tuntas mencapai
kriteria tuntas
siswa mencapai
kriteria tuntas
Persentase siswa
mencapai kriteria tuntas
50 77,4
B. Pembahasan
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Proses penelitian dilakukan secara kolaborasi antara guru kelas dan peneliti. Guru kelas
menyampaikan pembelajaran sedangkan peneliti melakukan pengamatan atau observasi. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD N Sarikarya dengan jumlah 34 siswa.
Objek dalam penelitian ini adalah prestasi belajar IPA menggunakan metode inkuiri terbimbing. Dalam prestasi belajar peneliti menilai 3 kompetensi
yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kualitas proses yang akan diteliti adalah prestasi kompetensi sikap dan kompetensi
keterampilan sedangkan kualitas hasil yang akan diteliti adalah kompetensi pengetahuan. Kompetensi sikap dan keterampilan dinilai dari observasi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hosnan 2014:396 yang menyatakan bahwa pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri,
penilaian teman sejawat oleh peserta didik dan jurnal.
Kompetensi sikap dinilai melalui pengamatan. Terdapat 6 aspek yang digunakan peneliti untuk menilai sikap siswa dalam pembelajaran IPA, aspek
religius memiliki 1 indikator yaitu memulai dan mengakhiri kegiatan dengan berdoa. Aspek kedua kedisiplinan memiliki 4 indikator yaitu masuk kelas tepat
waktu, mengumpulkan tugas tepat waktu, membuang sampah pada tempatnya, dan mengenakan atribut seragam dengan lengkap dan rapi. Aspek ketiga
kerjasama memiliki 2 indikator yaitu peran serta kelompok dalam melakukan percobaan dan peran serta kelompok dalam menjawab, mengajukan pertanyaan,
serta memberikan solusi dalam menjawab pertanyaan di dalam diskusi kelompok. Aspek keempat kerajinan memiliki 2 indikator yaitu melaksanakan
piket kelas dan membaca materi dari buku atau sumber lain. Aspek kelima tanggung jawab memiliki 1 indikator yaitu mengembalikan barang-barang yang
dipakai atau dipinjam ke tempat semula. Aspek terakhir adalah tenggang rasa. Aspek tenggang rasa memiliki 2 indikator yaitu mendengarkan teman ketika
menyampaikan pendapat dalam diskusi kelompok dan tidak membedakan dalam menjalin pertemanan. Kategori nilai untuk menilai kompetensi sikap ada empat
yaitu Baik Sekali dengan skor 4, Baik dengan skor 3, cukup dengan skor 2, dan perlu bimbingan dengan skor 1.
Peneliti menggunakan unjuk kerja untuk mengetahui ketercapaian kompetensi keterampilan. Terdapat 6 kriteria yang digunakan peneliti untuk
menilai kompetensi keterampilan. Kriteria pertama yaitu kesiapan alat dan bahan sebelum praktik, kriteria kedua ketepatan penggunaan alat dan prosedur
kerja, kriteria ketiga ketelitian dan kerapihan kerja, kriteria keempat ketepatan
dan kecepatan penggunaan waktu, kriteria kelima kecekatan atau keterampilan kerja, dan kriteria terakhir yaitu kualitas hasil. Kategori nilai untuk menilai
kompetensi keterampilan sama dengan kompetensi sikap. Ada empat kategori yaitu Baik Sekali dengan skor 4, Baik dengan skor 3, cukup dengan skor 2, dan
perlu bimbingan dengan skor 1. Kriteria penilaian kompetensi keterampilan yang digunakan peneliti selaras dengan pendapat Hosnan 2014:401 yang
menjelaskan kisi-kisi instrumen evaluasi untuk mengukur kinerja dalam praktikum adalah kesiapan alat dan bahan sebelum praktik, ketepatan
penggunaan alat dan prosedur kerja, ketelitian dan kerapihan kerja, ketepatan dan kecepatan penggunaan waktu, kecekatan, dan kualitas hasil kerja.
Hosnan 2014:396 juga menambahkan bahwa penilaian kompetensi pengetahuan menggunakan instrumen tes tertulis yang berupa soal pilihan
ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian, instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan yang diberikan guru secara ucap sehingga
siswa merespon pertanyaan tersebut, dan instrumeni penugasan yang berupa PR atau proyek individu. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk menilai
kompetensi pengetahuan dalam penelitian ini adalah instrumen ters tulis dan instrumen penugasan. Tes tulis berupa tes hasil belajar soal pilihan ganda dan
penugasan individu berupa LKS. LKS dikerjakan siswa dari setiap pertemuan dan tes hasil belajar diberikan pada akhir pertemuan setiap siklus.
Siklus I penelitian ini dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama siswa mempelajari materi ajar organ pernapasan dan
fungsinya serta bahan-bahan yang dikeluarkan saat bernapas. Pertemuan kedua
siswa membuat model paru-paru dan mengerjakan soal tes evaluasi belajar. Siklus II penelitian ini juga dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Pada pertemuan
pertama guru membentuk kelompok menjadi 8 sehingga anggota setiap kelompok berjumlah 3-4 siswa. Kelompok yang dibentuk melakukan percobaan
untuk mengetahui kadar karbondioksida yang lebih banyak dan mempelajari cara merawat organ-organ pernapasan. Pada pertemuan kedua siswa dalam
kelompok membuat model paru-paru, mendalami mekanisme pernapasan manusia serta mengerjakan soal evaluasi hasil belajar yang berbentuk soal
pilihan ganda pada akhir siklus. Data awal yang diperoleh peneliti sebelum melakukan penelitian
menunjukkan bahwa sikap siswa banyak yang tidak mencapai kriteria minimal Baik. Dari 34 siswa hanya 16 siswa 47,1 yang mencapai kriteria minimal
Baik. Setelah dikenai tindakan yang dilakukan pada siklus I terjadi kenaikan jumlah siswa yang mencapai kriteria minimal Baik yaitu menjadi 22 siswa dari
32 siswa 68,7. Jumlah siswa yang mencapai kriteria minimal Baik semakin meningkat setelah dikenai tindakan pada siklus II. Dari 31 siswa, 26 siswa 83,8
diantaranya sudah mencapai kriteria minimal Baik. Prestasi belajar yang dinilai tidak hanya kompetensi sikap melainkan juga
keterampilan. Peneliti juga memperoleh data awal keterampilan siswa sebelum melakukan penelitian. Dari 34 siswa hanya 13 siswa 38,2 yang mencapai
predikat minimal B-. Setelah dikenai tindakan yang dilakukan pada siklus I terjadi kenaikan jumlah siswa yang mencapai predikat minimal B- yaitu
menjadi 19 siswa dari 32 siswa 59,4. Jumlah siswa yang mencapai predikat
B- semakin meningkat setelah dikenai tindakan pada siklus II. Dari 31 siswa, 27 siswa 87,1 diantaranya sudah mencapai predikat minimal B-.
Data awal prestasi belajar siswa berupa kompetensi pengetahuan yang diperoleh peneliti sebelum penelitian menunjukkan bahwa jumlah siswa yang
mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 46,4 dengan nilai rata- rata kelas adalah 61,4. Setelah dikenai tindakan pada siklus I jumlah siswa yang
mencapai KKM naik menjadi 50 dengan rata-rata nilai kelas adalah 63,3. Kenaikan jumlah siswa yang mencapai KKM serta kenaikan rata-rata nilai kelas
pada siklus I ini belum mencapai target capaian sehingga peneliti melanjutkan ke siklus II. Pada siklus II terjadi kenaikan jumlah siswa yang mencapai nilai
KKM yaitu 77,4 dengan rata-rata nilai kelas 72,5. Capaian prestasi belajar kompetensi pengetahuan pada siklus II telah mencapai target capaian yang
ditentukan oleh peneliti sehingga peneliti menghentikan penelitian. Rangkuman
Pencapaian indikator penelitian siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel IV.22.
