Penggunaan Pidana Denda Catatan R KUHP Final
23.5. Penggunaan Pidana Denda
Pada Tahun 2012, Berdasarkan Riset ICJR, Perbandingan tuntutan PU terhadap terdakwa penghinaan menunjukkan bahwa 205 Perkara dituntut dengan Hukuman Penjara, 70 perkara dituntut dengan Hukuman Percobaan dan hanya 1 Perkara saja yang dituntut dengan Pidana Denda. 333 Fakta menunjukkan bahwa Jaksa lebih senang dengan tuntutan pemenjaraan pada terdakwa tindak pidana penghinaan, daripada penggunaan Pidana Denda. ICJR mencatat bahwa minimnya tuntutan pidana denda sendiri lebih diakibatkan karena jumlah nominal yang di atur dalam KUHP sangat minim Rp 4.500, sehingga JPU terkesan enggan untuk menggunakan jenis hukuman ini. Walaupun dalam perkembangannya pada 2012 ada kenaikan nilai denda berdasarkan Peraturan MA No 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP, namun cara menghitung besaran dendanya dan prakteknya belum ditemukan untuk kasus pidana penghinaan. Dalam Pasal 82 Ayat 3 RKUHP, pidana denda paling banyak ditetapkan berdasarkan kategori, yaitu: kategori I Rp10.000.000,00 sepuluh juta rupiah; kategori II Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah; kategori III Rp150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah; kategori IV Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah; kategori V Rp2.000.000.000,00 dua miliar rupiah; dan kategori VI Rp15.000.000.000,00 lima belas miliar rupiah. tindak pidana penghinaan sebagaimana diatur dalam Bab XIX tebtang tindak pidana penghinaan mengatur ancaman untuk pidana denda rata-rata berada pada kategori II sampai dengan kategori IV. Peningkatan yang cukup drastis memang apabila dibandingkan dengan pengaturan yang ada di KUHP saat ini. Pola minimnya penggunaan pidana denda dibandingkan dengan penggunaan pidana penjara diyakini akan tetap sama dengan pola dan tren yang saat ini berkembang, apabila jaksa dalam hal ini Penuntut Umum masih menggunakan pola pikir yang sama terkait tindak pidana penghinaan, bahwa akan lebih bermanfaat dan relevan penggunaan pidana lain dalam hal ini kaitannya dengan pidana denda daripada pidana penjara.23.6. Pidana Penjara Menimbulkan Dampak yang Luas
Parts
» Munculnya Hukum yang Hidup dalam Masyarakat dalam RKUHP
» Hukum yang Hidup dalam Masyarakat Menjadi Hukum Formal
» Belum Ada Batasan yang Jelas Mengenai Hukum yang Hidup dalam Masyarakat
» Hukum yang Hidup dalam Masyarakat Berbeda dengan Hukum Pidana
» Penutup dan Rekomendasi Catatan R KUHP Final
» Pengantar Catatan R KUHP Final
» Percobaan dan permulaan pelaksanaan dalam R KUHP
» Pemidanaan Percobaan Catatan R KUHP Final
» Hukuman Mati Bertentangan dengan Konstitusi dan Hukum HAM Internasional
» Rekomendasi Catatan R KUHP Final
» Usia Pertanggungjawaban Pidana Anak Konsep Kepentingan Terbaik Untuk Anak
» Diversi dalam RKUHP Konsep Diversi Untuk Kepentingan Anak Tidak Proporsional
» Syarat Diversi Tidak Memperhatikan Praktik Peradilan
» Inkonsistensi Terakait Syarat Pengulangan Tindak Pidana
» Pengaturan mengenai Diversi untuk Tindak Pidana tanpa Persetujuan Korban
» Ketentuan Pemenuhan Kewajiban Adat
» Tindakan Bagi Anak Catatan R KUHP Final
