, disusun berdasarkan kajian teoretik pada Bab II yang disesuaikan untuk penelitian ini.

Tabel III.8

Kisi-kisi Variabel Status Sosial Ekonomi

Sub Variabel Indikator No. Item

Tingkat Pendidikan Jenis Pekerjaan Tingkat Pendapatan

Pendidikan terakhir ayah, ibu Pekerjaan pokok ayah, ibu

Penghasilan yang diterima setiap bulan

1,2 3,4 5,6


(69)

e. Pilihan Sekolah

Pilihan sekolah adalah pilihan pribadi siswa yang membentuk kepribadian dan hidupnya melalui pendidikan formal. Dalam hal ini pendidikan formal dibedakan dan diberi skor sebagai berikut.

Tabel III.9

Skor Untuk Pilihan Sekolah

Pilihan Sekolah Skor Sekolah Menengah Atas (SMA)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

0 1

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner/angket

Kuesioner/angket adalah metode mengumpulkan data dengan menggunakan daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada siswa sebagai responden, yang sebenarnya cara ini dimaksudkan untuk mendapatkan data variabel motivasi, bakat, minat, status sosial ekonomi dan pilihan sekolah.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data berdasarkan benda-benda tertulis yang tersedia di sekolah guna melengkapi data tentang gambaran umum sekolah.


(70)

3. Wawancara

Wawancara adalah metode tanya jawab langsung kepada kepala sekolah, guru dan karyawan guna mendapatkan keterangan tambahan tentang gambaran umum sekolah.

G. Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

Validitas atau kesahihan adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan atau kevalidan suatu instrumen (Arikunto, 1989:235). Suatu instrumen dikatakan valid atau sahih jika mampu mengukur apa saja yang seharusnya diukurnya. Adapun yang dimaksud dengan instrumen adalah kuesioner. Untuk mengukur kevalidan item-item kuesioner digunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson (Arikunto, 1989:236) yaitu:

rxy =

(

)

{

∑ ∑

}

{

∑ ∑

( )

}

− 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi Product Moment

X : Nilai dari item Y : Nilai total semua N : Banyaknya responden


(71)

Besarnya nilai r dihitung dengan menggunakan taraf signifikansi 5%. Jika hasil pengukuran menunjukkan nilai r hitung untuk suatu item lebih besar dari r tabel, maka item tersebut dinyatakan valid. Tetapi jika nilai r hitung untuk suatu item lebih kecil dari r tabel, maka item tersebut dinyatakan tidak valid. Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan program

Statistical Package for Social Science (SPSS). Uji validitas ini dilakukan

dengan membagikan kuesioner kepada 60 siswa di luar sampel, maka n = 60 dengan dk = n – 2, dk (60 – 2 = 58) sehingga r tabel = 0,1678.

Dalam pengujian validitas variabel motivasi item nomor 7 tidak valid. Begitu pula untuk variabel minat item nomor 4 dan 5 tidak valid, maka item-item tersebut dikeluarkan dan dilakukan pengujian kembali. Adapun rangkuman dari hasil pengujian validitas setelah diadakan pengujian kembali tampak dalam tabel berikut ini

Tabel III.10

Rangkuman Hasil Pengujian Validitas Variabel Motivasi dan Bakat No

Item

r hitung Motivasi

r tabel Ket. r hitung Bakat

r tabel Ket. 1 0,3410 0,1678 Valid 0,3852 0,1678 Valid 2 0,2463 0,1678 Valid 0,2720 0,1678 Valid 3 0,5350 0,1678 Valid 0,5206 0,1678 Valid 4 0,3139 0,1678 Valid 0,2298 0,1678 Valid 5 0,4036 0,1678 Valid 0,4852 0,1678 Valid 6 0,2760 0,1678 Valid 0,2817 0,1678 Valid

7 - - - 0,2301 0,1678 Valid

8 0,4076 0,1678 Valid 0,2853 0,1678 Valid 9 0,3124 0,1678 Valid 0,3782 0,1678 Valid 10 0,4716 0,1678 Valid 0,2313 0,1678 Valid


(72)

