Latar Belakang Masalah Peningkatan prestasi belajar IPA melalui metode Inkuiri Terbimbing pada siswa kelas V SD Negeri Sarikarya tahun pelajaran 2014/2015.

1 BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini ada enam hal yang dibahas. Keenam hal tersebut adalah latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan pengertian, dan manfaat penelitian. Latar belakang masalah berisi data awal dan hasil temuan di lapangan tentang proses pembelajaran dan prestasi belajar IPA di kelas V SD Negeri Sarikarya. Bagian batasan masalah berisi fokus target penelitian prestasi belajar. Bagian tujuan penelitian berisi target penelitian yang difokuskan pada tema 4 Sehat Itu Penting, sub tema 3 Lingkungan Sehat, pembelajaran 2, 3, 5, dan 6 serta dibatasi pada variabel prestasi belajar IPA meliputi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Bagian rumusan masalah berisi tentang pertanyaan yang dimaksudkan untuk memberikan kejelasan bahwa kita akan memecahkan masalah yang ditanyakan itu. Bagian tujuan penelitian membahas tentang apa yang sebenarnya ingin peneliti hasilkan dari penelitian yang dilakukan. Sedangkan bagian batasan pengertian berisi tentang beberapa istilah yang perlu disepakati bersama agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda. Bagian yang terakhir adalah manfaat penelitian. Manfaat penelitian berisi tentang untuk siapa hasil penelitian ini bermanfaat dan apa saja manfaatnya.