Tabel IV.22 Rangkuman Pencapaian Indikator Penelitian Siklus I dan Siklus II
Variab el
Indikato r
Deskriptor Kondi
si Awal
Siklus I Siklus II
Targe t
Capai an
Cap aian
Targe t
Capai an
Capa ian
Prestasi Belajar
Sikap, Ketera
m pilan,
dan Pengeta
huan Sikap:
- Siswa
menca pai
kriteri a
tuntas Baik
Jumlah siswa
mencapai kriteria
tuntas:jumlah seluruh
siswa
x 100
47,1 67,1 75 77,1 83,8
- Rata-
rata nilai
kelas Jumlah nilai
seluruh siswa :
jumlah siswa
67 70
72,4 75
76,8
Keteramp ilan:
- Siswa
yang lulus
KKM B-
Jumlah siswa
yang lulus
KKM:jumlah seluruh
siswa
x 100
38,2 58,2 59,4 68,2
87,1
- Rata-
rata nilai
kelas Jumlah nilai
seluruh siswa :
jumlah siswa
65,4 66
69,7 70
74,1
Pengetah uan:
- Siswa
menca pai
kriteri a
tuntas B-
Jumlah nilai mencapai
kriteria tuntas:
jumlah siswa x 100
46,4 66,4 50 76,4 77,4
- Rata-
rata nilai
kelas Jumlah nilai
seluruh siswa :
jumlah siswa
61,4 66
63,3 70
72,5
Pada Tabel IV.22 terlihat peningkatan prestasi belajar siswa. Prestasi
belajar mencakup kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Capaian kompetensi pengetahuan siklus I belum mencapai target capaian yang
ditentukan sehingga peneliti berlanjut ke siklus II. Pada siklus II, hasil prestasi belajar yang terdiri dari kompetensi sikap, keterampilan, maupun pengetahuan
siswa telah mencapai target capaian yang ditentukan peneliti sehingga peneliti menyatakan penelitian telah berhasil dan berhenti pada siklus II.
Pada pembelajaran siklus I, peningkatan prestasi kompetensi sikap dan keterampilan siswa dalam pembelajaran terlihat pada setiap langkah kegiatan
pembelajaran inkuiri terbimbing yang dilakukan. Langkah-langkah metode inkuiri dalam pembelajaran menurut Hosnan 2014:342-344 yaitu: orientasi,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.
Pada langkah orientasi nampak penilaian sikap aspek religius, kedisiplinan, dan kerajinan. Indikator aspek religius dalam proses
pembelajaran terlihat pada saat siswa mengawali dan mengakhiri kegiatan dengan berdoa. Hasil siklus I menunjukkan guru dan siswa sudah
membiasakan diri untuk mengawali serta mengakhiri setiap kegiatan dengan berdoa. Salah satu siswa maju di depan kelas untuk memimpin doa. Semua
siswa wajib memimpin doa secara bergantian sesuai no urut. Namun hasil pengamatan aspek religius pada siklus I memperlihatkan ada beberapa siswa
yang masih bercanda dan tertawa ketika sedang berdoa. Selain itu, indikator aspek kedisiplinan dapat terlihat dari sikap siswa ketika masuk kelas.
Berdasarkan pengamatan pada siklus I nampak masih banyak siswa yang tidak tepat waktu saat masuk kelas baik sebelum jam pertama dimulai maupun
setelah istirahat. Ketika guru masuk ruang kelas beberapa siswa masih ada yang di luar meraut pensil, ijin ke kamar mandi, ada pula yang masih jajan dan
bermain-main di luar kelas. Sedangkan indikator aspek kerajinan terlihat dari kebiasaan siswa melakukan piket sebelum kelas dimulai atau saat istirahat.
Kesadaran siswa untuk menjaga kebersihan lingkungan kelas masih cukup rendah. Pada saat pengamatan siklus I peneliti mendapati bahwa banyak siswa
yang tidak melakukan piket sesuai jadwal yang telah disepakati. Beberapa siswa saling melempar tanggung jawab untuk piket dan mengandalkan teman
lain sehingga kelas menjadi kotor dan mengganggu persiapan sebelum pelajaran dimulai. Hal-hal yang terjadi pada langkah-langkah orientasi seperti
yang dijelaskan oleh Hosnan 2014:342 bahwa orientasi merupakan langkah- langkah untuk membina suasana pembelajaran yang responsif dengan
mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah kedua dalam metode inkuiri adalah merumuskan masalah.
Dalam langkah ini nampak penilaian sikap aspek kerjasama. Indikator aspek kerjasama diketahui pada saat siswa berinteraksi dalam kelompok untuk
menjawab, mengajukan pertanyaan, serta memberikan solusi atau pendapat dalam menjawab pertanyaan di diskusi kelompok. Pada saat merumuskan
masalah guru membawa siswa untuk diskusi dalam kelompok. Hal yang menjadi bahan diskusi bertujuan membangun rasa keingintahuan siswa untuk
dijawab. Hal ini sesuai dengan pendapat Hosnan 2014:342 yang menyatakan
bahwa merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Keterlibatan siswa dalam diskusi untuk
merumuskan masalah dapat dilihat pada Gambar IV.1 Gambar IV.1
Kerjasama Siswa dalam Merumuskan Masalah Siklus I
Langkah ketiga dalam metode inkuiri adalah merumuskan hipotesis. Dalam langkah ini nampak indikator penilaian sikap aspek tenggang rasa dan
juga aspek kerjasama. Indikator aspek tenggang rasa diketahui pada saat siswa dalam kelompok saling berinteraksi untuk menemukan jawaban sementara
dari masalah yang akan dipecahkan. Sedangkan indikator aspek kerjasama nampak ketika siswa saling bertukar pendapat untuk memberikan solusi atau
jawaban dari masalah yang akan dipecahkan. Dalam interaksi tersebut siswa saling bertukar pendapat untuk menyepakati jawaban sementara. Hasil
observasi pada siklus I menunjukkan bahwa beberapa siswa mau mendengarkan serta menghargai pendapat, masukan, jawaban maupun
kritikan dari teman lain namun tidak jarang ada beberapa anggota dalam kelompok yang mengobrol atau tidak mendengarkan teman lain yang
berbicara dan tetap memaksakan menggunakan jawaban mereka sendiri. Ketua kelompok lebih dominan dalam menentukan jawaban sehingga
beberapa anggota kelompok lain memilih diam dan menurut. Sikap yang demikian membuat keadaan dalam kelompok sedikit diam dan siswa
ngambek. Langkah keempat adalah mengumpulkan data. Penilaian sikap yang
nampak pada langkah ini adalah aspek kerajinan. Indikator aspek kerajinan diketahui dari usaha siswa untuk mencari informasi terbaru melalui berbagai
sumber misalnya membaca dari buku paket. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I menunjukkan usaha siswa untuk mengumpulkan data secara lengkap
masih kurang. Siswa cenderung membaca dari satu sumber yaitu buku paket tanpa mencari informasi tambahan dari buku-buku lain seperti buku di
perpustakaan dan sebagian besar siswa menggunakan waktu luang mereka ketika istirahat atau jeda sebelum masuk dengan bermain-main di dalam
maupun luar kelas. Langkah kelima dalam metode inkuiri adalah menguji hipotesis.
Penilaian sikap yang nampak pada langkah ini ada pada aspek kerjasama, tanggung jawab, dan kedisiplinan. Indikator dari aspek kerjasama yaitu peran
serta anggota kelompok dalam melakukan percobaan. Sedangkan indikator dari aspek tanggung jawab adalah mengembalikan alatbarang yang dipakai
maupun dipinjam ke tempat semula dan indikator dari aspek kedisiplinan adalah membuang sampah pada tempatnya. Hasil pengamatan siklus I
menunjukkan bahwa peran serta serta pembagian tugas seluruh anggota
kelompok dalam melakukan percobaan belum adil. Ada beberapa kelompok yang anggotanya lebih dominan sedangkan anggota lain diam saja dan lebih
asik mengobrol bersama teman lain. Berbeda dengan aspek kerjasama, dalam aspek tanggung jawab sikap siswa sudah nampak cukup baik dalam
mengembalikan alat-alat ke tempat semula namun ada satu kelompok yang kurang bertanggung jawab karena tidak mengembalikan alat secara lengkap ke
tempat semula. Kerjasama siswa dalam menguji hipotesis siklus I dapat dilihat
pada Gambar IV.2 Gambar IV.2
Kerjasama siswa dalam menguji hipotesis Siklus I
Aspek yang nampak selanjutnya adalah aspek kedisiplinan. Indikator dari aspek kedisiplinan dilihat dari kebiasaan siswa dalam membuang sampah.
