Hukum yang Hidup dalam Masyarakat Berbeda dengan Hukum Pidana
1.6. Hukum yang Hidup dalam Masyarakat Berbeda dengan Hukum Pidana
Seperti disebutkan di muka, asas legalitas menghendaki peraturan yang dituliskan lex scripta, dirumuskan dengan rinci lex certa, tidak diberlakukan surut non-retroaktif, dan larangan analogi. Hukum yang hidup dalam masyarakat tidaklah tertulis dan tidak mempunyai rumusan yang jelas mengenai perbuatan yang dilarang itu. Lagi pula, pelanggaran terhadap hukum yang hidup dalam masyarakat tidak mutlak rumusannya ada terlebih dahulu dari perbuatannya. Hukum yang hidup dalam masyarakat sangat berbeda dengan konsep asas legalitas yang menghendaki aturan yang tertutup. Sementara hukum yang hidup dalam masyarakat mempunyai sifat terbuka sehingga perbuatan jahat yang dimaksudkannya adalah setiap perbuatan yang dapat mengakibatkan keseimbangan masyarakat terganggu. Dengan demikian, apa yang disebutkan dalam penjelasan RKUHP bahwa pencantuman hukum yang hidup dalam masyarakat tidak akan mengganggu asas legalitas adalah anggapan yang keliru. Praktek pengadilan yang menerapkan hukum adat sebagai dasar pemidanaan kebanyakan bukanlah kejahatan baru, melainkan kejahatan yang memang sudah ada dalam KUHP. Sebagai contoh, misalnya perbuatan incest, pemerkosaan, pembunuhan, perzinahan, dan sebagainya. 12 Dalam RKUHP, jika terjadi tindak pidana maka pertanggungjawabannya adalah pertanggungjawaban individu. Sementara dalam hukum yang hidup dalam masyarakat, terutama hukum adat, pertanggungjawaban pidana tidak selalu pertanggungjawaban individu. Tetapi sanksi dapat pula dijatuhkan pada orang lain yang bukan pelaku, di antaranya kepada keluarga pelaku. Pemberian sanksi dalam hukum adat tidak melihat apakah suatu perbuatan jahat itu sebagai perbuatan yang disengaja atau tidak kelalaian, melainkan melihat pada akibat yang ditimbulkan. Hal ini tentu saja berbeda dengan konsep hukum pidana.1.7. Penerapan Hukum yang Hidup dalam Masyarakat adalah Analogi
Parts
» Munculnya Hukum yang Hidup dalam Masyarakat dalam RKUHP
» Hukum yang Hidup dalam Masyarakat Menjadi Hukum Formal
» Belum Ada Batasan yang Jelas Mengenai Hukum yang Hidup dalam Masyarakat
» Hukum yang Hidup dalam Masyarakat Berbeda dengan Hukum Pidana
» Penutup dan Rekomendasi Catatan R KUHP Final
» Pengantar Catatan R KUHP Final
» Percobaan dan permulaan pelaksanaan dalam R KUHP
» Pemidanaan Percobaan Catatan R KUHP Final
» Hukuman Mati Bertentangan dengan Konstitusi dan Hukum HAM Internasional
» Rekomendasi Catatan R KUHP Final
» Usia Pertanggungjawaban Pidana Anak Konsep Kepentingan Terbaik Untuk Anak
» Diversi dalam RKUHP Konsep Diversi Untuk Kepentingan Anak Tidak Proporsional
» Syarat Diversi Tidak Memperhatikan Praktik Peradilan
» Inkonsistensi Terakait Syarat Pengulangan Tindak Pidana
» Pengaturan mengenai Diversi untuk Tindak Pidana tanpa Persetujuan Korban
» Ketentuan Pemenuhan Kewajiban Adat
» Tindakan Bagi Anak Catatan R KUHP Final
» Alasan dihapuskan Pidana Kurungan
» Perubahan Asas Pidana Denda dalam RKUHP
