Penggalan scene 5, lexia 3, 4, 5 Pendekatan Semiotika John Fiske dalam film :

Dari visualisasi di atas terlihat jelas bahwa apa yang dikatakan oleh teman-teman Indra, secara tidak langsung menambah semangat dan rasa percaya dirinya untuk bisa memenangkan balap motor itu. Sehingga kegiatan balap motor yang dilakukan oleh Indra tersebut dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja tingkat sedang.

b. Penggalan scene 5, lexia 3, 4, 5 Pendekatan Semiotika John Fiske dalam film :

Termasuk Level Representasi : Karena dalam scene tersebut lebih menonjolkan teknik pengambilan gambar pada kamera, yaitu long shot. Pengambilan gambarnya tidak hanya difokuskan pada satu obyek saja, tetapi kepada keseluruhan obyek, yang merupakan kesinambungan adegan. Banyak orang yang terlihat dan terlibat dalam adegan pada scene tersebut, yaitu perkelahian atau tawuran. Hal itu memperkuat dialog pada scene ini, yaitu “Cabut”, “Cabut lo”, dan “Awas lo”, yang diucapkan Indra, sebagai ekspresi kemarahan atau emosi. Gambar 4.2. Indra terlibat perkelahian tawuran dengan sekelompok orang dari anggota geng “macan”. Penjelasan peta tanda Roland Barthes : Penanda : “Cabut” “Cabut lo” “Awas lo” Petanda : Terdapat suatu perilaku menyimpang yang menjurus pada kenakalan remaja dan tersurat di dalam kalimat pada lexia 3, yaitu “Cabut”, dan pada lexia 4, yaitu “Cabut lo”, serta pada lexia 5, yaitu “Awas lo”. Masing-masing kalimat tersebut merupakan petanda denotatif yang menjelaskan adanya tindakan atau perilaku yang mencerminkan bentuk dari kenakalan remaja, yakni perkelahian atau tawuran dengan sifat kenakalan tingkat biasa. Tanda denotatif : Menjelaskan sebuah pernyataan dari Indra dalam bentuk kalimat yang bersifat memerintahkan atau kalimat perintah dengan memaksa, dan juga terdapat kalimat yang menunjukkan adanya sebuah ancaman yaitu kepada para perampoknya. Hal tersebut merupakan sesuatu hal yang bersifat negatif, yaitu dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja dalam bentuk perkelahian tawuran. Penanda konotatif : Dijelaskan bahwa kenakalan remaja muncul karena adanya tindakan atau perilaku yang menjurus kepada kejahatan, yang dilakukan oleh para perampok terhadap seorang Ibu beserta anaknya. Petanda konotatif : Menjelaskan tentang makna dari dialog pada lexia 3, yaitu “Cabut”, dan pada lexia 4, yaitu “Cabut lo”, serta pada lexia 5, yaitu “Awas lo”. Dari kalimat tersebut mengandung sebuah makna bahwa Indra memerintahkan dengan memaksa dan memberikan peringatan yang sifatnya mengancam para perampok untuk pergi dan tidak mengganggu tidak merampok lagi. Sehingga sampai terjadi sebuah perkelahian atau tawuran antara Indra dengan anggota geng motor “macan”. Analisis : Dialog yang diucapkan atau diutarakan oleh Indra merupakan sebuah ungkapan dari Indra untuk mengusir para penjahat perampok, dengan sebuah ancaman agar para perampok tersebut tidak melakukan kejahatan lagi. Kalimat dialog pada lexia 3, yaitu “Cabut”, dapat digolongkan sebagai kode pembacaan proaretik, dan dialog pada lexia 4, yaitu “Cabut lo”, juga digolongkan sebagai kode pembacaan proaretik, serta dialog pada lexia 5, yaitu “Awas lo”, dapat digolongkan sebagai kode pembacaan proaretik juga. Hal tersebut dikarenakan kalimat dialog pada lexia 3, lexia 4, dan lexia 5 tersebut bisa menimbulkan suatu dampak. Analisis pada dialog tersebut dapat terlihat ketika dalam perkelahian antara Indra dengan para penjahat perampok tersebut, Indra meneriakkan sebuah kalimat yang sifatnya memerintahkan dengan memaksa, sehingga menimbulkan akibat kepada para perampok, yaitu para perampok tidak melakukan kejahatan merampok lagi. Apa yang dikatakan atau diucapkan oleh Indra itu secara tidak langsung menimbulkan dampak atau mengakibatkan para perampok merasa takut ketakutan. Dari visualisasi di atas, terlihat jelas bahwa para perampok itu berlari ketakutan dan pergi. Sehingga perkelahian atau tawuran yang dilakukan oleh Indra tersebut dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja tingkat biasa.

c. Penggalan scene 9, lexia 6 Pendekatan Semiotika John Fiske dalam film :

Dokumen yang terkait

REPRESENTASI FASHION SEBAGAI KELAS SOSIAL DALAM FILM (Studi Semiologi Representasi Fashion sebagai Kelas Sosial dalam Film The Representasi Fashion Sebagai Kelas Sosial Dalam Film (Studi Semiologi Representasi Fashion Sebagai Kelas Sosial Dalam Film The

0 4 15

IDENTITAS SEKSUALITAS REMAJA DALAM FILM (Analisis Semiotika Representasi Pencarian Identitas Identitas Seksualitas Remaja dalam Film (Analisis Semiotika Representasi Pencarian Identitas Homoseksual Oleh Remaja Dalam Film The Love Of Siam).

0 1 13

TRANSGENDER DALAM FILM (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Transgender Dalam Film (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Dalam Film “The Iron Ladies”).

0 1 16

PENDAHULUAN Transgender Dalam Film (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Dalam Film “The Iron Ladies”).

0 7 55

TRANSGENDER DALAM FILM (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Transgender Dalam Film (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Dalam Film “The Iron Ladies”).

0 3 15

Representasi Kenakalan Remaja Dalam Iklan Fruit Tea Versi ”Pulo Gadung” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kenakalan Remaja Dalam Iklan Fruit Tea Versi ”Pulo Gadung” Di Televisi).

1 3 112

Kenakalan Remaja | Karya Tulis Ilmiah Kenakalan Remaja

0 1 4

SKRIPSI REPRESENTASI PLURALISME DALAM FILM ” ? ” (Studi Analisis Semiotika tentang Pluralisme dalam Film ” ? ”)

1 1 121

REPRESENTASI KENAKALAN REMAJA DALAM IKLAN FRUIT TEA VERSI ”PULO GADUNG” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kenakalan Remaja Dalam Iklan Fruit Tea Versi ”Pulo Gadung” Di Televisi)

0 0 15

REPRESENTASI KENAKALAN REMAJA DALAM FILM “LIAR” (Studi Semiologi Tentang Representasi Kenakalan Remaja Dalam Film “Liar” Pada Tokoh Indra dan Bayu)

2 13 28