Hasil observasi siklus I menunjukkan kedisiplinan siswa dalam membuang sampah sudah baik. Setelah selesai menguji hipotesis siswa membuang
sampah sisa-sisa percobaan ke dalam bak sampah di depan kelas. Namun tidak semua anggota kelompok yang membuang sampah pada tempatnya. Ada
beberapa siswa anggota dari 3 kelompok yang membuang sampah di bawah meja dan membiarkannya berserakan di atas meja.
Langkah terakhir dalam metode inkuiri adalah merumuskan kesimpulan. Dalam tahapan terakhir ini juga nampak aspek kedisiplinan.
Indikator dari aspek kedisiplinan yang diamati yaitu ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas. Hasil observasi pada siklus I menunjukkan pada saat
siswa mendapat tugas mengerjakan LKS secara mandiri banyak siswa yang saling berdiskusi. Selain itu siswa tidak mengumpulkan hasil pekerjaan dari
LKS tepat waktu sehingga menghambat guru untuk melanjutkan proses pembelajaran. Dalam LKS siswa harus menjawab pertanyaan dan menuliskan
kesimpulan yang berkaitan dengan percobaan. Kedisiplinan siswa dalam
mengerjakan LKS lalu mengumpulkannya dapat dilihat pada Gambar IV.3 Gambar IV.3
Kedisiplinan Siswa dalam Mengerjakan LKS Siklus I
Langkah-langkah metode inkuiri dalam pembelajaran tidak hanya tampak pada indikator penilaian kompetensi sikap tetapi juga ada pada
beberapa indikator penilaian kompetensi keterampilan. Langkah metode
inkuiri dalam pembelajaran tampak pada langkah pertama orientasi, langkah kelima menguji hipotesis, dan langkah terakhir merumuskan kesimpulan.
Penilaian aspek keterampilan memiliki 6 kriteria. Pada langkah pertama orientasi terlihat kriteria satu yaitu kesiapan alat dan bahan sebelum praktik.
Hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa pada tahap orientasi sebagian besar siswa mempersiapkan bahan setelah percobaan atau praktik
dimulai sehingga melebihi dari waktu yang dijadwalkan untuk percobaan sehingga menghambat kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Langkah selanjutnya yaitu menguji hipotesis. Pada langkah ini siswa melakukan percobaan dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk pada saat
pelaksanaan siklus I dipilih siswa secara bebas dan pada siklus II kelompok dibentuk dengan cara berhitung agar lebih adil. Kriteria yang nampak pada
langkah menguji hipotesis adalah kriteria 2, kriteria 3, kriteria 4, dan kriteria 5. Kriteria 2 tentang ketepatan penggunaan alat dan prosedur kerja, kriteria 3
tentang ketelitian dan kerapihan kerja, kriteria 4 tentang ketepatan dan kecepatan penggunaan waktu, sedangkan kriteria 5 tentang kecekatan atau
keterampilan kerja. Data menampilkan 19 dari 32 siswa 59,4 sudah mencapai kriteria minimal kelulusan B- .
Hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada kriteria 2 tentang ketepatan penggunaan alat dan prosedur kerja sudah
cukup. Sebagian besar siswa dalam kelompok sudah melakukan percobaan tetapi tidak urut sesuai petunjuk. Ada pula beberapa siswa yang sudah
melakukan percobaan urut sesuai petunjuk namun salah menggunakan
alatbahan. Misalnya siswa seharusnya memotong ujung bawah tetapi siswa salah memotong ujung atas balon. Hasil pada kriteria 3 tentang ketelitian dan
kerapihan kerja menunjukkan bahwa keterampilan siswa sudah baik. Siswa sudah mengembalikan alatbahan yang selesai digunakan ke tempat semula
serta meneliti kelengkapannya akan tetapi banyak pula kelompok yang tidak membersihkan area kerja seperti di meja dan lantai. Sampah-sampah sisa
percobaan dibiarkan berserakan di dalam kelas. Namun ada 2 kelompok yang sudah sangat baik karena mengembalikan alatbahan ke tempat semula
kemudian membersihkan area kerja mereka sendiri. Hasil pada kriteria 4 tentang ketepatan dan kecepatan penggunaan waktu siswa tergolong cukup.
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa sebagian besar siswa dalam kelompok menyelesaikan percobaan melebihi dari waktu yang telah
ditentukan. Hal ini terjadi karena beberapa siswa tidak mengikuti kegiatan sesuai petunjuk dan salah menggunakan alat sehingga memperlambat kerja.
Sedangkan hasil pada kriteria 5 tentang kecekatan atau keterampilan kerja menunjukkan bahwa siswa belum melakukan percobaan secara mandiri karena
masih mendapatkan bantuan, instruksi dari guru dan diam dengan siswa sesekali ikut terlibat. Artinya guru lebih dominan dalam kegiatan kelompok.
Langkah terakhir dalam metode inkuiri yang mencakup aspek penilaian keterampilan adalah langkah merumuskan kesimpulan. Hasil
observasi pada siklus I menunjukkan keterampilan siswa pada kriteria keenam yaitu kualitas hasil kerja. Setelah melakukan percobaan siswa mendapat tugas
untuk mengerjakan LKS yang telah dibagikan bersama dengan petunjuk
sebelumnya. LKS berisi pertanyaan tentang percobaan dan juga perintah untuk menuliskan kesimpulan dari hasil percobaan. Kualitas hasil percobaan yang
diperlihatkan siswa pada siklus I sudah baik. Sebagian besar kelompok kualitas hasilnya sudah benar namun masih banyak kesalahan pada saat
menyimpulkan percobaan kedua yaitu tentang cara kerja pernapasan manusia. Keterampilan siswa dalam merumuskan kesimpulan dapat dilihat pada
Gambar IV.4 Gambar IV.4
Keterampilan Siswa dalam Merumuskan Kesimpulan Siklus I
Kompetensi pengetahuan dikembangkan dari hasil LKS dan Tes Akhir Siklus. Hal ini sesuai dengan pendapat Hosnan 2014:389 yang menyatakan
bahwa proses pengukuran aspek kognitif digunakan dengan cara lisan atau tulisan. Aspek kognitif dapat diukur menggunakan tes esai dan objektif. Soal
dalam LKS berupa esai dan soal Tes Akhir Siklus berupa pilihan ganda. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan, setiap pertemuan siswa melakukan
percobaan kemudian mengerjakan LKS. Pertanyaan LKS pertemuan pertama
tentang bahan yang dikeluarkan saat manusia bernapas. Sedangkan LKS pertemuan kedua tentang cara kerja pernapasan manusia. Hasil LKS siswa
siklus I pada pertemuan 1 dapat dilihat pada Gambar IV.5 Gambar IV.5
Hasil LKS siswa siklus I pada pertemuan 1 1
LKS pada Gambar IV.5 merupakan contoh LKS milik G.A yang
memiliki nilai tertinggi. Dalam LKS ini siswa mampu mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada permukaan kaca, perubahan pada air kapur yang
ditiup, dan menyimpulkan hasil percobaan untuk mengetahui bahan apa saja
yang dikeluarkan saat manusia bernapas. Jawaban siswa sudah hampir benar hanya kurang lengkap sehingga siswa belum memperoleh nilai yang
maksimal. Hasil LKS siswa siklus I pertemuan 1 lainnya dapat dilihat pada
Gambar IV.6. Gambar IV.6.
