dimaksudkan secara luas Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Cetakan II, Departemen Pendidikan Nasional, 2002 : 668.
Dari penjelasan di atas, terdapat relevansi dengan implementasinya dalam film “liar”, yaitu perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh
pemeran tokoh Indra sebagai kakak dan pemeran tokoh Bayu sebagai adik, seperti balapan motor liar atau kebut-kebutan di jalanan, perkelahian, dan
tawuran yang telah dinyatakan dalam film “liar” tersebut pada beberapa scene-nya. Perbuatan atau tindakan seperti yang dilakukan oleh tokoh
Indra dan Bayu tersebut di atas merupakan suatu cerminan secara tersirat bahwa sesungguhnya Indra dan Bayu memiliki sifat-sifat atau jiwa
pemberontak, nakal, kasar, dan tidak terkontroltidak dapat dikendalikan.
3.4. Unit Analisis
Unit analisis pada penelitian ini adalah keseluruhan scene yang ada dalam film ini, yaitu sebanyak 114 scene yang kemudian dikerucutkan
menjadi 15 scene yang mewakili kenakalan remaja berdasarkan pembagian level analisis oleh John Fiske, sebagaimana yang terdapat pada
kedua tokoh sentral tersebut, yakni tokoh Indra sebagai kakak dan tokoh Bayu sebagai adik.
Kemudian pembagian scene berdasarkan analisis John Fiske tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan teori semiologi Roland
Barthes yang mengeksplisitkan kode-kode narasi berupa tanda-tanda atau simbol-simbol dengan retorika lima kode, yaitu kode hermeneutik, kode
semik, kode simbolik, kode proaretik, dan kode gnomik untuk mengetahui 50
pemaknaan atau penggambaran tentang kenakalan remaja dalam film “liar” ini.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi, yaitu mengamati film yang berjudul
“liar” secara langsung dan berulang-ulang. Artinya, dilakukan dengan cara melihat film tersebut berkali-kali atau lebih dari satu kali, serta melakukan
studi kepustakaan untuk menambah dan melengkapi data-data atau bahan- bahan yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini.
3.6. Teknik Analisis Data
Analisis data di dalam penelitian ini akan dilakukan berdasarkan sign atau sistem tanda yang tampak pada tokoh Indra dan Bayu sebagai
tokoh yang menggambarkan atau mewakili bentuk dari kenakalan remaja. Kemudian dianalisis dengan menggunakan model semiologi yang
dikemukakan oleh Roland Barthes. Ruang lingkup model ini menyatakan bahwa tanda berupa lexia dieksplisitkan menjadi kode-kode lima kode,
yaitu kode hermeneutik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik, dan kode gnomik. Selain itu, model ini juga menjelaskan adanya mitos yang
seringkali luput dari perhatian dalam realitas kehidupan sosial sehari-hari. Untuk melihat representasi kenakalan remaja dalam film “liar”
melalui tokoh Indra dan Bayu, peneliti juga akan mencari dan memaknai simbol-simbol atau tanda-tanda yang bisa menjawab pertanyaan peneliti
dengan menggunakan kerangka analisis semiologi dalam film, yang 51
dikemukakan oleh Roland Barthes, yang kemudian dalam analisisnya dibagi menjadi dua level menurut John Fiske, yakni level realitas reality
dan level representasi representation. Menurut John Fiske 1990 : 189, dalam level realitas juga
dianalisis beberapa kode-kode sosial yang merupakan realitas secara persis dapat didefinisikan dalam medium melalui ekspresi, seperti warna kulit,
pakaian, ekspresi wajah, perilaku, dan sebagainya. Dalam penerapannya, pada level realitas, film ini juga
menganalisis beberapa kode-kode sosial yang merupakan realitas, berupa : 1.
Penampilan, kostum, dan make-up yang digunakan oleh pemeran atau tokoh dalam film “liar”.
2. Lingkungan atau setting, yang ditampilkan dari cerita
pemeran. 3.
Dialog, yaitu yang mempunyai hubungan dengan representasi kenakalan remaja oleh kedua tokoh di
dalamnya. Meliputi : a. Bahasa yang digunakan, yakni bahasa resmi baku atau
bahasa tidak resmi tidak baku. b. Karakter yang berbeda mempengaruhi bahasa yang
digunakan. c. Kalimat-kalimat yang diucapkan dalam dialog atau
percakapan, apakah memiliki arti tertentu atau arti kiasan.
d. Apakah terdapat karakter tertentu yang tampak atau terlihat dalam “diam”.
Sementara itu pada level representasi, yang diamati adalah cara kerja kamera, meliputi long shot, medium shot, dan close up. Pada teknik
editing, terdapat 15 scene dari 114 scene yang ada hubungannya dengan representasi kenakalan remaja dalam film “liar” tersebut. Sedangkan
pencahayaannya digunakan untuk mengetahui karakter dari pemeran tokoh Indra dan Bayu. Namun dalam penelitian ini, peneliti tidak akan
membahas lebih lanjut tentang suara dan penataan musik pada level representasi karena keduanya dianggap tidak memiliki korelasi langsung
terhadap pembahasan representasi kenakalan remaja dalam film “liar”. Level representasi ini sangat membantu dalam melakukan analisis pada
level realitas. 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek dan Penyajian Data
4.1.1. Gambaran Umum Obyek
Film garapan sutradara Rudi Soedjarwo ini adalah sebuah film drama action yang mengangkat tema drama romantika kehidupan dunia
pembalap jalanan yang kental dengan nuansa kekerasan. Di sisi lain, film ini juga dibumbui dengan kisah percintaan. Film yang dirilis dan diputar
serentak di seluruh bioskop 21 serta XXI Indonesia pada 18 Juli 2008 ini, secara garis besar menceritakan tentang perjuangan dua anak muda, yakni
Indra yang diperankan Irgi Ahmad Fahrezy sebagai kakak dan Bayu yang diperankan Raffi Ahmad sebagai adik yang ingin mewujudkan cita-cita
mereka untuk menjadi seorang pembalap yang sesungguhnya. Astral Pictures selaku produser film “liar” tidak memiliki target
khusus mengenai jumlah penonton. Film dengan dengan tema drama action dan romantika ini diharapkan menjadi salah satu media untuk
memberikan suatu hiburan serta pesan edukasi kepada masyarakat Indoenesia, khususnya para remaja sebagai generasi penerus bangsa.
Sementara itu, film ini merupakan hasil kerjasama antara Astral Pictures, PT. Pertamina dan juga Suzuki Motor sebagai sponsor. Lokasi
pengambilan gambar atau syuting sendiri dilakukan di beberapa tempat atau lokasi di Jakarta.
54