Penggalan scene 32, lexia 15 Pendekatan Semiotika John Fiske dalam film :

Hal tersebut dikarenakan dialog pada lexia 12, lexia 13, dan lexia 14 tersebut bisa menimbulkan dampak atau dorongan. Analisis pada dialog tersebut terlihat jelas bahwa apa yang dikatakan oleh teman-teman Bayu, secara tidak langsung menambah semangat dan rasa percaya dirinya untuk bisa memenangkan balapan motor. Dan kegiatan balap motor di jalanan umum yang dilakukan Bayu tersebut dapat digolongkan sebagai kenakalan remaja tingkat sedang.

g. Penggalan scene 32, lexia 15 Pendekatan Semiotika John Fiske dalam film :

Termasuk Level Realitas : Karena di dalam scene tersebut menonjolkan setting-nya yang memperkuat atau mendukung dialognya, yaitu “Oei anjing lo, goblok”. Dalam hal ini, kegiatan kebut-kebutan, baik motor maupun mobil tidak mungkin dilakukan di dalam ruangan kecil indoor, dan pasti dilakukan di luar ruangan yang luas outdoor, dalam hal ini di jalan raya. Demikian juga dengan kata-kata atau dialog tersebut di atas yang tidak mungkin diucapkan di dalam ruangan indoor. Artinya, dialog tersebut pasti diucapkan di luar ruangan outdoor, karena diucapkan dengan suara yang keras dan lantang. Termasuk Level Representasi : Karena di dalam scene tersebut juga ditonjolkan teknik pengambilan gambar pada kamera, yaitu long shot, yang memperlihatkan bahwa banyak orang yang terlihat dan terlibat pada 89 adegan tersebut. Hal itu yang memperkuat dialog pada scene ini, yaitu “Oei anjing lo, goblok”. Pengambilan gambarnya dilakukan tidak hanya difokuskan kepada satu pemeran obyek, tetapi dilakukan kepada keseluruhan obyek dalam hal ini adalah keseluruhan obyek yang “bergerak”, yaitu obyek “orang” atau “manusianya”. Gambar 4.7. Indra kebut-kebutan di jalan raya tanpa mematuhi rambu-rambu lalu lintas sehingga hampir menabrak sebuah mobil yang melintas di depannya. Penjelasan peta tanda Roland Barthes : Penanda : “Oei anjing lo, goblok” Petanda : Terdapat suatu perilaku menyimpang yang menjurus pada kenakalan remaja dan tersurat di dalam kalimat pada lexia 15, yaitu “Oei, anjing goblok”. Kalimat tersebut merupakan petanda denotatif yang menjelaskan adanya perilaku yang mencerminkan bentuk dari kenakalan remaja, yakni kebut-kebutan di jalan raya dengan sifat kenakalan tingkat sedang. 90 Tanda denotatif : Menjelaskan sebuah pernyataan dari Indra dalam bentuk kalimat yang menunjukkan perasaan marah dan emosi. Hal tersebut merupakan sesuatu hal yang bersifat negatif dan dikategorikan sebagai kenakalan remaja dalam bentuk kebut-kebutan balap motor liar di jalanan. Penanda konotatif : Dijelaskan bahwa kenakalan remaja muncul karena adanya faktor pendorongnya, yakni berupa tindakan atau perilaku yang menjurus kepada pelanggaran-pelanggaran atau bahkan tindak kejahatan. Petanda konotatif : Menjelaskan tentang makna dari dialog pada lexia “Oei anjing lo, goblok”. Dari kalimat tersebut, jelas mengandung makna bahwa Indra sedang marah dan emosi. Secara implicit tersirat, kalimat dialog pada lexia 15 tersebut di atas seringkali diucapkan atau diutarakan ketika seseorang merasa marah atau emosi. Analisis : Dialog yang diucapkan oleh Indra merupakan sebuah ungkapan kekesalan atau kemarahan dari Indra dengan kalimat kata-kata kasar, ketika ada mobil yang juga dengan kecepatan yang sama-sama kencangnya melintas di depannya sehingga hampir saja menabrak sepeda motor yang dikendarainya. Kalimat dialog pada lexia 15, yaitu “Oei anjing lo, goblok”, dapat digolongkan sebagai kode pembacaan semik. Hal ini 91 dikarenakan dialog pada lexia 15 tersebut terdapat kata ata frase yang sama, yang melekat pada ungkapan tertentu dan dapat dikelompokkan dengan konotasi kata atau frase yang mirip. Artinya, dialog yang terdapat pada lexia 15 tersebut menggunakan sebuah makna yang tersirat dengan menghadirkan padanan kata yang mengistilahkan sesuatu yang buruk atau jelek, dengan pemilihan kata melalui kalimat dialog seperti, “Oei, anjing Goblok”. Hal tersebut bisa terjadi karena baik Indra maupun mobil yang melintas tersebut sama-sama mengendarai dengan kecepatan tinggi. Sehingga kebut-kebutan di jalan raya umum yang dilakukan oleh Indra tersebut dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja tingkat sedang.

h. Penggalan scene 35, lexia 16, 17 Pendekatan Semiotika John Fiske dalam film :

Dokumen yang terkait

REPRESENTASI FASHION SEBAGAI KELAS SOSIAL DALAM FILM (Studi Semiologi Representasi Fashion sebagai Kelas Sosial dalam Film The Representasi Fashion Sebagai Kelas Sosial Dalam Film (Studi Semiologi Representasi Fashion Sebagai Kelas Sosial Dalam Film The

0 4 15

IDENTITAS SEKSUALITAS REMAJA DALAM FILM (Analisis Semiotika Representasi Pencarian Identitas Identitas Seksualitas Remaja dalam Film (Analisis Semiotika Representasi Pencarian Identitas Homoseksual Oleh Remaja Dalam Film The Love Of Siam).

0 1 13

TRANSGENDER DALAM FILM (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Transgender Dalam Film (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Dalam Film “The Iron Ladies”).

0 1 16

PENDAHULUAN Transgender Dalam Film (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Dalam Film “The Iron Ladies”).

0 7 55

TRANSGENDER DALAM FILM (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Transgender Dalam Film (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Dalam Film “The Iron Ladies”).

0 3 15

Representasi Kenakalan Remaja Dalam Iklan Fruit Tea Versi ”Pulo Gadung” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kenakalan Remaja Dalam Iklan Fruit Tea Versi ”Pulo Gadung” Di Televisi).

1 3 112

Kenakalan Remaja | Karya Tulis Ilmiah Kenakalan Remaja

0 1 4

SKRIPSI REPRESENTASI PLURALISME DALAM FILM ” ? ” (Studi Analisis Semiotika tentang Pluralisme dalam Film ” ? ”)

1 1 121

REPRESENTASI KENAKALAN REMAJA DALAM IKLAN FRUIT TEA VERSI ”PULO GADUNG” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kenakalan Remaja Dalam Iklan Fruit Tea Versi ”Pulo Gadung” Di Televisi)

0 0 15

REPRESENTASI KENAKALAN REMAJA DALAM FILM “LIAR” (Studi Semiologi Tentang Representasi Kenakalan Remaja Dalam Film “Liar” Pada Tokoh Indra dan Bayu)

2 13 28