Hasil LKS siswa siklus I pada pertemuan 1 2
Contoh LKS pada Gambar IV.6. merupakan LKS milik A.S.I. LKS
milik A.S.I mempunyai nilai paling rendah. Hal ini dikarenakan siswa jawaban siswa soal no 2 salah dan jawaban no 3 tidak sesuai dengan
pertanyaan. Sebagai contoh pada soal no 2 siswa menjawab perubahan yang
terjadi pada air kapur setelah ditiup adalah mengembun dan berubah warna. Jawaban ini salah karena seharusnya air kapur menjadi keruh, seperti putih
susu, dan mengeluarkan gelembung. Sedangkan pada soal no 3 siswa diminta untuk menuliskan kesimpulan tetapi siswa menjawab kaca ditiup pada
pernapasan. Jawaban tersebut tidak sesuai dengan perintah yang diberikan. Kesalahan siswa dalam mengerjakan LKS tersebut menyebabkan nilai LKS
nya rendah. Hasil LKS siswa siklus I pada pertemuan 2 dapat dilihat pada
Gambar IV.7. Gambar IV.7.
Hasil LKS siswa siklus I pada pertemuan 2 1
LKS pada Gambar IV.7 merupakan contoh LKS milik N.M yang
memiliki nilai tertinggi. Dalam LKS ini siswa mampu mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada balon A ketika balon B ditarik, perubahan pada
balon A ketika tarikan balon B dilepas, dan menyimpulkan hasil pembuatan model paru-paru. Jawaban siswa sudah benar hanya kurang lengkap ketika
menuliskan kesimpulan sehingga siswa belum memperoleh nilai yang maksimal. Hasil LKS siswa siklus I pertemuan 2 lainnya dapat dilihat pada
Gambar IV.8. Gambar IV.8
Hasil LKS siswa siklus I pada pertemuan 2 2
Contoh LKS pada Gambar IV.8 merupakan LKS milik T.K.P.H. LKS
milik T.K.P.H mempunyai nilai paling rendah. Hal ini dikarenakan jawaban siswa tidak sesuai dengan pertanyaan dan tidak memberi penjelasan. Pada soal
no 1 siswa menjawab perubahan yang terjadi dengan tepat namun tidak disertai penjelasan. Sedangkan pada soal no 2 jawaban siswa salah dan pada
soal no 3 jawaban siswa tersebut tidak sesuai dengan perintah yang diberikan. Kesalahan siswa dalam mengerjakan LKS tersebut menyebabkan nilai LKS
nya rendah. Pada setiap akhir halaman LKS peneliti memberikan lembar refleksi
kepada siswa. Peneliti menggunakan lembar refleksi untuk mengetahui respon
siswa setelah melakukan kegiatan percobaan. Hasil refleksi siswa siklus I
pertemuan 1 dapat dilihat pada Gambar IV.9 Gambar IV.9
Hasil Refleksi Siswa Siklus I Pertemuan 1
Dari Gambar IV.9 nampak bahwa siswa merasa senang dalam
mempelajari materi pernapapasan khususnya membuat percobaan untuk mengetahui kandungan yang dikeluarkan pada saat manusia bernapas karena
dapat menambah ilmu. Kesulitan yang dialami siswa adalah saat meniup air dengan sedotan. Sedangkan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan siswa
adalah mencoba percobaan ini di rumah. Hasil refleksi siswa siklus I
pertemuan 2 dapat dilihat pada Gambar IV.10. Gambar IV.10
Hasil Refleksi Siswa Siklus I pertemuan 2
Dari lembar refleksi pada Gambar IV.10 nampak bahwa siswa merasa
senang dalam mempelajari materi pernapasan khususnya cara kerja paru-paru manusia. Kesulitan yang dialami siswa pada saat ingin menutup botol dengan
balon. Sedangkan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan siswa adalah mencoba lagi di rumah. Kesulitan atau kendala yang dihadapi siswa akan
menjadi bahan untuk melakukan perbaikan pada pembelajaran siklus II. Prestasi belajar siswa mencakup kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Melalui metode inkuiri terbimbing yang dilakukan peneliti target capaian pada kompetensi sikap sudah tercapai namun target capaian
pada kompetensi keterampilan dan pengetahuan belum mencapai target. Tidak
tercapainya prestasi belajar kompetensi keterampilan sesuai target capaian disebabkan karena siswa tidak tepat waktu menyelesaikan kegiatan,
menggunakan alat yang tidak tepat, melakukan kegiatan secara acak, kurang teliti dalam melakukan percobaan, dan hasil percobaannya masih salah.
Sedangkan tidak tercapainya prestasi belajar kompetensi pengetahuan karena pada saat mengerjakan LKS siswa menjawab tidak tepat, tidak memberikan
penjelasan, dan salah menuliskan kesimpulan. Capaian prestasi belajar siklus I kompetensi keterampilan dan
pengetahuan yang belum mencapai target capaian menjadi alasan peneliti berlanjut ke siklus II. Dalam siklus II peneliti menentukan target capaian
untuk kompetensi sikap meningkat dari 67,1 menjadi 77,1, untuk rata-rata nilai kelas dari 70 menjadi 75. Sedangkan untuk kompetensi keterampilan
meningkat dari 58,2 menjadi 68,2 dan kompetensi pengetahuan meningkat dari 66,4 menjadi 76,4 dan untuk rata-rata nilai kelas naik dari 66 menjadi
70 untuk kompetensi keterampilan dan pengetahuan. Berdasarkan hasil pengamatan siklus I peneliti akan membagi
kelompok dengan cara berhitung agar lebih adil. Pada siklus II guru juga akan memberikan penjelasan lebih rinci tentang petunjuk melakukan kegiatan
percobaan maupun membuat model sehingga siswa menjadi lebih paham. Semua siswa dalam kelompok akan mendapatkan bimbingan guru secara
bergantian dengan cara berkeliling ke semua kelompok sehingga siswa tidak perlu takut dan malu untuk bertanya. Peneliti juga akan mengembangkan
kegiatan. Pada siklus II pertemuan 1 siswa akan melakukan percobaan untuk
mengetahui kadar karbondioksida yang lebih banyak. Sedangkan pada pertemuan 2 siswa akan melakukan kegiatan yang sama seperti pada siklus I
yaitu membuat model paru-paru karena berdasarkan refleksi banyak siswa yang masih kesulitan dan belum paham akan mekanisme pernapasan manusia.
Hasil tindakan siklus II menunjukkan bahwa penggunaan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar yang terdiri dari
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Capaian kompetensi sikap pada siklus II mencapai 83,8 . Sedangkan capaian kompetensi keterampilan
mencapai 87,1 . Ketercapaian kompetensi sikap dan keterampilan pada siklus II ini telah melampaui target capaian yang ditentukan peneliti
sebelumnya sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas proses dalam pembelajaran menggunakan metode inkuiri terbimbing telah meningkat.
Hasil tindakan siklus II juga terbukti mampu meningkatkan prestasi kompetensi pengetahuan. Capaian siswa yang lulus KKM adalah 77,4 dan
ketercapaian untuk rata-rata nilai kelas adalah 72,4. Ketercapaian kompetensi pengetahuan telah melampaui target capaian yang ditentukan peneliti
sebelumnya sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas hasil dalam pembelajaran menggunakan metode inkuiri terbimbing telah meningkat.
Pada pembelajaran siklus II, peningkatan prestasi kompetensi sikap dan keterampilan siswa dalam pembelajaran juga terlihat pada setiap langkah
kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dilakukan. Langkah-langkah metode inkuiri dalam pembelajaran menurut Hosnan 2014:342-344 yaitu:
orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.
