pemilihan kata melalui kalimat dialog pada lexia 6, yaitu “Anjing Bangsat lo”.
Hal tersebut di atas dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja yang dapat menyebabkan muncul atau timbulnya pelanggaran-
pelanggaran atau bahkan kejahatan yang dilakukan dan melanggar hukum.
Dalam hal ini, perasaan Indra bercampur aduk. Sebab, apabila ditilik kembali rentetan peristiwanya, memperlihatkan bahwa Indra
sedang meluapkan kemarahan dan kekesalannya dengan apa yang telah ia lakukan. Ditambah lagi dengan kedatangan geng motor
“macan” yang memang merupakan musuh bebuyutannya dan selalu memusuhinya.
Maka, perasaan marah dan kesal tersebut melebur menjadi satu ketika Indra mengetahui bahwa geng motor “macan” datang untuk
melakukan penyerangan pengeroyokan terhadap dirinya, sampai terjadilah sebuah perkelahian. Sehingga perkelahian atau tawuran
yang dilakukan oleh Indra tersebut dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja tingkat biasa.
d. Penggalan scene 19, lexia 7, 8 Pendekatan Semiotika John Fiske dalam film :
Termasuk Level Realitas :
Karena dalam scene tersebut menonjolkan setting-nya. Dalam hal ini, tawuran atau perkelahian yang melibatkan banyak orang
dalam jumlah besar dengan mengendarai sepeda motor yang banyak pula, tidak mungkin dilakukan di dalam ruangan kecil indoor, dan
pasti dilakukan di luar ruangan yang luas outdoor.
Termasuk Level Representasi :
Karena dalam scene tersebut
menonjolkan teknik
pengambilan gambar pada kamera, yaitu long shot. Pengambilan gambarnya tidak hanya difokuskan pada satu obyek saja, tetapi
kepada keseluruhan obyek, yang merupakan kesinambungan adegan. Banyak orang yang terlihat dan terlibat dalam adegan pada scene
tersebut, yaitu perkelahian atau tawuran. Hal itu juga yang memperkuat dialog pada scene ini, yaitu “Buka helmnya” dan “Hajar
bos”, yang diucapkan oleh anak buah atau anggota dari geng motor “macan”, dengan menunjukkan ekspresi kemarahan atau emosinya
kepada Indra yang melakukan perlawanan.
Gambar 4.4. Indra terlibat perkelahian tawuran dan menjadi korban pengeroyokan oleh geng motor “macan”.
Penjelasan peta tanda Roland Barthes : Penanda :
“Buka helmnya” 80
“Hajar bos” Petanda :
Terdapat suatu perilaku menyimpang yang menjurus pada kenakalan remaja dan tersurat di dalam kalimat pada
lexia 7, yaitu “Buka helmnya”, dan pada lexia 8, yaitu “Hajar bos”. Kalimat tersebut merupakan petanda denotatif yang menjelaskan
adanya tindakan atau perilaku yang mencerminkan bentuk dari kenakalan remaja, yakni pemaksaan dan pengeroyokan hingga
berujung pada perkelahian atau tawuran dengan sifat kenakalan tingkat biasa.
Tanda denotatif :
Menjelaskan sebuah pernyataan dari anggota geng motor “macan” kepada Indra dalam bentuk kalimat yang
menunjukkan perasaan marah, dan emos. Hal tersebut merupakan sesuatu hal yang bersifat negatif, yaitu dapat dikategorikan sebagai
kenakalan remaja dalam bentuk perkelahian tawuran.
Penanda konotatif :
Dijelaskan bahwa kenakalan remaja muncul karena adanya faktor pendorongnya, yakni berupa perasaan
marah, emosi, dan dendam, serta tindakan atau perilaku yang menjurus kepada pelanggaran-pelanggaran atau bahkan kejahatan
pula. Dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan oleh geng motor “macan”.
Petanda konotatif :
Menjelaskan tentang makna dari kalimat “Buka helmnya Hajar bos”. Dari kalimat tersebut,
mengandung sebuah makna bahwa anggota geng motor “macan” 81
sedang marah, kesal, jengkel, dan emosi. Secara implisit, perkataan atau kalimat di atas seringkali diucapkan ketika seseorang terlibat
dalam sebuah perkelahian tawuran.
Analisis :
Dialog yang diucapkan atau diutarakan oleh Indra merupakan sebuah ungkapan kekesalan atau kemarahan dari anggota geng motor
“macan” kepada Indra dengan kalimat yang bersifat memerintah dengan memaksa.
Kalimat pada lexia 7, yaitu “Buka helmnya”, dapat digolongkan sebagai kode pembacaan proaretik, dan pada lexia 8,
yaitu “Hajar bos”, juga dapat digolongkan sebagai kode pembacaan proaretik.
Artinya, dialog yang terdapat pada lexia 7 dan lexia 8 di atas diucapkan dengan nada atau intonasi yang tinggi. Sehingga dapat
berdampak menyebabkan hilangnya kemampuan seseorang untuk bertindak atau tidak mampunya seseorang untuk bertindak apa-apa,
dan Indra pun hanya diam saja ketika diperlakukan kasar dipukuldihajar sampai babak belur. Sehingga perkelahian atau
tawuran yang dilakukan oleh Indra tersebut dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja tingkat biasa.
e. Penggalan scene 20, lexia 9, 10, 11 Pendekatan Semiotika John Fiske dalam film :