Pendahuluan Catatan R KUHP Final
6.1. Pendahuluan
Istilah kejahatan perang sudah lama dikenal dalam perbincangan hukum internasional, yaitu khususnya dalam hukum humaniter yang sering disebut juga sebagai hukum perang atau hukum konflik bersenjata. Dalam hukum humaniter, istilah kejahatan perang dihubungkan dengan tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan oleh para pelaku perang atau pihak yang terlibat dalam perang yang melanggar kaedah hukum humaniter. Tindakan tertentu dapat dikategorikan kedalam pelanggaran berat Graves breaches terhadap hukum humaniter dan pelanggaran lainnya yang bukan dikategorikan berat. Hal ini secara jelas tercantum pada Konvensi Genewa 1948 dan kemudian dilengkapi dengan 2 optional protokolnya. Meski pada awalnya kejahatan perang selalu ditafsirkan banyak pihak hanya dimaksudkan untuk kejahatan yang dilakukan atas peperangan antar Negara, namun perkembangannya, terlebih dengan adanya Optional Protokol II Konvensi Genewa 1979, pengaturan tentang perang juga meliputi peperangan yang terjadi di dalam Negara internal conflict. Dalam perkembangannya dengan adanya Pengadilan Pidana International untuk kasus Negara Bekas Yugoslavia dan Rwanda, kejahatan perang semakin mendapat perhatian internasional secara serius. Perkembangan mutahir dengan adanya Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional, kejahatan perang dinyatakan sebagai kejahatan yang luar biasa extraordinary crimes yaitu sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia human rights gross violations. Hanya saja Statuta ‘o a e asukka ele e eluas da siste atis se agai ele e pe ti g di dala a. Statuta Roma pun mengkategorikan kejahatan perang sebagai; 1 pelanggaran berat sebagaimana diatur dalam Konvensi Jenewa yang ditujukan kepada orang dan harta benda; 2 pelanggaran serius lainnya terhadap hukum dan kebiasaan yang diterapkan dalam sengketa bersenjata internasional; 3 Pelanggaran serius terhadap Konvensi Jenewa dalam kaitan konflik bukan internasional; 4 Pelanggaran serius lainnya terhadap hukum dan kebiasaan yang berlaku dalam sengketa bersenjata yang bukan bersifat internasional.6.2. Pengaturan tentang Kejahatan Perang dalam RKUHP
Parts
» Munculnya Hukum yang Hidup dalam Masyarakat dalam RKUHP
» Hukum yang Hidup dalam Masyarakat Menjadi Hukum Formal
» Belum Ada Batasan yang Jelas Mengenai Hukum yang Hidup dalam Masyarakat
» Hukum yang Hidup dalam Masyarakat Berbeda dengan Hukum Pidana
» Penutup dan Rekomendasi Catatan R KUHP Final
» Pengantar Catatan R KUHP Final
» Percobaan dan permulaan pelaksanaan dalam R KUHP
» Pemidanaan Percobaan Catatan R KUHP Final
» Hukuman Mati Bertentangan dengan Konstitusi dan Hukum HAM Internasional
» Rekomendasi Catatan R KUHP Final
» Usia Pertanggungjawaban Pidana Anak Konsep Kepentingan Terbaik Untuk Anak
» Diversi dalam RKUHP Konsep Diversi Untuk Kepentingan Anak Tidak Proporsional
» Syarat Diversi Tidak Memperhatikan Praktik Peradilan
» Inkonsistensi Terakait Syarat Pengulangan Tindak Pidana
» Pengaturan mengenai Diversi untuk Tindak Pidana tanpa Persetujuan Korban
» Ketentuan Pemenuhan Kewajiban Adat
» Tindakan Bagi Anak Catatan R KUHP Final
