Alasan dihapuskan Pidana Kurungan

53 dalam KUHP. 360, dan 481 KUHP. Maksimum lamanya pemidanaan. 20 tahun jika dalam waktu tertentu. Paling lama 1 tahun, dan jika ada pemberatan, maka paling lama 1 tahun 4 bulan. Lokasi Pemidanaan. Lembaga Pemasyarakatan Dimana saja. Lembaga Pemasyarakatan dalam daerah dimana terpidana berdiam ketika putusan hakim dijalankan. Perbedaan lainnya. Tidak memiliki hak pistole. Wajib menjalankan segala pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Memiliki hak pistole. Pekerjaan yang diwajibkan kepadanya relatif lebih ringan dibandingkan dengan terpidana penjara. Tabel 1: Perbedaan Pidana Kurungan dengan Pidana Penjara Selain dapat dijatuhkan sebagai pidana pokok, pidana kurungan dapat juga difungsikan sebagai pidana pengganti atas pidana denda. 81 Tujuan dari adanya penggantian bentuk pemidanaan disebabkan adanya kemungkinan bagi terpidana untuk tidak mampu melunasi kewjibannya membayar denda, sehingga alternatif yang dibuka adalah dengan mengganti pemidanaan dengan hukuman terhadap badan. Dalam prakteknya, penerapan pidana kurungan sebagai pidana pengganti dari pidana denda adalah bersifat alternatif yang berarti terpidana diberikan hak untuk memilih apakah membayar pidana denda secara sukarela atau memilih pidana kurungan Pasal 30 ayat 2 KUHP. Berbeda sebagai penjatuhan pidana pokok, pidana kurungan sebagai pengganti pidana denda memiliki batas maksimum yang relatif cukup rendah yakni selamanya adalah enam bulan Pasal 30 ayat 3 KUHP, dan jika ada pengulangan maka maksimum dapat di tambah menjadi delapan bulan Pasal 30 ayat 5. Dalam rancangan terbaru dari revisi KUHP 82 , ketentuan mengenai pidana kurungan dihapuskan sama sekali. Baik sebagai pidana pokok maupun sebagai pidana pengganti dari pidana denda. Tulisan ini akan menelaah dampak dari dihapuskannya pidana kurungan dari kodifikasi hukum pidana, baik dari sisi penerapannya sebagai pidana pokok, penerapannya sebagai pengganti pidana denda, hingga aspek lain yang memiliki dampak langsung atas dihapuskannya bentuk pemidanaan ini.

5.2. Alasan dihapuskan Pidana Kurungan

Dihapuskannya pidana kurungan dari KUHP diakibatkan oleh tidak efektifnya penerapan pidana kurungan dari segi pelaksanaannya. Seringkali terpidana yang dijatuhkan pidana kurungan ditempatkan di dalam sel dan perlakuan yang sama dengan terpidana yang dijatuhi hukuman penjara. Hal ini disebabkan tidak memadainya fasilitas yang dimiliki oleh Lembaga Pemasyarakatan. Minimnya fasilitas ini membuat negara terpaksa memasukkan terpidana kurungan kedalam sel yang sama dengan terpidana yang dijatuhi pidana penjara. 81 Jika pida a de da tidak di a a , ia diga ti de ga pida a ku u ga Pasal a at KUHP te j. Moeljat o. 82 Revisi Kitab Undang-Undang yang digunakan Penulis adalah Revisi terbitan Kementrian Hukum dan HAM per Tahun 2015. 54 Selain itu, penyebab dihapusnya pidana kurungan juga disebabkan oleh misi yang ingin dibawa oleh RKUHP itu sendiri. Satu dari beberapa pembaharuan yang ingin dibawa oleh RKUHP adalah dengan menghapuskan BUKU ke-3 dari KUHP tentang pelanggaran dan memasukkan pidana yang masih relevan kedalam BUKU ke-2. Dengan kata lain, dalam RKUHP nantinya tidak ada lagi klasifikasi pelanggaran atau kejahatan, istilah yang digunakan nantinya adalah satu, yaitu Tindak Pidana saja. Kendati mengidentikkan pelanggaran dengan sanksi kurungan tidaklah relevan, 83 harus diakui pemahaman akademisi dan praktisi hukum di Indonesia masih erat dalam mengaitkan tindak pidana pelanggaran dengan pidana kurungan. Implikasinya, jika wacana pengahapusan pelanggaran dilakukan maka secara tidak langsung akan menghapuskan juga pidana kurungan. Alasa e ikut a dihapuska a Pida a Ku u ga da i ‘KUHP adalah aki at dituduh a Pidana Kurungan menjadi penyebab tidak efektifnya pidana denda. Seringkali terpidana lebih e ilih pida a ku u ga da ipada e a a pida a de da e uat pe e i tah ge a terhadap pidana kurungan. Karena pidana denda yang seharusnya masuk kedalam kas negara malah beralih menjadi cost yang harus dikeluarkan negara untuk membiayai terpidana didalam sel. Padahal jika dikaji lebih dalam, penyebab tidak efektifnya pidana denda adalah tidak seimbangnya antara jumlah pidana denda dengan pidana kurungan sebagai pidana pengganti. Sebagai contoh penulis mengambil tindak pidana yang diatur dalam Pasal 111 UU 35 tahun 2009 tentang narkotika. Dalam ketentuan tersebut diatur bahwa pidana denda yang dijatuhkan adalah minimum800 juta dan maksimum8 milyar. Begitu besarnya pidana denda yang dijatuhkan membuat akal sehat siapapun justru lebih memilih pidana kurungan yang hanya 6-8 bulan dibanding membayar pidana denda sekurang-kurangya 800 juta. Belum lagi jika terpidana sudah menjalani beberapa tahun pidana penjara, pidana kurungan 6 – 8 bulan tentu tidak akan berdampak apapun. Alih-alih mengefektifkan pidana kurungan, RKUHP malah mencoba menghidupkan kembali pidana tutupan yang sudah lama ditinggalkan dalam penerapan sanksi pidana di Indonesia.Pidana tutupan sejatinya tidak terdapat dalam KUHP yang disusun oleh pemerintah kolonial belanda Wetboek van Strafrecht, namun berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 1946 tentang Hukuman Tutupan dimasukkan kedalam pidana pokok yang terdapat dalam Pasal 10 KUHP. Pidana tutupan bertujuan sebagai bentuk pemidanaan terhadap kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara, karena terdorong oleh maksud yang patut dihormati Pasal 2 UU 20 Tahun 1946. Jika kita mengambil contoh penerapan pidana tutupan lebih diterapkan kepada tahanan politik atau lain sebagainya. Akan tetapi dengan kondisi Indonesia dan dunia yang sudah dapat dikatakan stabil apakah pemidaan yang demikian masih dapat berlaku efektif?

5.3. Perubahan Asas Pidana Denda dalam RKUHP