menimbulkan akibat kepada para perampok, yaitu para perampok tidak melakukan kejahatan merampok lagi.
Apa yang dikatakan atau diucapkan oleh Indra itu secara tidak langsung menimbulkan dampak atau mengakibatkan para perampok
merasa takut ketakutan. Dari visualisasi di atas, terlihat jelas bahwa para perampok itu berlari ketakutan dan pergi. Sehingga perkelahian
atau tawuran yang dilakukan oleh Indra tersebut dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja tingkat biasa.
c. Penggalan scene 9, lexia 6 Pendekatan Semiotika John Fiske dalam film :
Termasuk Level Representasi :
Karena dalam scene tersebut lebih menonjolkan teknik pengambilan gambar pada kamera, yaitu long shot. Pengambilan
gambarnya tidak hanya difokuskan pada satu obyek pemeran saja, tetapi kepada keseluruhan obyek pemeran, yang merupakan
kesinambungan adegan. Sebab, antara satu adegan dengan adegan lainnya merupakan satu kesatuan alur cerita yang tidak dapat
dipenggal-penggal tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, banyak orang yang terlihat dan terlibat dalam adegan pada scene tersebut,
yaitu perkelahian atau tawuran dalam hal ini adalah pemeran atau obyekya. Hal itu juga yang memperkuat dialog pada scene ini, yaitu
“Anjing” dan “Bangsat lo”, yang diucapkan oleh Indra, dengan menunjukkan ekspresi kemarahan atau emosi.
Gambar 4.3. Indra terlibat perkelahian tawuran dengan geng motor “macan”.
Penjelasan peta tanda Roland Barthes : Penanda :
“Anjing, bangsat lo”
Petanda : Terdapat suatu perilaku menyimpang yang
menjurus pada kenakalan remaja dan tersurat di dalam dialog pada lexia 6, yaitu “Anjing, bangsat lo”. Kalimat tersebut merupakan
petanda denotatif yang menjelaskan adanya tindakan atau perilaku yang mencerminkan bentuk dari kenakalan remaja, yakni perkelahian
atau tawuran dengan sifat kenakalan tingkat biasa.
Tanda denotatif :
Menjelaskan sebuah pernyataan dari Indra dalam bentuk kalimat yang menunjukkan perasaan kesal,
jengkel, marah, emosional tinggi, dan menyesal. Hal tersebut merupakan sesuatu hal yang bersifat negatif, yaitu dapat dikategorikan
sebagai kenakalan remaja dalam bentuk perkelahian tawuran.
Penanda konotatif :
Dijelaskan bahwa kenakalan remaja muncul karena adanya faktor pendorongnya, yakni berupa tindakan
atau perilaku yang menjurus kepada pelanggaran-pelanggaran atau 77
bahkan kejahatan pula. Dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan oleh geng motor “macan”.
Petanda konotatif :
Menjelaskan tentang makna dari kalimat pada lexia 6, yaitu “Anjing Bangsat lo”. Dari kalimat
tersebut, jelas mengandung makna bahwa Indra sedang marah dan emosi. Secara implisit atau tersirat, kalimat dialog pada lexia 6
tersebut di atas seringkali diucapkan atau diutarakan ketika seseorang terlibat dalam sebuah perkelahian tawuran.
Analisis :
Dialog yang diucapkan atau diutarakan oleh Indra merupakan sebuah ungkapan kekesalan atau kemarahan dari Indra dengan kalimat
kata-kata kasar, ketika mengetahui kedatangan geng motor “macan”. Di samping itu, Indra juga merasa bersalah kepada ayahnya karena
telah terjerumus ke dalam balapan liar. Kalimat dialog pada lexia 6, yaitu “Anjing, bangsat lo”, dapat
digolongkan sebagai kode pembacaan semik. Hal itu dikarenakan kalimat pada lexia 6 tersebut terdapat kata-kata atau frase yang sama
dan melekat pada ungkapan tertentu, serta dapat dikelompokkan dengan konotasi kata atau frase yang mirip.
Artinya, dialog yang terdapat pada lexia 6 di atas menggunakan sebuah makna yang tersirat dengan menghadirkan padanan kata yang
mengistilahkan sesuatu yang kasar, buruk atau jelek, dengan 78
pemilihan kata melalui kalimat dialog pada lexia 6, yaitu “Anjing Bangsat lo”.
Hal tersebut di atas dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja yang dapat menyebabkan muncul atau timbulnya pelanggaran-
pelanggaran atau bahkan kejahatan yang dilakukan dan melanggar hukum.
Dalam hal ini, perasaan Indra bercampur aduk. Sebab, apabila ditilik kembali rentetan peristiwanya, memperlihatkan bahwa Indra
sedang meluapkan kemarahan dan kekesalannya dengan apa yang telah ia lakukan. Ditambah lagi dengan kedatangan geng motor
“macan” yang memang merupakan musuh bebuyutannya dan selalu memusuhinya.
Maka, perasaan marah dan kesal tersebut melebur menjadi satu ketika Indra mengetahui bahwa geng motor “macan” datang untuk
melakukan penyerangan pengeroyokan terhadap dirinya, sampai terjadilah sebuah perkelahian. Sehingga perkelahian atau tawuran
yang dilakukan oleh Indra tersebut dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja tingkat biasa.
d. Penggalan scene 19, lexia 7, 8 Pendekatan Semiotika John Fiske dalam film :