Pengantar Perlindungan Anak di KUHP

142 Bagian ke 10 Perlindungan Anak

10.1. Pengantar

Konvensi Hak Anak Child Right Convention yang telah diratifikasi melalui Keputusan Presiden No No 36 Tahun 1990, didalamnya telah mengatur prinsip-prinsip penting dalam memberikan perlindungan bagi anak. Hal demikian juga telah disampaikan dalam Undang - Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Berdasarkan regulasi-regulasi tersebut, maka melindungi anak dari segala bentuk tindak kejahatan objek kejahatan merupakan sebuah keharusan karena posisi anak yang rentan akan eksploitasi. Namun hal tersebut tidaklah lengkap jika di sisi lai a, ak i pe ggu aa i st u e pida a agi a ak a g diposisikan menyimpang da i huku just u dia aika . Ja ga sa pai i st u e pida a e ghila gka hak-hak asasi anak. Berbagai kejahatan telah menjadikan banyak anak sebagai korban, misalkan kejahatan perkosaan, pencabulan dan kekerasan fisik yang mengakibatkan cedera hingga terenggutnya nyawa anak. Komisi Perlindungan Anak Indonesia mencatat kalau kekerasan terhadap anak dari tahun ke tahun semakin meningkat, pada tahun 2011 tercatat sekitar 261 kasus, tahun 2012 ada 426 kasus, 2013 1615 kasus dan pada Januari hingga April 2014, tercatat ada 622 kasus. 187

10.2. Perlindungan Anak di KUHP

Dari beberapa bentuk kejahatan yang ditujukan terhadap anak, saat ini yang diatur dalam KUHP adalah: persetubuhan di luar perkawinan Pasal 287, persetubuhan yang disertai kekerasanPasal 288; pencabulan yang berlawanan jenis kelamin Pasal 290, pencabulan yang berjenis kelamin sama Pasal 292; perdagangan anak laki - laki Pasal 297; membuat mabuk anak yang berumur 16 tahun Pasal 300 Ayat 1; menyuruh untuk mengemis anak yang dibawah 12 tahun Pasal 301; meninggalkan anak Pasal 305; menyembunyikan orang yang belum dewasa Pasal 331; melarikan wanita yang belum dewasa Pasal 332 Ayat 1 Angka 1; merampas nyawa anak yang baru dilahirkan Pasal 341; menganiaya anak Pasal 356. “eda gka u tuk kete tua pida a agi a ak a g telah diposisika e i pa g da i huku ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut: 188 1 Anak tidak dapat dipidana, maksudnya anak dikembalikan kepada orangtua atau wali asuhnya dengan ketentuan anak tersebut saat dituntut masih berusia 16 tahun serta belum mencapai usia 21 tahun tetapi belum pernah menikah 189 ; 187 2014, Ada 622 Kasus Kekerasan Terhadap Anak, Okezone, http:news.okezone.comread201406163379997262014-ada-622-kasus-kekerasan-anak 188 Disarikan berdasarkan Pasal 45, Pasal 46 dan Pasal 47 KUHP 189 Kete tua usia te se ut dia ggap elu de asa se agai a a a g diatu dala L.N. No agi golo ga pribumi Indonesia dan Pasal 330 BW R. Sugandhi. KUHP dan Penjelasannya. Usaha Nasional. Surabaya. 1980. Hal 52. 143 2 Anak tersebut dapat diserahkan kepada rumah pendidikan anak, ketentuan ini berlaku kepada anak sampai berusia 18 tahun; 3 Anak dapat dikenakan pidana dengan dikurangi 13 sepertiga 190 dari pidana orang dewasa tetapi anak tidak mendapatkan sanksi hukuman mati maupun penjara seumur hidup, ketentuan seumur hidup diganti dengan pidana pembinaan paling lama 15 lima belas tahun. Bila dikaji lebih serius ternyata KUHP masih belum mengatur secara keseluruhan bentuk – bentuk kejahatan yang menjadikannya anak sebagai korbannya. Kelemahan perlindungan yang diatur oleh KUHP adalah sebagai berikut: Penentuan batasan kategori usia anak inkonsisten, bahkan masih memandang status perkawinan sebagai standar kedewasaan. Unsur – unsur perbuatan pidana yang telah menjadikan anak korban dipersamakan ketentuannya yang diberlakukan kepada orang dewasa. Misalkan kejahatan perkosaan, perdagangan perempuan, penganiayaan dan sebagainya. Masih sempitnya lingkup kejahatan yang diatur dalam KUHP, misalkan: a. Pornografi yang tidak mengatur kejahatan yang menjadikan anak sebagai objeknya; b. Penganiayaan yang dilakukan oleh orang dewasa yang tidak hanya terbatas hanya orang tua saja; Batasan perdagangan orang yang hanya bertujuan untuk prostitusi saja Perkosaan yang hanya mengatur tentang persetubuhan dalam hal penetrasi saja dengan tidak mengakomodir persetubuhan dengan cara lain. Ataupun cara yang digunakan dalam hal perbuatan perkosaan tidak hanya berupa ancaman kekerasan maupun kekerasan saja tetapi bisa menggunakan bujuk rayu atau iming – iming. Penelantaran yang diatur hanya yang dilakukan oleh ibu. Penelantaran ini tidak termasuk jika anak telah dititipkan pada keluarga yang dapat mengasuhnya HR 16 Desember 1947. Anak dianggap sebagai miniatur orang dewasa dalam hal penentuan dan penetapan pemidanaannya. Disamping itu meskipun kekerasan seksual dan kekerasan fisik telah diakomodir dalam UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan UU No 35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak UU PA, pen dan UU No 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, tetapi kelemahannya adalah kedua UU tersebut masih mempersamakan elemen – elemen kejahatannya dengan orang dewasa. Bahkan dalam UU PA tidak diuraikan apa yang dimaksud dengan kekerasan fisik dan kekerasan seksual serta bentuk – bentuk eksploitasi seksual dan eksploitasi ekonominya. Sedangkan dalam UU PKdRT kekhususan terhadap anak tidak ada karena dibatasi dengan lingkup perlindungannya yang hanya berfungsi bagi orang – orang yang tinggal menetap di dalam rumah tangga.

10.3. Beberapa Masalah Perlindungan Anak Di Dalam R KUHP