Representasi Kenakalan Remaja Definisi Operasional

kehidupan dunia pembalap jalanan yang kental dengan nuansa kekerasan. Jenis film seperti ini sangat berbeda dengan jenis film yang ada di televisi television film atau sinetron sinema elektronik yang memang dibuat secara khusus untuk siaran televisi. Film “liar” serentak diputar di bioskop-bioskop 21 dan XXI Indonesia pada tanggal 18 Juli 2008.

3.3. Definisi Operasional

3.3.1. Representasi

Representasi berasal dari kata dasar dalam bahasa Inggris “represent” yang bermakna ”stand for”, artinya “berarti” atau ”act as a delegate for”, yang artinya bertindak sebagai perlambang atas sesuatu. Representasi lebih menekankan pada dua hal, yaitu proses dan produk dari pemaknaan suatu tanda. Representasi juga bisa berarti suatu proses perubahan konsep-konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk- bentuk atau rupa yang konkret. Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia, berupa dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa representasi memiliki arti yaitu perwakilan atau yang mewakili atau yang diwakilkan. Perwakilan atau mewakili sesuatu yang bermakna Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Cetakan II, Departemen Pendidikan Nasional, 2002 : 950. Dalam pengertian lain, representasi juga dapat diartikan sebagai proses dan hasil yang memberi makna khusus pada tanda atau simbol. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan representasi kenakalan remaja dalam film “liar” melalui kedua tokoh tersebut berarti di dalam film ini terdapat sistem tanda pada kedua tokoh, yakni Indra kakak dan Bayu adik, yang mewakili makna tentang wujud atau bentuk dari kenakalan remaja. Representasi menunjuk pada pemaknaan tanda-tanda yang terdapat dalam film “liar” dengan mengacu pada konsep definisi kenakalan remaja yang hampir semua orang atau manusia pernah mengalaminya, dan pemaknaan simbol-simbol yang terdapat dalam film “liar”.

3.3.2. Kenakalan Remaja

Para ahli pendidikan sependapat bahwa konteks remaja itu sendiri adalah mereka atau seorang anak yang berusia 13 tahun sampai 18 tahun. Sebab pada usia tersebut seorang anak telah melampaui masa kanak- kanak, tetapi mereka masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Dengan kata lain, anak-anak seusia mereka bisa dikatakan masih pada tahap atau fase transisi dalam proses pencarian jati diri identity. Kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “juvenile delinquency” merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Kenakalan remaja juga bisa diartikan sebagai perilaku menyimpang atau tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai pelanggaran status hingga tindak pidana kriminal Kartono, 2003 : 15. 46 Kenakalan remaja itu sendiri meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma hukum pidana yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku menyimpang yang dilakukan tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya, baik keluarga, teman, dan sebagainya http:www.anneahira.comnarkona.index.htm. Dalam Bakolak inpres no. 61977 buku pedoman 8, dijelaskan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku atau tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama, dan ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Sementara itu, ukuran yang digunakan untuk mengetahui kenakalan seperti yang telah disebutkan pada kerangka konsep di atas, Sunarwijati 1985 membedakan ke dalam tiga tingkatan. Pertama, kenakalan tingkat biasa, seperti perkelahian, tawuran, suka keluyuran, dan bolos sekolah, berbohong, dan melawan orang tua. Kedua, kenakalan yang menjurus kepada pelanggaran atau bisa dikategorikan sebagai kenakalan tingkat sedang, seperti mengendarai kendaraan bermotor sepeda motor atau mobil melebihi batas kecepatan paling tinggi atau paling rendah, dan tanpa kelengkapan berkendara SIM, STNK, dan lain-lain. Ketiga, kenakalan tingkat khusus, yaitu yang menjurus kepada tindak kejahatan seperti narkoba, perampokan, dan pembunuhan. Jenis atau bentuk kenakalan dengan beberapa kategori atau klasifikasi yang telah diuraikan dapat dijadikan sebagai ukuran kenakalan remaja dalam sebuah penelitian. Dari penjelasan tersebut, terdapat relevansi dengan implementasinya dalam film “liar”, yaitu perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh pemeran tokoh Indra sebagai kakak dan pemeran tokoh Bayu sebagai adik, yaitu balapan motor liar atau kebut-kebutan di jalanan perkelahian, atau bahkan tawuran dapat yang menyebabkan kematian telah dinyatakan dalam film “liar” tersebut pada beberapa scene-nya. Sementara itu, bicara mengenai normal atau tidaknya perilaku kenakalan remaja yang dilakukan tersebut, Soerjono Soekanto dalam bukunya berjudul “Rules of Sociological Method” menjelaskan bahwa perilaku menyimpang atau kenakalan dalam batas-batas tertentu dikatakan normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas. Artinya, apabila kenakalan tersebut tidak menimbulkan keresahan masyarakat, dan terjadi dalam batas-batas tertentu, dengan melihat pada konteks perbuatan yang tidak disengaja, maka dapat dikatakan perilaku kenakalan tersebut bersifat normal. Jadi, kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku kenakalan yang disengaja dan meninggalkan atau mengakibatkan keresahan di dalam masyarakat, maka perilaku tersebut bersifat tidak normal Soekanto, 1985 : 73.

3.3.3. Film

Dokumen yang terkait

REPRESENTASI FASHION SEBAGAI KELAS SOSIAL DALAM FILM (Studi Semiologi Representasi Fashion sebagai Kelas Sosial dalam Film The Representasi Fashion Sebagai Kelas Sosial Dalam Film (Studi Semiologi Representasi Fashion Sebagai Kelas Sosial Dalam Film The

0 4 15

IDENTITAS SEKSUALITAS REMAJA DALAM FILM (Analisis Semiotika Representasi Pencarian Identitas Identitas Seksualitas Remaja dalam Film (Analisis Semiotika Representasi Pencarian Identitas Homoseksual Oleh Remaja Dalam Film The Love Of Siam).

0 1 13

TRANSGENDER DALAM FILM (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Transgender Dalam Film (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Dalam Film “The Iron Ladies”).

0 1 16

PENDAHULUAN Transgender Dalam Film (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Dalam Film “The Iron Ladies”).

0 7 55

TRANSGENDER DALAM FILM (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Transgender Dalam Film (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Dalam Film “The Iron Ladies”).

0 3 15

Representasi Kenakalan Remaja Dalam Iklan Fruit Tea Versi ”Pulo Gadung” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kenakalan Remaja Dalam Iklan Fruit Tea Versi ”Pulo Gadung” Di Televisi).

1 3 112

Kenakalan Remaja | Karya Tulis Ilmiah Kenakalan Remaja

0 1 4

SKRIPSI REPRESENTASI PLURALISME DALAM FILM ” ? ” (Studi Analisis Semiotika tentang Pluralisme dalam Film ” ? ”)

1 1 121

REPRESENTASI KENAKALAN REMAJA DALAM IKLAN FRUIT TEA VERSI ”PULO GADUNG” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kenakalan Remaja Dalam Iklan Fruit Tea Versi ”Pulo Gadung” Di Televisi)

0 0 15

REPRESENTASI KENAKALAN REMAJA DALAM FILM “LIAR” (Studi Semiologi Tentang Representasi Kenakalan Remaja Dalam Film “Liar” Pada Tokoh Indra dan Bayu)

2 13 28