kode pembacaan proaretik. Hal tersebut dikarenakan dialog pada lexia 25 dan lexia 26 tersebut bisa menimbulkan dampak atau akibat.
Apa yang dikatakan oleh ketua geng motor “macan” secara tidak langsung memberikan peringatan kepada Indra dan Bayu serta
memancing emosi Indra untuk menemui geng motor “macan”. Dari visualisasi di atas terlihat jelas bahwa ketua geng motor “macan”
sangat marah kepada Indra dan secara tersirat, Indra pun merasa kesal dengan perlakuan geng motor macan kepadanya yang terus menerus
memusuhi dan mengancamnya beserta Bayu adiknya. Perkelahian atau tawuran yang disertai dengan ancaman yang
dilakukan geng motor “macan” kepada Indra tersebut dapat digolongkan sebagai kenakalan remaja tingkat biasa.
m. Penggalan scene 86, lexia 27, 28, 29, 30 Pendekatan Semiotika John Fiske dalam film :
Termasuk Level Representasi :
Karena dalam scene tersebut lebih menonjolkan pada teknik pengambilan gambar pada kamera, yaitu long shot. Pengambilan
gambarnya tidak hanya difokuskan pada satu obyek saja, tetapi kepada keseluruhan obyek yang merupakan kesinambungan adegan.
Dengan kata lain, terdapat lebih dari satu orang yang terlihat dan terlibat dalam adegan pada scene tersebut, yaitu perkelahian. Hal itu
juga memperkuat dialog yang diucapkan Bayu pada scene ini, sebagai ekspresi kemarahan atau emosi.
Gambar 4.13. Indra sang kakak terlibat perkelahian dengan Bayu sang adik.
Penjelasan peta tanda Roland Barthes : Penanda :
“Gue begini demi keluarga, demi lo” “Lo jangan mukul gue, anjing”
“Lo nggak usah ngurusin gue lagi, bangsat” “Hidup cuma sekali Bay, gunain hidup lo sebaik
Mungkin”
Petanda : Terdapat suatu perilaku menyimpang yang
menjurus pada kenakalan remaja dan tersurat di dalam kalimat pada lexia 27, yaitu “Gue begini demi keluarga, demi lo”, kmudian pada
lexia 28, yaitu “Lo jangan mukul gue, anjing”, dan pada lexia 29, yaitu “Lo nggak usah ngurusin gue lagi, bangsat”, serta lexia 30,
yaitu “Hidup cuma sekali Bay, gunain hidup lo sebaik mungkiiiiiin”. Kalimat tersebut merupakan petanda denotatif yang menjelaskan
adanya tindakan yang mencerminkan bentuk dari kenakalan remaja, yakni perkelahian tawuran dengan sifat kenakalan tingkat biasa.
Tanda denotatif :
Menjelaskan sebuah pernyataan, baik Indra maupun Bayu yang menunjukkan perasaan marah, dan
emosi. Hal tersebut merupakan sesuatu hal yang bersifat negatif, yaitu dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja dalam bentuk
perkelahian.
Penanda konotatif :
Dijelaskan bahwa kenakalan remaja muncul karena adanya faktor pendorongnya, yakni berupa tindakan
atau perilaku yang menjurus kepada pelanggaran atau kejahatan. Dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan oleh Bayu dan Indra.
Petanda konotatif :
Menjelaskan tentang makna dari dialog pada lexia 27, yaitu “Gue begini demi keluarga, demi lo”,
kemudian pada lexia 28, yaitu “Lo jangan mukul gue anjing”, dan pada lexia 29, yaitu “Lo nggak usah ngurusin gue lagi, bangsat”, serta
pada lexia 30, yaitu “Hidup cuma sekali Bay, gunain hidup loe sebaik mungkin”. Dari kalimat tersebut, terlihat jelas mengandung makna
bahwa baik Indra dan Bayu sama-sama marah dan emosi. Secara implisit, kata-kata seperti tersebut di atas seringkali diucapkan ketika
seseorang merasa marah emosi.
Analisis :
Dialog yang diucapkan oleh Indra dan Bayu merupakan sebuah ungkapan kekesalan atau kemarahan antara keduanya dengan kalimat
kata-kata kasar, ketika Indra mengetahui kedatangan Bayu maka ia 110
langsung menghampiri dan memukul Bayu sambil memaki-maki Bayu, begitu pun sebaliknya Bayu terhadap Indra.
Kalimat dialog pada lexia 27, yaitu “Gue begini demi keluarga, demi lo”, dapat digolongkan sebagai kode pembacaan
hermeneutik, hal ini dikarenakan dialognya pada lexia tersebut terdapat suatu kode teka-teki dan harapan untuk mencari sebuah
kebenaran dalam suatu teks. Sedangkan pada lexia 28, yaitu “Lo jangan mukul gue, anjing”,
digolongkan sebagai kode pembacaan semik, hal ini dikarenakan terdapat suatu kata atau frase yang memiliki konotasi sama dengan
kata atau frase lainnya. Artinya, dialog yang terdapat pada lexia 28 di atas
menggunakan sebuah makna yang tersirat dengan menghadirkan padanan kata yang mengistilahkan sesuatu yang kasar, buruk atau
jelek, seperti, “Lo jangan mukul gue, anjing”. Selanjutnya pada lexia 29, yaitu “Lo nggak usah ngurusin gue
lagi, bangsat”, dapat digolongkan sebagai kode pembacaan proaretik, hal ini dikarenakan dialog pada lexia 29 tersebut dapat menimbulkan
dampak atau akibat. Serta pada lexia 30, yaitu “Hidup Cuma sekali Bay, gunain
hidup lo sebaik mungkin”, yang digolongkan sebagai kode pembacaan gnomik. Hal ini disebabkan karena dialog yang terdapat
pada lexia 30 tersebut di atas terdapat acuan teks-teks yang dapat 111
dikodifikasikan oleh budaya mitos akan sebuah nasehat dari orang yang lebih tua.
Dari rentetan peristiwa yang telah digambarkan dalam scene tersebut, maka terlihat bahwa terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan perkelahian, dan perkelahian yang dilakukan oleh Indra dan Bayu tersebut dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja
tingkat biasa.
n. Penggalan scene 98, lexia 31 Pendekatan Semiotika John Fiske dalam film :