» Alasan dihapuskan Pidana Kurungan
» Perubahan Asas Pidana Denda dalam RKUHP
» Permasalahan yang Timbul dalam Penyusunan Peraturan Daerah
» Perbandingan dengan Kodifikasi Pidana Belanda
» Penutup Pengantar Catatan R KUHP Final
» Kejahatan terhadap Ideologi dalam R KUHP
» Perumusan yang Samar Pasal Karet yang dapat Merampas Hak Asasi Manusia Meneruskan Jargon Orde Baru
» Bersifat Diskriminatif Tidak Tepat lagi Diberlakukan dalam Konteks Politik saat ini
» Unsurnya yang Bersifat Obscuur
» Rumusan Hampir Sama dengan Delik Penghinaan Tidak Sesuai dengan Konteks Saat Ini
» Rahasia untuk Kepentingan Pertahanan dan Keamanan Negara
» Rahasia Militer dan Pemerintah pada Waktu Perang Pasal 244, 248 RKUHP
» Tindak Pidana terhadap Informatika dan Telematika
» Pendahuluan Catatan R KUHP Final
» Pengaturan tentang Kejahatan Perang dalam RKUHP
» Tidak Tepat Menempatkan Kejahatan Genosida dan Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
» Adanya Larangan untuk Memberikan Amnesti kepada Kejahatan Genosida dan Rekomendasi
» Transformasi Delik Penghinaan terhadap Golongan Penduduk: dari KUHP ke R KUHP
» Catatan terhadap Rumusan Pasal dalam Rancangan KUHP
» Inses dalam KUHP Catatan R KUHP Final
» Pengantar Perlindungan Anak di KUHP
» Masalah Pemidanaan Anak Rekomendasi
» Pengantar Pengertian Perdagangan Manusia dalam R KUHP
» Tidak Adanya Ketentuan Khusus untuk Anak Tidak Ditegaska ya Ele e Persetujua Kor a
» Ancaman Hukuman Sanksi Catatan R KUHP Final
» Konsep Persetubuhan Catatan R KUHP Final
» Ele e Bertentangan Dengan Kehendak atau Ta pa Persetujua dari Korban.
» Elemen Situasi yang Tidak Cukup Memadai Elemen Pihak Ketiga
» Pe e pata Perkosaa dala Bagian Kesusilaan
» Konsep Perkosaan bagi Anak yang Masih Minim
» Keterbatasan Rumusan Delik Pornografi
» Kriminalisasi yang Mengancam Kebebasan Sipil
» Keterbatasan Rumusan Delik sebagai Peluang
» Pengaturan Tindak Pidana terhadap Proses Peradilan Contempt of Court dan Sistem
» Contempt of Court adalah Bagian Sistem Adversary Model
» Perluasan Tindak Pidana Perzinaan dalam R KUHP 2015
» Overkriminalisasi Dalam Tindak Pidana Zina
» Permasalahan Ketentuan Mengenai Pengaduan dalam Tindak Pidana Zina
» Pengantar Bagaimana Negara lain mengatur Cohabatitation
» Tindak Pidana Asal dalam UU TPPU
» Jenis Kegiatan dalam Kejahatan Pencucian Uang
» Problem Kodifikasi Pasal TPPU dalam RKUHP
» Penutup Rekomendasi Catatan R KUHP Final
» Ketidakjelasan Penggunan Istilah Perbedaan Pengertian dan Prinsip
» Tidak adanya Penggolongan Catatan R KUHP Final
» Penyadapan dan Perlindungan Privasi
» Pengaturan Peyadapan dalam RKUHP
» Catatan Terkait Pengaturan Penyadapan dalam RKUHP
» Pengaturan Alat Kontrasepsi dalam RKUHP Catatan Terkait Pengaturan Alat Kontrasepsi dalam RKUHP
» Penghinaan sebagai alat pembatasan kebebasan berekspresi
» Asumsi bahwa Pidana Penjara untuk Penghinaan Tidak Sesuai dengan Perkembangan Sosial dan
» Penurunan Pola Pemidanaan Penjara Kasus Penghinaan
» Meningkatnya Penggunaan Pidana Percobaan
» Penggunaan Pidana Denda Catatan R KUHP Final
» Pidana Penjara Menimbulkan Dampak yang Luas
» Doktrin Membela Diri dan Alasan Pembenar Absen
Show more