11 0,4027 0,1678 Valid

12 0,2678 0,1678 Valid

13 0,2038 0,1678 Valid

14 0,5910 0,1678 Valid

15 0,1984 0,1678 Valid

16 0,3197 0,1678 Valid

17 0,3944 0,1678 Valid

Tabel III.11

Rangkuman Hasil Pengujian Validitas Variabel Minat dan Status Sosial Ekonomi No

Item

r hitung Minat

r tabel Ket. R hitung SSE

r tabel Ket. 1 0,2038 0,1678 Valid 0,6102 0,1678 Valid 2 0,3552 0,1678 Valid 0,4134 0,1678 Valid 3 0,2967 0,1678 Valid 0,6625 0,1678 Valid

4 - - - 0,4745 0,1678 Valid

5 - - - 0,5516 0,1678 Valid

6 0,4414 0,1678 Valid 0,5076 0,1678 Valid 7 0,4858 0,1678 Valid

8 0,2692 0,1678 Valid 9 0,2039 0,1678 Valid 10 0,2646 0,1678 Valid 11 0,3350 0,1678 Valid 12 0,3219 0,1678 Valid 13 0,2592 0,1678 Valid 14 0,3982 0,1678 Valid 15 0,3270 0,1678 Valid

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kesetabilan dan keandalan alat ukur dalam mengukur gejala. Tujuan pengujian reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana pengukuran data dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan


(1)

190

LAMPIRAN 7


(2)

193

Tabel

r

df

t

R

df

t

r

1

1 3.0777

.9511

31

31

1.3095

.2289

2

2 1.8856

.8000

32

32

1.3086

.2254

3

3 1.6377

.6870

33

33

1.3077

.2220

4

4 1.5332

.6084

34

34

1.3070

.2187

5

5 1.4759

.5509

35

35

1.3062

.2156

6

6 1.4398

.5067

36

36

1.3055

.2126

7

7 1.4149

.4716

37

37

1.3049

.2097

8

8 1.3968

.4428

38

38

1.3042

.2070

9

9 1.3830

.4187

39

39

1.3036

.2043

10

10 1.3722

.3981

40

40

1.3031

.2018

11

11 1.3634

.3802

41

41

1.3025

.1993

12

12 1.3562

.3646

42

42

1.3020

.1970

13

13 1.3502

.3507

43

43

1.3016

.1947

14

14 1.3450

.3383

44

44

1.3011

.1925

15

15 1.3406

.3271

45

45

1.3006

.1903

16

16 1.3368

.3170

46

46

1.3002

.1883

17

17 1.3334

.3077

47

47

1.2998

.1863

18

18 1.3304

.2992

48

48

1.2994

.1843

19

19 1.3277

.2914

49

49

1.2991

.1825

20

20 1.3253

.2841

50

50

1.2987

.1806

21

21 1.3232

.2774

51

51

1.2984

.1789

22

22 1.3212

.2711

52

52

1.2980

.1772

23

23 1.3195

.2653

53

53

1.2977

.1755

24

24 1.3178

.2598

54

54

1.2974

.1739

25

25 1.3163

.2546

55

55

1.2971

.1723

26

26 1.3150

.2497

56

56

1.2969

.1708

27

27 1.3137

.2451

57

57

1.2966

.1693

28

28 1.3125

.2407

58

58

1.2963

.1678

29

29 1.3114

.2366

59

59

1.2961

.1664

30

30 1.3104

.2327

60

60

1.2958

.1650


(3)

