HUTANG USAHA - PIHAK KETIGA

PT SMR UTAMA Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2014 Dan 2013 Disajikan dalam Dolar Amerika Serikat, kecuali dinyatakan lain PT SMR UTAMA Tbk AND ITS SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS For The Years Ended December 31, 2014 And 2013 Expressed in United States Dollar, unless otherwise stated 57

20. PERPAJAKAN lanjutan

20. TAXATION continued

d. Pajak Penghasilan Badan lanjutan d. Corporate Income Tax continued 2014 2013 Pajak final – Perusahaan 723 738 Final tax - the Company Manfaat beban pajak penghasilan - Income tax benefit expense - Entitas Anak 701.385 8.837 Subsidiaries Manfaat Beban Pajak Consolidated Income Penghasilan Konsolidasian 700.662 9.575 Tax Benefit Expense Pada bulan September 2008, Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang “Pajak Penghasilan” diubah untuk keempat kalinya dengan penerbitan Undang-undang No. 36 Tahun 2008. Perubahan tersebut juga mencakup perubahan tarif pajak penghasilan badan dari sebelumnya menggunakan tarif pajak bertingkat menjadi tarif tunggal, untuk tahun 2010 dan seterusnya yaitu 25. Berdasarkan Undang-undang No. 36 Tahun 2008, wajib pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto tahunan tidak melebihi Rp 50 milyar penjualan maksimum atau kurang berhak mendapat pengurangan tarif sebesar 50 dari tarif pajak standar yang dikenakan terhadap bagian penghasilan kena pajak sampai dengan penghasilan kena pajak maksimal sebesar Rp 4,8 milyar. On September 2008, Law No. 7 Year 1983 regarding “Income Tax” was revised for the fourth time with the issuance of Law No. 36 Year 2008. The revised Law stipulates changes in corporate tax rates from progressive tax rates to a single rate which, for fiscal year 2010 and onwards, is 25. Under Law No. 36 Year 2008, a domestic corporate taxpayer with an annual turnover of not more than Rp 50 billion maximum turnover is entitled to a 50 tax reduction on a portion of its taxable income up to a maximum taxable income of Rp 4.8 billion. Jika penghasilan kena pajak melebihi Rp 4,8 milyar namun peredaran bruto tahunan tidak melebihi Rp 50 milyar, maka bagian dari penghasilan kena pajak wajib pajak yang dikenakan pengurangan tarif pajak dihitung dengan mengkalikan antara penghasilan kena pajak dengan hasil pembagian antara penghasilan kena pajak maksimal sebesar Rp 4,8 milyar dengan jumlah peredaran bruto tahunan. If the taxable income exceeds Rp 4.8 billion but the annual turnover is not more than Rp 50 billion, the portion of the taxpayer’s taxable income that is subject to the reduced tax rate is computed by multiplying the taxable income by the percentage of the maximum taxable income of Rp 4.8 billion to the actual annual turnover sales. Pada bulan Juni 2013, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan No. 462013 tentang “Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu”, yang berlaku secara efektif pada tanggal 1 Juli 2013. Peraturan No. 46 menetapkan bahwa pajak final sebesar 1 dikenakan atas pendapatan kotor yang diperoleh atau diterima oleh wajib pajak yang tidak melebihi Rp 4,8 miliar. In June 2013, the Indonesian Government released Regulation No. 462013 Income Tax on Gross Revenue Earned or Received by Individual and Corporate Taxpayers“ which is effective July 1, 2013. The Regulation No. 46 stipulated that a 1 final tax is to be imposed on gross revenue earned or received by taxpayer that does not exceed Rp 4.8 billion. Penghasilan Perusahaan dikenakan pajak final sebesar 1 dikarenakan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan baru tersebut. The Company’s gross revenue is subject to 1 final tax since the Company qualified with the requirements of this new regulation. Peredaran bruto tersebut dikenakan tarif pajak sebesar 1 yang diakui sebagai penghasilan yang bersifat final. The gross turnover subject to a tax rate of 1, which is recognized as the final income.