Pada langkah orientasi nampak penilaian sikap aspek religius, kedisiplinan, dan kerajinan. Indikator aspek religius dalam proses
pembelajaran terlihat pada saat siswa mengawali dan mengakhiri kegiatan dengan berdoa. Hasil siklus II menunjukkan sikap guru dalam aspek religius
sudah sangat baik. Salah satu siswa maju di depan kelas untuk memimpin doa. Semua siswa wajib memimpin doa secara bergantian sesuai no urut. Hasil
pengamatan aspek religius pada siklus II memperlihatkan semua siswa memulai dan mengakhiri kegiatan dengan berdoa secara khidmat. Siswa yang
pada siklus I masih bercanda ketika berdoa setelah siklus II menjadi berkurang dan lebih sopan ketika doa dimulai. Selain itu, indikator aspek kedisiplinan
dapat terlihat dari sikap siswa ketika masuk kelas. Berdasarkan pengamatan pada siklus II nampak kemajuan yang baik. Siswa masuk ruangan kelas
setelah bel berbunyi. Masih ada beberapa siswa yang masih di luar kelas karena menghabiskan jajanan mereka. Sebelum guru masuk kelas siswa sudah
terlebih dahulu memasuki ruangan. Sedangkan indikator aspek kerajinan terlihat dari kebiasaan siswa melakukan piket sebelum kelas dimulai atau saat
istirahat. Kesadaran siswa untuk menjaga kebersihan lingkungan kelas tergolong cukup. Pada saat pengamatan siklus II peneliti mendapati bahwa
semua kelompok sudah melaksanakan tugas piket sesuai jadwalnya. Tetapi tidak semua anggota kelompok yang tanggung jawab membersihkan kelas.
Ada beberapa anak melaksanakan piket dengan asal-asalan. Mereka menyapu
dengan tergesa-gesa dan meninggalkan sampahnya di pojok belakang kelas atau depan pintu kelas. Kemajuan yang ditunjukkan oleh siswa juga dalam hal
membuang sampah. Jika mereka membuat sampah pada saat jam pelajaran maka mereka akan menaruhnya terlebih dahulu di laci meja kemudian
membuangnya ketika istrirahat. Hal-hal yang terjadi pada langkah-langkah orientasi di atas seperti yang dijelaskan oleh Hosnan 2014:342 bahwa
orientasi merupakan langkah-langkah untuk membina suasana pembelajaran yang responsif dengan mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajaran. Langkah kedua dalam metode inkuiri adalah merumuskan masalah.
Dalam langkah ini nampak penilaian sikap aspek kerjasama. Indikator aspek kerjasama diketahui pada saat siswa berinteraksi dalam kelompok untuk
menjawab, mengajukan pertanyaan, serta memberikan solusi atau pendapat dalam menjawab pertanyaan di diskusi kelompok. Pada saat merumuskan
masalah guru membawa siswa untuk diskusi dalam kelompok. Dalam pelaksanaan siklus II ini siswa sudah lebih memahami dan lebih mandiri
dalam memecahkan masalah. Hal yang menjadi bahan diskusi bertujuan membangun rasa keingintahuan siswa untuk dijawab. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hosnan 2014:342 yang menyatakan bahwa merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki. Keterlibatan siswa dalam diskusi untuk merumuskan masalah siklus
II dapat dilihat pada Gambar IV.11.
Gambar IV.11 Kerjasama siswa dalam merumuskan masalah Siklus II
Langkah ketiga dalam metode inkuiri adalah merumuskan hipotesis. Dalam langkah ini nampak indikator penilaian sikap aspek tenggang rasa dan
juga aspek kerjasama. Indikator aspek tenggang rasa diketahui pada saat siswa dalam kelompok saling berinteraksi untuk menemukan jawaban sementara
dari masalah yang akan dipecahkan. Sedangkan indikator aspek kerjasama nampak ketika siswa saling bertukar pendapat untuk memberikan solusi atau
jawaban dari masalah yang akan dipecahkan. Dalam interaksi tersebut siswa saling bertukar pendapat untuk menyepakati jawaban sementara. Hasil
observasi pada siklus II menunjukkan bahwa masih ada beberapa siswa yang mengobrol ketika ada teman yang menyampaikan pendapat. Namun,
pembagian tugas sudah lebih adil dan merata karena semua anggota kelompok berhak menyampaikan pendapat. Pendapat yang diajukan siswa akan
digunakan dalam menentukan jawaban. Dalam siklus II, guru dan peneliti membantu mengatasi masalah perbedaan pendapat dengan membimbing dan
mengarahkan siswa untuk menggabungkan satu jawaban dari beberapa pendapat menjadi kesimpulan. Peran dominan dari ketua kelompok sudah
tidak Nampak pada siklus II. Langkah keempat adalah mengumpulkan data. Penilaian sikap yang
nampak pada langkah ini adalah aspek kerajinan. Indikator aspek kerajinan diketahui dari usaha siswa untuk mencari informasi terbaru melalui berbagai
sumber misalnya membaca dari buku paket. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II menunjukkan usaha siswa untuk mengumpulkan data secara lengkap
sudah sangat baik. Siswa mulai menyadari pentingnya membaca. Ketika istirahat beberapa siswa memilih ke perpustakaan kemudian membaca. Selain
itu siswa juga mengerjakan soal-soal latihan yang ada dalam buku LKS mereka masing-masing. Peneliti juga mengamati kemudian menyimpulkan
bahwa membaca buku di perpustakaan merupakan satu kegiatan belajar yang menyenangkan karena dilakukan di luar kelas sehingga siswa tidak merasa
bosan. Siswa terlihat antusias dan sesekali melempar canda ketika melakukan aktivitas di perpustakaan.
Langkah kelima dalam metode inkuiri adalah menguji hipotesis. Penilaian sikap yang nampak pada langkah ini ada pada aspek kerjasama,
tanggung jawab, dan kedisiplinan. Indikator dari aspek kerjasama yaitu peran serta anggota kelompok dalam melakukan percobaan. Sedangkan indikator
dari aspek tanggung jawab adalah mengembalikan alatbarang yang dipakai maupun dipinjam ke tempat semula dan indikator dari aspek kedisiplinan
adalah membuang sampah pada tempatnya. Hasil pengamatan siklus II
menunjukkan bahwa peran serta pembagian tugas seluruh anggota kelompok dalam melakukan percobaan sudah cukup adil. Peran guru dalam langkah ini
sangat diperlukan dalam membimbing kegiatan percobaan agar semua anggota kelompok benar-benar terlibat. Guru akan berkeliling kemudian mengamati
setiap aktivitas kelompok. Jika ada siswa yang merasa kesulitan atau bingung kemudian bertanya maka guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk
memecahkan permasalahan tersebut. Sejalan dengan aspek kerjasama, dalam aspek tanggung jawab sikap siswa sudah nampak baik dalam mengembalikan
alat-alat ke tempat semula. Jika pada siklus I ada satu kelompok yang kurang bertanggung jawab karena tidak mengembalikan alat secara lengkap ke tempat
semula, berbeda dengan sikap siswa pada siklus II yang lebih rapi. Setelah selesai melakukan percobaan siswa membagi tugas untuk mengembalikan
alat-alat dan ada pula yang membersihkan area kerja. Tidak semua kelompok memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjaga kebersihan. Ada 1
kelompok yang tidak mengembalikan semua alat ke tempat semula. Sebagian sisa percobaan digunakan untuk bermain-main tanpa seijin guru. Guru
kemudian menegur kelompok tersebut dan membimbing mereka untuk bertanggung jawab mengembalikan alat serta membersihkan area kerjanya.
Kerjasama siswa dalam menguji hipotesis siklus II dapat dilihat pada Gambar IV.12.
Gambar IV.12 Kerjasama siswa dalam menguji hipotesis
Aspek yang nampak selanjutnya adalah aspek kedisiplinan. Indikator dari aspek kedisiplinan dilihat dari kebiasaan siswa dalam membuang sampah.
Hasil observasi siklus II menunjukkan kedisiplinan siswa dalam membuang sampah sudah baik. Setelah selesai menguji hipotesis siswa membuang
sampah sisa-sisa percobaan ke dalam bak sampah. Guru mengamati dan membimbing kelompok yang tidak membersihkan area kerjanya karena ada 1
kelompok yang menyapu sampah sisa percobaan tapi hanya diletakkan di luar dekat bak sampah.