» Alasan dihapuskan Pidana Kurungan
» Perubahan Asas Pidana Denda dalam RKUHP
» Permasalahan yang Timbul dalam Penyusunan Peraturan Daerah
» Perbandingan dengan Kodifikasi Pidana Belanda
» Penutup Pengantar Catatan R KUHP Final
» Kejahatan terhadap Ideologi dalam R KUHP
» Perumusan yang Samar Pasal Karet yang dapat Merampas Hak Asasi Manusia Meneruskan Jargon Orde Baru
» Bersifat Diskriminatif Tidak Tepat lagi Diberlakukan dalam Konteks Politik saat ini
» Unsurnya yang Bersifat Obscuur
» Rumusan Hampir Sama dengan Delik Penghinaan Tidak Sesuai dengan Konteks Saat Ini
» Rahasia untuk Kepentingan Pertahanan dan Keamanan Negara
» Rahasia Militer dan Pemerintah pada Waktu Perang Pasal 244, 248 RKUHP
» Tindak Pidana terhadap Informatika dan Telematika
» Pendahuluan Catatan R KUHP Final
» Pengaturan tentang Kejahatan Perang dalam RKUHP
» Tidak Tepat Menempatkan Kejahatan Genosida dan Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
» Adanya Larangan untuk Memberikan Amnesti kepada Kejahatan Genosida dan Rekomendasi
» Transformasi Delik Penghinaan terhadap Golongan Penduduk: dari KUHP ke R KUHP
» Catatan terhadap Rumusan Pasal dalam Rancangan KUHP
» Inses dalam KUHP Catatan R KUHP Final
» Pengantar Perlindungan Anak di KUHP
» Masalah Pemidanaan Anak Rekomendasi
» Pengantar Pengertian Perdagangan Manusia dalam R KUHP
» Tidak Adanya Ketentuan Khusus untuk Anak Tidak Ditegaska ya Ele e Persetujua Kor a
» Ancaman Hukuman Sanksi Catatan R KUHP Final
» Konsep Persetubuhan Catatan R KUHP Final
» Ele e Bertentangan Dengan Kehendak atau Ta pa Persetujua dari Korban.
» Elemen Situasi yang Tidak Cukup Memadai Elemen Pihak Ketiga
» Pe e pata Perkosaa dala Bagian Kesusilaan
» Konsep Perkosaan bagi Anak yang Masih Minim
» Keterbatasan Rumusan Delik Pornografi
» Kriminalisasi yang Mengancam Kebebasan Sipil
» Keterbatasan Rumusan Delik sebagai Peluang
» Pengaturan Tindak Pidana terhadap Proses Peradilan Contempt of Court dan Sistem
» Contempt of Court adalah Bagian Sistem Adversary Model
» Perluasan Tindak Pidana Perzinaan dalam R KUHP 2015
» Overkriminalisasi Dalam Tindak Pidana Zina
» Permasalahan Ketentuan Mengenai Pengaduan dalam Tindak Pidana Zina
» Pengantar Bagaimana Negara lain mengatur Cohabatitation
» Tindak Pidana Asal dalam UU TPPU
» Jenis Kegiatan dalam Kejahatan Pencucian Uang
» Problem Kodifikasi Pasal TPPU dalam RKUHP
» Penutup Rekomendasi Catatan R KUHP Final
» Ketidakjelasan Penggunan Istilah Perbedaan Pengertian dan Prinsip
» Tidak adanya Penggolongan Catatan R KUHP Final
» Penyadapan dan Perlindungan Privasi
» Pengaturan Peyadapan dalam RKUHP
» Catatan Terkait Pengaturan Penyadapan dalam RKUHP
» Pengaturan Alat Kontrasepsi dalam RKUHP Catatan Terkait Pengaturan Alat Kontrasepsi dalam RKUHP
» Penghinaan sebagai alat pembatasan kebebasan berekspresi
» Asumsi bahwa Pidana Penjara untuk Penghinaan Tidak Sesuai dengan Perkembangan Sosial dan
» Penurunan Pola Pemidanaan Penjara Kasus Penghinaan
» Meningkatnya Penggunaan Pidana Percobaan
» Penggunaan Pidana Denda Catatan R KUHP Final
» Pidana Penjara Menimbulkan Dampak yang Luas
» Doktrin Membela Diri dan Alasan Pembenar Absen
Show more