165
marital rape. Kalau pun ada konsep marital rape itu pun sangatlah terbatas yang ada dalam Pasal 491 1 huruf f dimana korbannya adalah perempuan yang pingsan atau tidak berdaya.
lihat tabel Aturan
Korban Keterangan
491 1 huruf a Perempuan di luar kawin
491 1 huruf b Perempuan di luar kawin
491 1 huruf c Perempuan
Dengan persetujuan melalui ancaman 491 1 huruf d
Perempuan Percaya bahwa pelaku adalah suaminya
491 1 huruf e Perempuan
Berusia di bawah 14 tahun dengan persetujuan 491 1 huruf f
Perempuan Pingsan atau tidak berdaya
Minimnya konsep marital rape yang ada dalam R KUHP tentunya akan menimbulkan problem karena kejahatan perkosaan terhadap istri saat ini kerap terjadi dan telah menimbulkan banyak
korban. Lagi pula R KUHP pun telah berupaya memasukkan kejahatan domestik kekerasan dalam rumah tangga, KDRT dalam BAB II, yang salah satu Pasalnya adalah mengenai kekerasan
seksual dalam rumah tangga.
220
Sebaiknya R KUHP memasukkan marital rape sebagai salah satu bentuk perkosaan, dengan mengakomodir substansi pemaksaan hubungan seksual dalam UU
PKDRT tanpa mengurangi esensinya. Sehingga lebih memiliki konsistensi yang sama dengan aturan lainnya dalam BAB II R KUHP.
12.8. Konsep Perkosaan bagi Anak yang Masih Minim
Problem yang penting dalam Pasal-Pasal perkosaan di R KUHP adalah masalah perkosaan terhadap anak. Untuk masalah ini ada dua hal yang patut di kemukakan. Pertama dalam R KUHP
yakni dalam Pasal 491 1 huruf e dinyatakan bahwa: laki-laki yang melakukan persetubuhan dengan perempuan yang berusia di bawah 18 empat belas tahun, dengan persetujuannya;
sehingga dalam perkosaan huruf e objek perempuannya yang berusia di bawah 18 tahun dan adanya unsur persetujuan dari perempuan tersebut.
R KUHP menjelaskan bahwa ketentuan dalam huruf e ini mengatur mengenai tindak pidana yang dike al se agai statuto ape aitu ah a eskipu pihak pe e pua e
e ika persetujuan, namun karena perempuan tersebut belum mencapai 18 delapan belas tahun,
maka persetubuhan ini dikategorikan sebagai perkosaan menurut peraturan perundang- undangan.
221
Namun R KUHP ternyata telah menyamaratakan persetubuhan bagi anak perempuan baik dengan persetujuan korbannya atau tanpa persetujuannya perkosaan. Padahal dua
perbuatan tersebut baik unsur maupun implikasi perbuatannya sangat berbeda. Dengan persetujuan atau tanpa persetujuan seharusnya memiliki konsekswensi hukum yang berbeda
pula. Namun ketiadaan rumusan perkosaan bagi anak perempuan dan laki-laki tanpa persetujuannya akan memberikan implikasi minimnya perlindungan perkosaan bagi anak-anak.
220
Pada Pasal 8 UU PKDRT dinyatakan bahwa yang termasuk dalam Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c meliputi: a pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam
lingkup rumah tangga tersebut; b pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial danatau tujuan tertentu.
221
Lihat penjelasan dalam R KUHP tahun 1999-2000 untuk Pasal 423.
166
Me asukka Statutory rape ke dala ti dak pida a pe kosaa te tu a aka le ih melindungi anak-anak perempuan dari tindak kejahatan dan eksploitasi seksual. Lagi pula
persetujuan yang diberikan anak perempuan lebih disebabkan ketidaktahuan, kepolosan atau karena bujuk rayu dan sebagainya. Seorang anak perempuan dianggap tidak dapat memberi
persetujuan secara hukum untuk melakukan persetubuhan. Dengan kata lain seorang anak perempuan a female juvenile dapat secara pribadi setuju untuk berhubungan seksual namun
huku tidak e gakui ke a pua u tuk
e etujui oleh ka e a itu seo a g p ia a g e setu uh de ga
a dia ggap ta pa pe setujua si a ak pe e pua .
222
Hal yang harus diklarifikasi adalah hampir samanya rumusan Pasal ini dengan Pasal 486 RKUHP yakni setiap orang yang melakukan persetubuhan dengan anak-anak, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 12 dua belas tahun dan pidana denda paling sedikit Kategori IV dan paling banyak Kategori VI. Perbedaanya adalah anak-anak dalam
Pasal ini bisa anak laki-laki atau perempuan sedangkan dalam Pasal 489 hanya diperuntukkan persetubuhan terhadap anak perempuan.
Namun problemnya dalam R KUHP terutama dalam Pasal ini adalah bahwa perkosaan bagi anak- anak hanyalah diperuntukkan bagi anak perempuan sedangkan perkosaan bagi anak laki-laki
tidak dicantumkan karena akan diatur dalam Pasal-Pasal pencabulan. Hal kedua, ialah R KUHP menyamakan posisi pelaku perkosaan terhadap anak sama dengan posisi perkosaan orang
dewasa
223
, dengan tidak adanya pemberian pemberatan pidananya.