Tabel X2

df 5% 25% 1% df 5% 2.5% 1%

0.05 0.025 0.01 0.05 0.025 0.01

1 3.841 5.024 6.635 51 68.669 72.616 77.386

2 5.991 7.378 9.210 52 69.832 73.810 78.616

3 7.815 9.348 11.345 53 70.993 75.002 79.843

4 9.488 11.143 13.277 54 72.153 76.192 81.089

5 11.070 12.832 15.086 55 73.311 77.380 82.069

6 12.592 14.449 16.812 56 74.488 78.567 83.514

7 14.067 16.013 18.475 57 75.624 79.752 84.733

8 15.507 17.535 20.080 58 76.778 80.936 85.950

9 16.919 19.023 21.666 59 77.930 82.117 87.166

10 18.307 20.483 23.209 60 79.082 83.298 88.379

11 19.675 21.920 24.725 61 80.232 84.476 89.591

12 21.026 23.337 26.217 62 81.381 85.654 90.802

13 22.362 24.736 27.688 63 82.529 86.830 92.010

14 23.685 26.118 29.141 64 83.675 88.004 93.217

15 24.996 27.488 30.578 65 84.821 89.177 94.422

16 26.296 28.845 32.000 66 85.965 90.349 95.626

17 27.587 30.191 33.409 67 87.108 91.519 96.828

18 28.869 31.526 34.805 68 88.250 92.688 98.028

19 30.144 32.852 36.191 69 89.391 93.856 99.227

20 31.410 34.170 37.566 70 90.531 95.023 100.425

21 32.671 35.479 38.932 71 91.670 96.169 101.621

22 33.924 36.781 40.289 72 92.808 97.353 102.816

23 35.172 38.076 41.638 73 93.945 98.516 104.010

24 36.415 39.364 42.980 74 95.081 99.678 105.205

25 37.652 40.464 44.314 75 96.217 100.839 106.393

26 38.885 41.923 45.642 76 97.351 101.999 107.582

27 40.113 43.195 46.963 77 98.484 103.158 108.771

28 41.337 44.461 48.278 78 99.617 104.316 109.958

29 42.557 45.772 49.588 79 100.749 105.473 111.114

30 43.773 46.979 50.892 80 101.879 106.629 112.329

31 44.985 48.232 52.191 81 103.010 107.783 113.512

32 46.194 49.480 53.486 82 104.139 108.937 114.695

33 47.400 50.725 54.775 83 105.267 110.090 115.876

34 48.602 51.266 56.061 84 106.395 111.242 117.057

35 49.802 53.203 57.342 85 107.522 112.393 118.236

36 50.998 54.437 58.619 86 108.648 113.544 119.414

37 52.192 55.668 59.893 87 109.773 114.693 120.591

38 53.384 56.895 61.162 88 110.898 115.841 121.767

39 54.572 58.120 62.428 89 112.022 116.989 122.942


(4)

192

41 56.942 60.561 64.950 91 114.268 119.282 125.289

42 58.124 61.777 66.206 92 115.390 120.427 126.482

43 59.304 62.990 67.459 93 116.511 121.571 127.633

44 60.481 64.201 68.710 94 117.632 122.715 128.803

45 61.656 65.410 69.957 95 118.752 123.858 129.973

46 62.830 66.616 71.201 96 119.871 125.000 131.141

47 64.001 67.821 72.443 97 120.990 126.141 132.309

48 65.171 69.023 73.683 98 122.108 127.282 133.476

49 66.339 70.222 74.919 99 123.225 128.422 134.641


(5)

194

LAMPIRAN 8

SURAT KETERANGAN

PENELITIAN


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan status sosial Ekonomi orang tua dengan motivasi belajar siswa: Studi Kasus di SDN Pela Mampang 15 Petang

0 8 0

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK PADA SISWA-SISWI KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG

1 47 93

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN KELENGKAPAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN KELENGKAPAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Pada Siswa Kelas IX Semester Genap SMP Negeri 2 Godong Tahun A

0 1 16

Pengaruh motivasi belajar siswa dan status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa.

0 1 163

Perkembangan prestasi dan deteksi minat belajar siswa SMP Maria Assumpta Klaten kelas VII pada materi gerak dengan ceramah menggunakan media film kartun.

0 1 106

Pengaruh pemanfaatan media pembelajaran CD online terhadap minat dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Maria Assumpta Klaten tahun ajaran 2012/2013 pada pokok bahasan bilangan bulat.

0 0 239

Perkembangan prestasi dan deteksi minat belajar siswa SMP Maria Assumpta Klaten kelas VII pada materi gerak dengan ceramah menggunakan media film kartun

0 1 104

Pengaruh motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah : studi kasus siswa-siswi kelas IX SMP Maria Assumpta Klaten - USD Repository

0 2 216

Pengaruh pemanfaatan media pembelajaran CD online terhadap minat dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Maria Assumpta Klaten tahun ajaran 2012/2013 pada pokok bahasan bilangan bulat - USD Repository

0 0 235

PENGARUH TOLERANSI RISIKO, KEPERCAYAAN DIRI, DAN KETERSEDIAAN MODAL TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA ORANG MUDA KATHOLIK GEREJA SANTA MARIA ASSUMPTA KLATEN

0 0 147