A. Latar Belakang Masalah

Standar Isi 2006:161 mengungkapkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Standar Isi 2006:161 juga menambahkan bahwa Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Menurut Daryanto dan Rahardjo 2012:1 mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. Dengan demikian, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswalah yang seharusnya banyak aktif sebab siswa sebagai subjek didik. Subjek didik adalah yang merencanakan dan ia yang melaksanakan belajar. Selain itu, John Dewey dalam Daryanto dan Rahardjo 2012:2 mengungkapkan betapa pentingnya aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar melalui metode proyek dengan semboyan learning by doing. Dewey juga menambahkan bahwa jauh sebelumnya para tokoh pendidikan lainnya seperti Rosseau, Pestalozi, Frobel, dan Montessory telah mendukung prinsip aktivitas dalam pengajaran ini. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal: a Aktivitas visual seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen dan demonstrasi. b Aktivitas lisan seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, dan menyanyi. c Aktivitas mendengarkan seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, dan pengarahan. d Aktivitas gerak seperti senam, atletik, menari, dan melukis. e Aktivitas menulis seperti mengarang, membuat makalah, dan membuat surat. Jadi, melalui berbagai aktivitas belajar, siswa terlibat secara aktif melalui aktivitas jasmani dan rohani. Samatowa 2011:2 berpendapat bahwa IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka di mana mereka hidup. Samatowa juga mengungkapkan bahwa untuk mencapai tujuan dan memenuhi pendidikan IPA itu, pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar IPA antara lain adalah: a Pendekatan Lingkungan, b Pendekatan Keterampilan Proses, c Pendekatan Inkuiri penyelidikan, dan d Pendekatan Terpadu terutama di SD. Samatowa 2012:3 mengungkapkan bahwa setiap guru harus memahami alasan pentingnya mengajarkan IPA di Sekolah Dasar. Samatowa juga menambahkan ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah. Salah satu alasan pentingnya mata pelajaran IPA bila diajarkan secara tepat memberikan kesempatan berpikir kritis pada siswa; misalnya IPA diajarkan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah misalnya, “Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?”. Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini. Samatowa 2011:4 juga berpendapat apabila IPA diajarkan melalui percobaan pada siswa maka IPA bukanlah mata pelajaran yang bersifat hafalan saja. Jadi setelah menemukan dan memperoleh pengetahuannya sendiri maka diharapkan prestasi belajar siswa akan meningkat. Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap perubahan perilaku siswa dari yang belum mampu menjadi mampu meliputi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dari pengamatan pertama secara langsung di kelas V SD N Sarikarya pada tanggal 14 September 2014 tampak bahwa para siswa duduk mendengarkan penjelasan dari guru. Ketika guru mencoba beinteraksi dengan mengajukan pertanyaan, beberapa kelompok siswa yang duduk di depan tidak menjawab. Mereka cenderung mengobrol dan tidak mengerjakan tugas dari guru. Siswa yang menjawab pertanyaan guru hanya dari kelompok tertentu. Pada saat mengumpulkan tugas, ada beberapa siswa yang belum selesai mengerjakan bahkan ada siswa yang belum mengerjakan. Pengamatan kedua dilakukan peneliti pada saat PPL Praktik Pengalaman Lapangan. Ketika mengajar peneliti mempersiapkan media untuk percobaan siswa. Hasil pengamatan menunjukkan kecenderungan siswa gaduh dalam kelas dan tidak mendengarkan instruksi peneliti dalam melakukan percobaan. Siswa menggunakan media untuk bermain-main. Selain itu, tidak semua kelompok bertanggung jawab mengembalikan media yang telah selesai digunakan dan membersihkan kembali area kerjanya. Temuan di lapangan dari hasil wawancara dengan seorang siswa kelas V di Sekolah Dasar, khususnya SDN Sarikarya, Condong Catur menunjukkan bahwa siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran IPA sehingga siswa merasa bosan. Ketika proses pembelajaran berlangsung, guru menjelaskan materi di depan kelas kemudian meminta siswa mengerjakan soal dari buku paket dan LKS. Siswa juga bercerita bahwa guru cenderung menjelaskan materi dari buku paket tanpa adanya praktik langsung dan pemanfaatan media pembelajaran yang nyata. Jadi, pembelajaran IPA yang digunakan di SD tersebut masih bersifat konvensional. Selain wawancara dengan siswa kelas V, wawancara juga dilakukan pada guru kelas dan Kepala Sekolah. Menurut guru kelas materi IPA disampaikan menggunakan buku paket tanpa melakukan percobaan. Sebenarnya guru kelas menyampaikan bahwa beliau ingin mencoba menggunakan media tetapi alat peraga yang ada terbatas dan kurang dimanfaatkan secara optimal, sehingga siswa kelas V tidak terbiasa melakukan percobaan. Tentu saja pengalaman tersebut berpengaruh terhadap sikap dan keterampilan siswa dalam melakukan percobaan. Guru kelas menyampaikan bahwa ketika ada salah satu mahasiswa yang sedang praktik mengajar membawa media atau alat peraga siswa menjadi gaduh karena tertarik pada media yang dipersiapkan. Tetapi ketika melakukan kegiatan percobaan dalam kelompok, sebagian siswa hanya diam dan tidak ikut membantu kegiatan kelompok. Selain itu, siswa juga cenderung gaduh tidak mendengarkan petunjuk guru dalam melakukan percobaan. Dalam kegiatan tersebut siswa tampak asik dengan media dan membuat ruangan kelas menjadi kotor serta beberapa alat tidak dikembalikan seperti semula. Wawancara juga dilakukan pada Kepala Sekolah. Dalam wawancara tersebut Kepala Sekolah menjelaskan bahwa SD N Sarikarya sebelumnya memiliki akreditasi C. Setelah dilakukan perbaikan pada sumber daya manusia dan administrasi sekolah statusnya menjadi akreditasi B. Selain melakukan perbaikan pada sumber daya manusia dan administrasi, Kepala Sekolah juga menyampaikan bahwa fokus peningkatan ada pada prestasi akademik siswa. Sekolah berupaya semaksimal mungkin meningkatkan nilai akademik dalam ulangan harian, Ujian semester, Ujian Sekolah, maupun Ujian Nasional. Upaya peningkatan prestasi akademik siswa dengan mengadakan bimbingan belajar seusai sekolah. Gambaran nilai yang diperoleh dari nilai ulangan 28 siswa kelas IV semester genap tahun pelajaran 20132014 menunjukkan bahwa KKM pelajaran IPA adalah 64, nilai tertinggi siswa adalah 72, nilai terendah siswa 45 dan nilai rata-rata siswa yaitu 61,4. Siswa yang nilainya lulus mencapai KKM sebanyak 46,4 dan siswa yang nilainya belum mencapai KKM sejumlah 53,6. Dari hasil tersebut diketahui bahwa persentase siswa yang belum mencapai KKM lebih banyak daripada siswa yang mencapai KKM, maka perlu adanya perlakuan baru guna peningkatan prestasi belajar IPA. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil topik pembelajaran inkuiri terbimbing untuk dijadikan metode pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Menurut Sapriya 2011:80, pemilihan metode pembelajaran inkuiri terbimbing adalah bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mengajarkan konsep-konsep berpikir dari hal-hal yang khusus kepada hal yang umum, contohnya ketika siswa melakukan praktikumpercobaan. Dalam percobaan siswa dihadapkan pada kondisi nyata dan mencoba serta mengamati secara langsung sehingga siswa berlatih untuk mengembangkan kesimpulan dan memahami teori berdasarkan percobaan yang dilakukan. Peneliti memilih untuk menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing karena sesuai untuk diterapkan pada siswa kelas V SD N Sarikarya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa terlihat antusias dan senang ketika guru membawa media dan melibatkan siswa untuk melakukan percobaan, serta saling berdiskusi. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat menjadikan peserta didik sebagai subjek pembelajaran. Artinya siswa dilibatkan secara aktif dalam menemukan sendiri pengetahuannya sehingga pelajaran yang diterima lebih bermakna dan mudah terekam dalam memori siswa. Jika siswa memahami materi pelajaran maka siswa dapat menjawab soal evaluasi. Dengan kata lain, peneliti ingin meningkatkan prestasi belajar IPA dalam hal sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Kelas V SD Negeri Sarikarya Tahun Pelajaran 20142015 ”.

B. Batasan Masalah