222
Lihat Edward Eldofonso dan Alan R Coffey, Criminal Law History-Philosophy-Enforcement, Harper Row Publihers, New York, 1981.
223
Perlu diperhatikan bahwa jika persetubuhan terhadap perempuan yang belum berusia 14 tahun tanpa peersetujuan maka yang digunakan adalah Pasal 489 1 huruf a,b,c,d dan f.
167
Pasal 491 1
Dipidana karena melakukan tindak pidana
perkosaan, dengan
pidana penjara paling singkat 3 tiga
tahun dan paling lama 12 dua belas tahun:
a. laki-laki yang
melakukan persetubuhan dengan perem-
puan di luar perkawinan, bertentangan
dengan kehendak
perempuan tersebut;
perlu penjelasan yang memadai mengenai
pengertian dari
persetubuhan. sebaiknya
persetubuhan di
ak ai se agai pe et asi
sedala apapu , hal u tuk mencegah doktrin doktrin yang
menyempitkan makna
perkosaan persetubuhan pengertian
bertentangan dengan kehendak harus di
tafsirkan secara luas yakni pengertiannya harus mencakup
perbuatan apapun
yang bertentangan dengan kehendak
korban, termasuk perbuatan yang tidak di inginkan no
consent dari korban. tambahan
penjelasan Pasal 491 huruf a
pe setu uha di ak ai se agai
pe et asi sedala apapu , hal
untuk mencegah doktrin doktrin
yang menyempitkan
makna perkosaan persetubuhan.
tambahan penjelasan pe ge tia
bertentangan dengan
kehendak harus
di tafsirkan secara luas yakni
pengertiannya harus
mencakup perbuatan
apapun yang
bertentangan dengan
kehendak korban,
termasuk perbuatan yang tidak di inginkan no
consent dari korban
b. laki-laki yang
melakukan persetubuhan dengan perem-
puan di luar perkawinan, tanpa
persetujuan perempuan tersebut;
ketentuan terkait situasi situasi khusus belum begitu memadai
dalam Pasal ini. Rancangan perlu
memasukkan situasi
khusus seperti kerentanan atau tidak dapat melawan secara
fisik atau mental psikis atau di pancing melakukan perbuatan
dengan cara mengejutkan atau mirepresentasi penyelewengan
fakta atau mengambil keuntungan dari situasi korban
yang tidak berdaya perlu
menembahkan penjelasan a dan b:
kete tua i i juga ha us mencakup situasi khusus
seperti kerentanan atau tidak
dapat melawan
secara fisik atau mental psikis atau di pancing
melakukan perbuatan
dengan cara mengejutkan atau
mirepresentasi penyelewengan
fakta atau
mengambil keuntungan dari situasi
korban yang
tidak
168
e da a c. laki-laki yang melakukan
persetubuhan dengan perem- puan, dengan persetujuan
perempuan tersebut, tetapi persetujuan tersebut dicapai
melalui
ancaman untuk
dibunuh atau dilukai; idem
d. laki-laki yang
melakukan persetubuhan dengan perem-
puan, dengan persetujuan perempuan tersebut karena
perempuan tersebut percaya bahwa
laki-laki tersebut
adalah suaminya yang sah; idem
e. laki-laki yang
melakukan persetubuhan
dengan perempuan yang berusia di
bawah 18 delapan belas tahun,
dengan persetujuannya; atau
idem
f. laki-laki yang
melakukan persetubuhan
dengan perempuan,
padahal diketahui bahwa perempuan
tersebut dalam
keadaan pingsan atau tidak berdaya.
idem
2 Dianggap juga melakukan tindak pidana perkosaan,
jika dalam
keadaan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 :
a. laki-laki memasukkan
alat kelaminnya ke dalam anus
atau mulut perempuan; atau b.
laki-laki memasukkan suatu benda yang bukan merupakan
bagian tubuhnya ke dalam vagina atau anus perempuan.
ketentuan ini masih lemah dan elu
e akup ele e memasukkan bagian tubuhnya
ke dalam vagina atau anus perempuan
perlu penambahan yakni laki-laki
memasukkan bagian
tubuhnya ke
dalam vagina atau anus perempuan.
169
Jika salah satu tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 491 mengakibatkan luka berat
atau mengakibatkan
matinya orang maka pembuat tindak pidana dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15
lima belas tahun.
Penjelasan : Pasal 491
Dalam ketentuan ini, perkosaan tidak
hanya persetubuhan
dengan perempuan
di luar
perkawinan yang bertentangan dengan kehendak perempuan
tersebut, melainkan diperluas, termasuk laki laki memasukkan
alat kelaminnya ke dalam anus atau mulut perempuan.
170
Bagian Ke 13 Kejahatan Terhadap Agama dan Kehidupan Beragama
14.4. Pengantar