Langkah terakhir dalam metode inkuiri adalah merumuskan kesimpulan. Dalam tahapan terakhir ini juga nampak aspek kedisiplinan.
Indikator dari aspek kedisiplinan yang diamati yaitu ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas. Hasil observasi pada siklus II menunjukkan pada saat
siswa mendapat tugas mengerjakan LKS secara mandiri masih ada siswa yang saling mencontek. Namun dalam hal mengumpulkan hasil dari LKS siswa
sudah tepat waktu sebelum waktu yang ditentukan selesai sehingga tidak menghambat guru untuk melanjutkan proses pembelajaran. Dalam LKS siswa
harus menjawab pertanyaan dan menuliskan kesimpulan yang berkaitan dengan percobaan. Kedisiplinan siswa dalam mengerjakan LKS siklus II lalu
mengumpulkannya dapat dilihat pada Gambar IV.13. Gambar IV.13
Kedisiplinan Siswa dalam Mengerjakan LKS Siklus II
Langkah-langkah metode inkuiri dalam pembelajaran tidak hanya tampak pada indikator penilaian kompetensi sikap tetapi juga ada pada
beberapa indikator penilaian kompetensi keterampilan. Langkah metode inkuiri dalam pembelajaran tampak pada langkah pertama orientasi, langkah
kelima menguji hipotesis, dan langkah terakhir merumuskan kesimpulan. Penilaian aspek keterampilan memiliki 6 kriteria. Pada langkah pertama
orientasi terlihat kriteria satu yaitu kesiapan alat dan bahan sebelum praktik. Hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa pada tahap orientasi
kelompok sudah memahami apa yang harus dilakukan. Tugas untuk mempersiapkan alat dibagi pada seluruh anggota kelompok sehingga alat serta
bahan yang akan digunakan sudah siap. Masalah yang terjadi adalah tidak semua siswa dalam kelompok mau menerima tugas. Ada siswa yang
menggantungkan diri pada teman lain untuk mempersiapkan alat. Siswa yang tidak melaksanakan tugas sebagaimana mestinya tentu mendapatkan penilaian
berbeda sesuai rubrik keterampilan unjuk kerja. Langkah selanjutnya yaitu menguji hipotesis. Pada langkah ini siswa
melakukan percobaan dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk pada saat pelaksanaan siklus II dibentuk dengan cara berhitung agar lebih adil. Kriteria
yang nampak pada langkah menguji hipotesis adalah kriteria 2, kriteria 3, kriteria 4, dan kriteria 5. Kriteria 2 tentang ketepatan penggunaan alat dan
prosedur kerja, kriteria 3 tentang ketelitian dan kerapihan kerja, kriteria 4 tentang ketepatan dan kecepatan penggunaan waktu, sedangkan kriteria 5
tentang kecekatan atau keterampilan kerja. Data menampilkan 27 siswa dari 31 siswa 87,1 sudah mencapai kriteria minimal kelulusan B- .
Hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada kriteria 2 tentang ketepatan penggunaan alat dan prosedur kerja sudah
baik. Pada saat pelaksanaan siklus II guru mencoba memperbaiki kesalahan yang terjadi pada siklus I. Guru menekankan serta menjelaskan secara rinci
pentingnya siswa memahami dan mengikuti petunjuk yang ada dalam LKS secara urut. Semua kelompok sudah melakukan percobaan urut sesuai
petunjuk. Pelaksanaan percobaan pada siklus II berjalan cukup lancar dan tepat waktu sehingga tidak menghambat guru menyampaikan pokok bahasan
selanjutnya.
Hasil pada kriteria 3 tentang ketelitian dan kerapihan kerja menunjukkan bahwa keterampilan siswa sudah baik. Siswa saling membagi
tugas untuk mengembalikan alatbahan yang selesai digunakan ke tempat semula serta meneliti kelengkapannya dan ada pula yang membersihkan area
kerja seperti di meja dan lantai. Sampah-sampah sisa percobaan dikumpulkan lalu di sapu kemudian dibuang ke tempat sampah. Namun ada 1 kelompok
yang anggotanya kurang memperhatikan kerapihan kerja karena tidak membuang sampah sisa percobaan di bak sampah. Siswa tersebut meletakkan
sampah di samping bak sampah. Hasil pada kriteria 4 tentang ketepatan dan kecepatan penggunaan
waktu siswa tergolong baik. Berdasarkan pengamatan pada siklus II diketahui bahwa sebagian besar siswa dalam kelompok menyelesaikan percobaan tepat
sebelum waktu yang ditentukan habis. Hal ini terjadi karena beberapa siswa yang pada siklus I tidak mengikuti kegiatan sesuai petunjuk dan salah
menggunakan alat sehingga memperlambat kerja, tetapi pada siklus II guru menjelaskan secara rinci serta menekankan pada siswa untuk mengikuti
petunjuk secara urut sehingga kegiatan berjalan lancar, selesai tepat pada waktunya. Sedangkan hasil pada kriteria 5 tentang kecekatan atau
keterampilan kerja menunjukkan peningkatan. Pada siklus I siswa belum melakukan percobaan secara mandiri karena masih mendapatkan bantuan,
instruksi dari guru dan diam dengan siswa sesekali ikut terlibat. Artinya guru lebih dominan dalam kegiatan kelompok. Namun pada pelaksanaan siklus II,
guru membimbing setiap kelompok agar membagi tugas secara adil pada
semua anggota agar terlibat. Jika ada hal yang masih membuat bingung siswa sudah berani bertanya pada guru yang melakukan pengamatan serta
membimbing semua kelompok secara bergantian. Langkah terakhir dalam metode inkuiri yang mencakup aspek
penilaian keterampilan adalah langkah merumuskan kesimpulan. Hasil observasi pada siklus II menunjukkan keterampilan siswa pada kriteria
keenam yaitu kualitas hasil kerja. Setelah melakukan percobaan siswa mendapat tugas untuk mengerjakan LKS yang telah dibagikan bersama
dengan petunjuk sebelumnya. LKS berisi pertanyaan tentang percobaan dan juga perintah untuk menuliskan kesimpulan dari hasil percobaan. Kualitas
hasil percobaan yang diperlihatkan siswa pada siklus II sudah sangat baik. Sebagian besar kelompok kualitas hasilnya sudah benar. Kesadaran siswa
untuk membaca semakin membantu tugas mereka untuk memperdalam materi dan membuat kesimpulan. Peneliti juga mencoba mengulang kegiatan
pertemuan kedua dalam membuat model paru-paru agar siswa semakin mudah memahami mekanismpe pernapasan manusia. Keterampilan siswa dalam
merumuskan kesimpulan dapat dilihat pada Gambar IV.14.
Gambar IV.14 Keterampilan siswa dalam merumuskan kesimpulan Siklus II
LKS yang dikerjakan siswa pada siklus II yaitu mengukur kadar karbondioksida yang lebih banyak dan membuat model paru-paru untuk
mengetahui mekanisme pernapasan manusia. Hasil LKS siswa siklus II
pertemuan 1 dapat dilihat pada Gambar IV.15 Gambar IV.15
Hasil LKS siswa siklus II pada pertemuan 1 1
LKS pada Gambar IV.15 merupakan contoh LKS milik N.E yang
memiliki nilai tertinggi. Dalam LKS ini siswa mampu mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada larutan kapur yang ditiup dan disedot,
mengetahui botol yang mengandung karbondioksida lebih banyak, dan menyimpulkan hasil percobaan untuk mengetahui kandungan karbondioksida
yang lebih banyak pada larutan kapur. Jawaban dan kesimpulan siswa sudah benar disertai penjelasan sehingga siswa memperoleh nilai yang maksimal.
Hasil LKS siswa siklus II pertemuan 1 lainnya dapat dilihat pada Gambar IV.16.
