160
Beberapa catatan tersebut meliputi: a perumusan elemen perkosaan yang belum memadai terutama mengenai pengertian persetubuhan, b ketiadaan konsep perkosaan dalam
perkawinan marital rape, c konsep perkosaan bagi anak yang masih minim statutory rape terbatas, mencakup pula pembatasan umur anak yang tidak konsisten. d Penjelaskan definisi
ta pa kehe dak atau ta pa pe setujua a g asih elu jelas; se ta e Pe e pata Perkosaan dalam Bab Kesusilaan. Untuk lebih jelas akan di paparkan di bawah ini.
12.2. Konsep Persetubuhan
Konsep persetubuhan dalam R KUHP masih tidak jauh berbeda dengan KUHP saat ini. Penjelasan RUU juga tidak memberikan pengertian yang perlu dicermati ialah karena penjelasan dalam RUU
tidak ditemukan maka pengertian persetubuhan elemen akan mengikuti pendapat yang secara umum telah diterima lihat pembahasan pada BAB III
Menurut Hoge Raad dalam pertimbangan hukum suatu Arestnya 5-2-1912 menyatakan suatu persingungan di luar alat-alat kelamin pria dan wanita itu bukan merupakan persatuan antara
alat-alat kelamin tersebut , yang diperlukan dalam suatu perkosaan Hal ini yang ditafsirkan lebih luas oleh Soesilo dengan menyatakan bahwa persetubuhan adalah
perpaduan alat kelamin laki-laki dengan alat kelamin perempuan yang biasanya dilakukan untuk memperoleh anak, dimana alat kelamin laki-laki masuk ke dalam alat kelamin perempuan yang
kemudian mengeluarkan air mani.
214
Oleh sebab itu maka dalam konteks ini persetubuhan tersebut terjadi dengan: adanya penetrasi penis kedalam vagina dan ejakulasi penis dalam
vagina. Ini pengertian luas yang sebaiknya tidak dijadikan panduan bagi hakim. Sedangkan konsep persetubuhan yang di kemukakan oleh dading menyatakan sebagai suatu
hubungan kelamin antara seorang pria dan seorang perempuan, hubungan itu pada umumnya dapat menimbulkan akibat kehamilan bagi perempuan itu. Tentang persetubuhan tersebut
dading selanjutnya mengatakan bahwa kemaluan dari seorang perempuan, karena hubungan yang tidak wajar paksaan antar kedua bagian dari alat kelamin itu menimbulkan akibat luka
pada perempuan remaja. Sedangkan penumpahan mani tidak perlu terjadi, karena meskipun hal itu dibutuhkan untuk kehamilan, namun bagi perempuan remaja, kejahatan perkosaan yang
dilakukan oleh pelaku tidaklah perlu ditujukan ke arah itu. Untuk persetubuhan pada umumnya tidak perlu terjadi suatu pertumpahan mani, berhubung ketentuan dalam Pasal perkosaan tidak
ditujukan kepada kehamilan, karena kekuasaan kehamilan tidak terletak dalam kekuasaan manusia sepenuhnya.
Terhadap konsep ini perlu dikemukakan pula bahwa konsep persetubuhan dalam R KUHP sebaiknya juga mengalami perkembangan misalnya : penggunaan penetrasi sedalam apapun
yang telah diterima oleh praktek hukum pidana internasional.
215
Walaupun dalam Pasal 489 ayat 2 telah dikembangkan perluasan perbuatan perkosaan yakni: Dianggap juga melakukan tindak pidana perkosaan, jika dalam keadaan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 a.laki-laki memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus atau mulut perempuan;
214
Lihat Soesilo hal 209
215
Lihat pembahasan Bab II
161
atau b.laki-laki memasukkan suatu benda yang bukan merupakan bagian tubuhnya ke dalam vagina atau anus perempuan. Namun ada kelemahan terhadap ketentuan ini sehingga perlu
pula ditambahkan elemen 1 masuknya bagian dari tubuh pelaku dalam vagina atau anus perempuan misalnya, memasukkan jari-jari tangan, tangan, jari kaki, kaki, ke dalam vagina atau
anus, korban. Dan 2 laki-laki memasukkan lidah nya ke alat kelamin perempuan. Perluasan perbuatan perkosaan dalam R KUHP terkait dengan kejahatan perkosaan dalam Pasal
491 ayat 1 huruf a
Perbuatan perkosaan Penjelasan
Persetubuhan laki-laki memasukkan alat kelaminnya ke dalam vagina
perempuan bukan istrinya Sodomi
laki-laki memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus perempuan bukan istrinya
Oral sex paksa dengan Felatio
laki-laki memasukkan alat kelaminnya ke dalam mulut perempuan bukan istrinya
memasukkan alat ke vagina
laki-laki memasukkan suatu benda yang bukan merupakan bagian tubuhnya ke dalam vagina bukan
istrinya
memasukkan alat ke anus
laki-laki memasukkan suatu benda yang bukan merupakan bagian tubuhnya ke dalam anus perempuan
bukan istrinya
Elemen yang belum dimasukkan dalam hal perkosaan memasukkan
bagian tubuh ke vagina
memasukkan jari-jari tangan, tangan, jari kaki, kaki, ke dalam vagina korban
memasukkan bagian
tubuh ke anus memasukkan jari-jari tangan, tangan, jari kaki, kaki, ke
dalam anus korban cuningulis
laki-laki memasukkan lidahnya ke alat kelamin perempuan
12.3. Ele e Bertentangan Dengan Kehendak atau Ta pa Persetujua dari Korban.