Apa yang diucapkan oleh teman-teman Bayu, secara tidak langsung menambah semangat dan rasa percaya dirinya. Dari
visualisasi di atas, terlihat jelas bahwa Bayu sangat bersemangat dan percaya diri untuk bisa memenangkan balapan motor melawan geng
motor “macan” yang memang sudah lama menjadi musuh bebuyutannya tersebut. Dan balapan motor liar yang dilakukan oleh
Bayu tersebut dapat digolongkan sebagai kenakalan remaja tingkat sedang.
k. Penggalan scene 80, lexia 24 Pendekatan Semiotika John Fiske dalam film :
Termasuk Level Representasi :
Karena dalam scene tersebut lebih menonjolkan pada teknik pengambilan kamera, yaitu medium shot. Pengambilan gambarnya
tidak hanya difokuskan pada satu obyek pemeran saja, tetapi kepada keseluruhan obyek pemeran, yang merupakan kesinambungan
adegan. Dengan kata lain, banyak orang yang terlihat dan terlibat dalam adegan pada scene tersebut, yaitu perkelahian atau tawuran
dalam hal ini adalah pemeran atau obyekya. Hal itu juga memperkuat dialog pada scene ini, yaitu “Mati lo, bangsaaaaaat”,
yang diucapkan Bayu sebagai ekspresi kemarahan atau emosi. Tawuran tersebut dapat terjadi sebagai usaha balas dendamnya yang
ditusuk sehingga menyebabkan dirinya masuk rumah sakit. 102
Gambar 4.11. Bayu dan teman-temannya terlibat perkelahian
tawuran dengan geng motor “macan” untuk membalas dendam.
Penjelasan peta tanda Roland Barthes : Penanda :
“Mati lo, bangsaaaaaaat”
Petanda : Terdapat suatu perilaku menyimpang yang
menjurus pada kenakalan remaja dan tersurat di dalam kalimat pada lexia 24, yaitu “Mati lo, bangsat”. Kalimat tersebut merupakan
petanda denotatif yang menjelaskan adanya perilaku yang mencerminkan bentuk dari kenakalan remaja, yakni perkelahian
tawuran dengan sifat kenakalan tingkat biasa.
Tanda denotatif :
Menjelaskan sebuah pernyataan dari Indra dalam bentuk kalimat yang menunjukkan perasaan marah dan
emosi. Hal tersebut sesuatu hal yang bersifat negatif dan dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja dalam bentuk kebut-kebutan
atau balapan motor liar di jalanan. 103
Penanda konotatif :
Dijelaskan bahwa kenakalan remaja dapat dimunculkan karena adanya tindakan atau perilaku yang
menjurus kepada pelanggaran, bahkan tindak pidana kejahatan. Dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan oleh Bayu dan teman-
temannya.
Petanda konotatif :
Menjelaskan tentang makna dari dialog pada lexia 24, yaitu “Mati lo, bangsat”. Kalimat tersebut
mengandung makna bahwa Bayu marah dan emosi. Secara tersirat, kata-kata kasar seperti itu sering diucapkan ketika seseorang marah
atau emosi.
Analisis :
Dialog yang diucapkan oleh Bayu merupakan sebuah ungkapan kekesalan atau kemarahannya dengan kata-kata kasar, ketika dia dan
teman-temannya bertemu dengan anggota geng motor “macan” yang telah melukai menusuknya sehingga menyebabkan Bayu masuk
rumah sakit. Dialog pada lexia 24, yaitu “Mati lo, bangsat”, dapat
digolongkan sebagai kode pembacaan semik, karena dialog pada lexia 24 tersebut terdapat kata atau frase yang sama, yang terdapat pada
suatu ungkapan tertentu dan dapat dikelompokkan dengan konotasi kata atau frase yang mirip.
Artinya, dialog yang terdapat pada lexia 24 tersebut di atas, secara tersirat menghadirkan padanan kata yang mengistilahkan
sesuatu yang buruk atau jelek, seperti, “Mati lo, bangsat”. Sehingga Perkelahian atau tawuran yang dilakukan oleh Bayu dan teman-
temannya tersebut dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja tingkat biasa.
l. Penggalan scene 84, lexia 25, 26 Pendekatan Semiotika John Fiske dalam film :