Gambar IV.16. Hasil LKS siswa siklus II pada pertemuan 1 2
Contoh LKS pada Gambar IV.16. merupakan LKS milik B.W. LKS
milik B.W mempunyai nilai paling rendah. Hal ini dikarenakan jawaban siswa salah. Siswa salah menyimpulkan dari kegiatan percobaan. Kesalahan siswa
karena terbalik menyimpulkan. Sebagai contoh pada soal no 2 siswa menjawab bahwa larutan A yang mengandung lebih banyak karbondioksida
karena berwarna bening. Jawaban ini salah karena seharusnya larutan botol A yang mengandung karbondioksida lebih banyak. Larutan botol A lebih banyak
mengandung karbondioksida karena lebih cepat keruh ketika ditiup. Kesalahan siswa dalam mengerjakan LKS tersebut menyebabkan nilai LKS
nya rendah. Hasil LKS siswa siklus II pada pertemuan 2 dapat dilihat pada
Gambar IV.17. Gambar IV.17.
Hasil LKS siswa siklus II pada pertemuan 2 1
LKS pada Gambar IV.17 merupakan contoh LKS milik S.F.A yang
memiliki nilai tertinggi. Dalam LKS ini siswa mampu mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada balon A ketika balon B ditarik, perubahan pada
balon A ketika tarikan balon B dilepas, dan menyimpulkan hasil pembuatan model paru-paru. Jawaban siswa sudah benar dan menjelaskan kesimpulan
menggunakan bahasanya sendiri secara lebih sederhana. Hasil LKS siswa
siklus II pertemuan 2 lainnya dapat dilihat pada Gambar IV.18. Gambar IV.18.
Hasil LKS siswa siklus II pada pertemuan 2 2
Contoh LKS pada Gambar IV.18 merupakan LKS milik D.A. LKS
milik D.A mempunyai nilai paling rendah. Hal ini dikarenakan jawaban siswa pada soal no 1 dan 2 sudah benar tetapi tidak disertai alasan sehingga poin
yang didapatkan tidak maksimal. Sedangkan pada soal no 3 siswa menuliskan
kesimpulan yang salah sehingga mendapatkan poin terendah. Kesalahan siswa dalam mengerjakan LKS tersebut menyebabkan nilai LKS nya rendah.
Pada setiap akhir halaman LKS peneliti memberikan lembar refleksi kepada siswa. Peneliti menggunakan lembar refleksi untuk mengetahui respon
siswa setelah melakukan kegiatan percobaan. Hasil refleksi siswa siklus II
pertemuan 1 dapat dilihat pada Gambar IV.19 Gambar IV.19
Hasil Refleksi Siswa Siklus II Pertemuan 1
Dari Gambar IV.19 nampak bahwa siswa merasa senang dalam
mempelajari materi pernapapasan khususnya membuat percobaan untuk mengetahui kandungan karbondioksida yang lebih banyak pada larutan kapur
karena mengerjakan dengan teman kelompok. Kesulitan yang dialami siswa adalah saat membuat kesimpulan. Sedangkan rencana tindak lanjut yang akan
dilakukan siswa adalah akan membaca buku di perpustakaan. Hasil refleksi
siswa siklus II pertemuan 2 dapat dilihat pada Gambar IV.20. Gambar IV.20
Hasil Refleksi Siswa Siklus II pertemuan 2
Dari lembar refleksi pada Gambar IV.20 nampak bahwa siswa merasa
senang dan tidak merasa bosan dalam mempelajari materi pernapasan khususnya mekanisme pernapasan manusia. Siswa merasa sudah tahu dan
tidak mengalami kesulitan. Sedangkan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan siswa adalah membaca dan mengerjakan soal-soal di buku.
Prestasi kompetensi pengetahuan tidak hanya ditunjukkan melalui LKS tetapi juga soal evaluasi. Evaluasi dilakukan pada pertemuan kedua
setiap akhir siklus. Soal yang diberikan berbentuk pilihan ganda sebanyak 30
soal. Hasil evaluasi siklus I menunjukkan bahwa ada siswa yang lulus KKM dan ada yang belum lulus KKM. Siswa yang mampu mengerjakan soal
evaluasi terlihat dari nilai siswa yang telah lulus KKM dengan memperoleh nilai 70. Siswa yang belum lulus KKM terlihat dari hasil evaluasi yang
mendapat nilai 43,3. Hasil evaluasi siswa yang mendapat nilai tertinggi dapat
dilihat pada Gambar IV.27.
Gambar IV.27 menunjukkan bahwa evaluasi yang dikerjakan oleh S.F.A mendapat nilai 70. S.F.A mampu mengerjakan soal sebanyak 21 dengan
benar. Hasil yang diperoleh tidak terlepas dari kualitas proses selama pembelajaran berlangsung. Kualitas proses menunjukkan bahwa S.F.A
melaksanakan kompetensi sikap dan keterampilan sesuai indikator penilaian. Dalam kompetensi sikap, siswa berperan serta dalam melakukan percobaan,
memberikan pendapat, menyampaikan pertanyaan, maupun menjawab pertanyaan. Hasil pengamatan kompetensi keterampilan menunjukkan bahwa
siswa melakukan kriteria seperti menggunakan alat dan prosedur kerja dengan tepat, teliti, dan menyimpulkan hasil kerja dengan cukup tepat.
Hasil evaluasi yang berbeda ditunjukkan pada siswa yang bernama C.S.N. yang mendapat nilai 26,7. Hasil evaluasi siswa yang mendapat nilai
terendah dapat dilihat pada Gambar IV.28.
Gambar IV.27 Hasil Evaluasi Siklus I 1
Gambar IV.28 Hasil Evaluasi Siklus I 2
Gambar IV.28 menunjukkan bahwa evaluasi yang dikerjakan oleh J.A.A.P mendapat nilai 26,7. J.A.A.P mampu mengerjakan soal sebanyak 13
dengan benar. Hasil yang diperoleh tidak terlepas dari kualitas proses selama pembelajaran berlangsung. Kualitas proses menunjukkan bahwa J.A.A.P
belum melaksanakan kompetensi sikap dan keterampilan sesuai indikator penilaian. Dalam kompetensi sikap, siswa lebih banyak bercanda ketika
melakukan percobaan, memberikan pendapat dan tidak menyampaikan pendapat ataupun menjawab pertanyaan . Hasil pengamatan kompetensi
keterampilan menunjukkan bahwa siswa belum melakukan kriteria seperti menggunakan alat dan prosedur kerja dengan tepat, teliti, dan menyimpulkan
hasil kerja dengan cukup tepat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa tidak ikut terlibat dalam percobaan dan tidak melaksanakan kegiatan sesuai
petunjuk. Evaluasi siklus II dilakukan pada pertemuan kedua setiap akhir siklus.
Soal yang diberikan berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal. Hasil evaluasi siklus II menunjukkan bahwa ada siswa yang lulus KKM dan ada yang belum
lulus KKM. Siswa yang mampu mengerjakan soal evaluasi terlihat dari nilai siswa yang telah lulus KKM dengan memperoleh nilai 93. Siswa yang belum
lulus KKM terlihat dari hasil evaluasi yang mendapat nilai 26. Hasil evaluasi
siswa yang mendapat nilai tertinggi dapat dilihat pada Gambar IV.29.
Gambar IV.29 Hasil Evaluasi Siklus II 1
Gambar IV.29 menunjukkan bahwa evaluasi yang dikerjakan oleh S.F.A mendapat nilai 93. S.F.A mampu mengerjakan soal sebanyak 28 dengan
benar. Hasil yang diperoleh tidak terlepas dari kualitas proses selama pembelajaran berlangsung. Kualitas proses menunjukkan bahwa S.F.A
melaksanakan kompetensi sikap dan keterampilan sesuai indikator penilaian. Dalam kompetensi sikap, siswa selalu berperan serta dalam melakukan
percobaan, memberikan pendapat, menyampaikan pertanyaan, maupun menjawab
pertanyaan. Hasil
pengamatan kompetensi
keterampilan menunjukkan bahwa siswa juga melakukan kriteria secara konsisten seperti
menggunakan alat dan prosedur kerja dengan tepat, teliti, dan menyimpulkan hasil kerja dengan cukup tepat.