» Permasalahan yang Timbul dalam Penyusunan Peraturan Daerah
» Perbandingan dengan Kodifikasi Pidana Belanda
» Penutup Pengantar Catatan R KUHP Final
» Kejahatan terhadap Ideologi dalam R KUHP
» Perumusan yang Samar Pasal Karet yang dapat Merampas Hak Asasi Manusia Meneruskan Jargon Orde Baru
» Bersifat Diskriminatif Tidak Tepat lagi Diberlakukan dalam Konteks Politik saat ini
» Unsurnya yang Bersifat Obscuur
» Rumusan Hampir Sama dengan Delik Penghinaan Tidak Sesuai dengan Konteks Saat Ini
» Rahasia untuk Kepentingan Pertahanan dan Keamanan Negara
» Rahasia Militer dan Pemerintah pada Waktu Perang Pasal 244, 248 RKUHP
» Tindak Pidana terhadap Informatika dan Telematika
» Pendahuluan Catatan R KUHP Final
» Pengaturan tentang Kejahatan Perang dalam RKUHP
» Tidak Tepat Menempatkan Kejahatan Genosida dan Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
» Adanya Larangan untuk Memberikan Amnesti kepada Kejahatan Genosida dan Rekomendasi
» Transformasi Delik Penghinaan terhadap Golongan Penduduk: dari KUHP ke R KUHP
» Catatan terhadap Rumusan Pasal dalam Rancangan KUHP
» Inses dalam KUHP Catatan R KUHP Final
» Pengantar Perlindungan Anak di KUHP
» Masalah Pemidanaan Anak Rekomendasi
» Pengantar Pengertian Perdagangan Manusia dalam R KUHP
» Tidak Adanya Ketentuan Khusus untuk Anak Tidak Ditegaska ya Ele e Persetujua Kor a
» Ancaman Hukuman Sanksi Catatan R KUHP Final
» Konsep Persetubuhan Catatan R KUHP Final
» Ele e Bertentangan Dengan Kehendak atau Ta pa Persetujua dari Korban.
» Elemen Situasi yang Tidak Cukup Memadai Elemen Pihak Ketiga
» Pe e pata Perkosaa dala Bagian Kesusilaan
» Konsep Perkosaan bagi Anak yang Masih Minim
» Keterbatasan Rumusan Delik Pornografi
» Kriminalisasi yang Mengancam Kebebasan Sipil
» Keterbatasan Rumusan Delik sebagai Peluang
» Pengaturan Tindak Pidana terhadap Proses Peradilan Contempt of Court dan Sistem
» Contempt of Court adalah Bagian Sistem Adversary Model
» Perluasan Tindak Pidana Perzinaan dalam R KUHP 2015
» Overkriminalisasi Dalam Tindak Pidana Zina
» Permasalahan Ketentuan Mengenai Pengaduan dalam Tindak Pidana Zina
» Pengantar Bagaimana Negara lain mengatur Cohabatitation
» Tindak Pidana Asal dalam UU TPPU
» Jenis Kegiatan dalam Kejahatan Pencucian Uang
» Problem Kodifikasi Pasal TPPU dalam RKUHP
» Penutup Rekomendasi Catatan R KUHP Final
» Ketidakjelasan Penggunan Istilah Perbedaan Pengertian dan Prinsip
» Tidak adanya Penggolongan Catatan R KUHP Final
» Penyadapan dan Perlindungan Privasi
» Pengaturan Peyadapan dalam RKUHP
» Catatan Terkait Pengaturan Penyadapan dalam RKUHP
» Pengaturan Alat Kontrasepsi dalam RKUHP Catatan Terkait Pengaturan Alat Kontrasepsi dalam RKUHP
» Penghinaan sebagai alat pembatasan kebebasan berekspresi
» Asumsi bahwa Pidana Penjara untuk Penghinaan Tidak Sesuai dengan Perkembangan Sosial dan
» Penurunan Pola Pemidanaan Penjara Kasus Penghinaan
» Meningkatnya Penggunaan Pidana Percobaan
» Penggunaan Pidana Denda Catatan R KUHP Final
» Pidana Penjara Menimbulkan Dampak yang Luas
» Doktrin Membela Diri dan Alasan Pembenar Absen
Show more