Hasil evaluasi yang berbeda ditunjukkan pada siswa yang bernama D.A yang mendapat nilai 26. Hasil evaluasi siswa yang mendapat nilai
terendah dapat dilihat pada Gambar IV.30.
Gambar IV.30. Gambar IV.30 Hasil Evaluasi Siklus II 2
Gambar IV.30 menunjukkan bahwa evaluasi yang dikerjakan oleh
D.A mendapat nilai 26. D.A mampu mengerjakan soal sebanyak 8 dengan benar. Hasil yang diperoleh tidak terlepas dari kualitas proses selama
pembelajaran berlangsung. Kualitas proses menunjukkan bahwa D.A belum melaksanakan kompetensi sikap dan keterampilan sesuai indikator penilaian.
Dalam kompetensi sikap, siswa lebih banyak bercanda ketika melakukan percobaan, memberikan pendapat dan tidak menyampaikan pendapat ataupun
menjawab pertanyaan.
Hasil pengamatan
kompetensi keterampilan
menunjukkan bahwa siswa belum melakukan kriteria seperti menggunakan alat dan prosedur kerja dengan tepat, teliti, dan menyimpulkan hasil kerja
dengan cukup tepat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa tidak ikut terlibat dalam percobaan dan tidak melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk.
Pembahasan tentang proses pembelajaran pada siklus II menunjukkan kualitas proses dan kualitas hasil dalam pembelajaran. Kualitas hasil dan
kualitas proses pada siklus II telah mencapai target capaian yang ditentukan oleh peneliti sehingga peneliti menghentikan penelitiannya pada siklus II.
Secara keseluruhan prestasi belajar siswa kompetensi sikap dan kompetensi keterampilan menggunakan metode inkuiri terbimbing pada siklus I dan siklus
II menunjukkan adanya peningkatan. Terdapat dua indikator penilaian. Indikator pertama siswa yang memperoleh nilai minimal Baik. Indikator
kedua rata-rata nilai kelas. Dalam kondisi awal kompetensi sikap, jumlah siswa yang mencapai kategori minimal Baik adalah 47,1 . Target capaian
untuk siklus I adalah 67,1 . Setelah dikenai tindakan pada siklus I jumlah
siswa yang mencapai kategori minimal Baik adalah 68,7. Target capaian yang ditentukan dalam siklus II yaitu 77,1. Setelah dikenai tindakan pada
siklus II, jumlah siswa yang mencapai kategori minimal Baik adalah 83,8. Grafik ketercapain indikator prestasi kompetensi sikap dapat dilihat pada
Gambar IV.21. Gambar IV.21.
Grafik Pencapaian Indikator Sikap Siswa Lulus KKM
Indikator kedua adalah rata-rata nilai kelas. Kondisi awal rata-rata nilai kelas adalah 67. Target capaian untuk siklus I adalah 70. Setelah dikenai
tindakan pada siklus I rata-rata nilai kelas adalah 72,4. Target capaian yang ditentukan dalam siklus II 75. Setelah dikenai tindakan pada siklus II, rata-rata
nilai kelas adalah 76,8. Grafik Rata-Rata Nilai Kelas Kompetensi Sikap dapat
dilihat pada Gambar IV.22.
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 70.0
80.0 90.0
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Kondisi Awal Target Capaian
Capaian 47,1
67,1 68,7
77,1 83,8
Gambar IV.22 Grafik Rata-Rata Nilai Kelas Kompetensi Sikap
Terdapat dua indikator penilaian dalam kompetensi keterampilan. Indikator pertama siswa yang memperoleh nilai minimal 66 atau berpredikat B-.
Indikator kedua rata-rata nilai kelas.Dalam kondisi awal kompetensi keterampilan, jumlah siswa yang mencapai kategori minimal Baik adalah 38,2 . Target
capaian untuk siklus I adalah 58,2. Setelah dikenai tindakan pada siklus I jumlah siswa yang mencapai kategori minimal Baik adalah 59,4. Target capaian
yang ditentukan dalam siklus II yaitu 78,2. Setelah dikenai tindakan pada siklus II, jumlah siswa yang mencapai kategori minimal Baik adalah 87,1. Grafik
ketercapain indikator prestasi kompetensi keterampilan dapat dilihat pada
Gambar IV.23.
62 64
66 68
70 72
74 76
78
Kondisi Awal
Siklus I Siklus II
Kondisi Awal Target Capaian
Capaian 67
70 72,4
75 76,8
Gambar IV.23. Grafik Pencapaian Indikator Keterampilan Siswa Lulus KKM
Indikator kedua adalah rata-rata nilai kelas. Kondisi awal rata-rata nilai kelas adalah 65,4. Target capaian untuk siklus I adalah 66. Setelah dikenai
tindakan pada siklus I rata-rata nilai kelas adalah 69,7. Target capaian yang ditentukan dalam siklus II 70. Setelah dikenai tindakan pada siklus II, rata-rata
nilai kelas adalah 74,1. Grafik Rata-Rata Nilai Kelas Kompetensi Keterampilan
dapat dilihat pada Gambar IV.24
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
100.00
Kondisi Awal
Siklus I Siklus II
Kondisi Awal Target Capaian
Capaian 38,2
58,2 59,4
68,2 87,1
Gambar IV.24 Rata-Rata Nilai Kelas Kompetensi Keterampilan
Prestasi belajar kompetensi pengetahuan juga memiliki dua indikator penilaian. Indikator pertama siswa yang memperoleh nilai minimal 66 atau
berpredikat B-. Indikator kedua rata-rata nilai kelas. Dalam kondisi awal kompetensi keterampilan, jumlah siswa yang mencapai predikat minimal B-
adalah 46,4 . Target capaian untuk siklus I adalah 66,4 . Setelah dikenai tindakan pada siklus I jumlah siswa yang mencapai kategori minimal Baik
adalah 50. Capaian yang diperoleh belum mencapai target sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II. Target capaian yang ditentukan dalam
siklus II yaitu 76,4. Setelah dikenai tindakan pada siklus II, jumlah siswa yang mencapai nilai minimal 66 atau predikat B- adalah 77,4. Grafik
ketercapaian indikator siswa lulus KKM kompetensi pengetahuan dapat dilihat
pada Gambar IV.25.
60 62
64 66
68 70
72 74
76
Kondisi Awal Siklus I
Siklus II Kondisi Awal
Target Capaian Capaian
65,4 66
69,7 70
74,1
Gambar IV.25. Grafik Ketercapaian Indikator Pengetahuan Siswa Lulus KKM
Indikator kedua adalah rata-rata nilai kelas. Kondisi awal rata-rata nilai kelas adalah 61,4. Target capaian untuk siklus I adalah 66. Setelah dikenai
tindakan pada siklus I rata-rata nilai kelas adalah 62,5. Capaian yang didapatkan belum mencapai target sehingga penelitian berlanjut pada siklus II. Target capaian
yang ditentukan dalam siklus II adalah 70. Setelah dikenai tindakan pada siklus II, rata-rata nilai kelas adalah 72,4. Grafik Rata-Rata Nilai Kelas Kompetensi
Pengetahuan dapat dilihat pada Gambar IV.26
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
Kondisi Awal
Siklus I Siklus II
Kondisi Awal Target Capaian
Capaian 46,4
66,4 50
76,4 77,4
Gambar IV.26 Grafik Rata-Rata Nilai Kelas Kompetensi Pengetahuan
54 56
58 60
62 64
66 68
70 72
74
Kondisi Awal
Siklus I Siklus II
Kondisi Awal Target Capaian
Capaian 61,4
66 62,5
70 72,4
216
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN
SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan dalam penelitian dan saran penelitian.
A. Kesimpulan