PT SMR UTAMA Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal
31 Desember 2014 Dan 2013 Disajikan dalam Dolar Amerika Serikat, kecuali dinyatakan
lain
PT SMR UTAMA Tbk AND ITS SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL
STATEMENTS For The Years Ended December 31, 2014 And 2013
Expressed in United States Dollar, unless otherwise stated
80
36. INFORMASI SEGMEN lanjutan
36. SEGMENT INFORMATION continued
Pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013, Kelompok Usaha mengklasifikasikan pendapatan, beban, hasil
usaha, aset dan liabilitasnya ke dalam satu segmen, yaitu segmen jasa penambangan pada 31 Desember
2014 dan penjualan mangan pada 31 Desember 2013; sehingga tidak disajikan catatan tersendiri mengenai
informasi segmen. As of December 31, 2014 and 2013, the Group
classifies its revenue, expenses, results, assets and liabilities under 1 one segment, namely mining
service as of December 31, 2014 and sales of manganese as of December 31, 2013; therefore, no
separate disclosure regarding segment information is presented.
37. PERJANJIAN DAN IKATAN PENTING
37. SIGNIFICANT AGREEMENTS AND
COMMITMENTS
Entitas Anak Subsidiaries
DS DS
a. Undang-undang Pertambangan No. 42009 a.
Mining Law No. 42009
Pada tanggal 16 Desember 2008, Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui Undang-Undang
Pertambangan Mineral dan Batubara yang baru “Undang-Undang Pertambangan”, yang telah
disahkan oleh Presiden pada tanggal 12 Januari 2009 dan menjadi UU No. 42009. Sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Pertambanga tersebut, seluruh entitas anak yang bergerak di
bidang penambangan batubara telah memperoleh Izin Usaha Pertambangan “IUP”.
On 16 December 2008, the House of Representatives passed a new Law on
Minerals and Coal Mining, which received the assent of the President on 12 January 2009,
becoming Law No. 42009 the “Mining Law”. In accordance with the Mining Law, all
subsidiaries engaged in coal mining have obtained a Mining Business Permit “IUP”.
Pada tanggal 1 Februari 2010, Presiden Republik Indonesia menandatangani dua peraturan
pelaksanaan untuk Undang-Undan Pertambangan tersebut, yaitu PP No. 222010
dan No. 232010. On 1 February 2010, the President of the
Republic of Indonesia signed two implementing regulations for the Mining Law,
i.e. GR No. 222010 and GR No. 232010.
PP No. 222010 mengatur tentang pembentukan area pertambangan di Indonesia. PP No. 232010
menjelaskan lebih detil beragam tipe perizinan pertambangan yang ada sesuai dengan yang
diatur dalam Undang-Undang Pertambangan ini, dan menjelaskan syarat dan kondisi dasar yang
harus dipenuhi oleh pihak yang mengajukan maupun pihak berwenang yang mengeluarkan
izin pertambangan. GR No. 222010 deals with the establishment
of mining areas in Indonesia. GR No. 232010 offers further details of different types of mining
licenses which may be made available under this Mining Law, and sets out the basic terms
and conditions which need to be satisfied by license applicants and issuing authorities.
Pada tanggal 21 Februari 2012 dan 11 Januari 2014, Pemerintah Indonesia
mengubah PP No. 232010 dengan menerbitkan PP No. 242012 dan PP No.12014, yang
mengatur mengenai pengalihan IUP, divestasi dan wilayah pertambangan.
On 21 February 2012 and 11 January 2014, the Government of Indonesia amended GR
No. 232010 by issuing GR No 242012 and GR No.12014, respectively which regulate the
transfer to IUPs, divestment and mining areas.
PT SMR UTAMA Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal
31 Desember 2014 Dan 2013 Disajikan dalam Dolar Amerika Serikat, kecuali dinyatakan
lain
PT SMR UTAMA Tbk AND ITS SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL
STATEMENTS For The Years Ended December 31, 2014 And 2013
Expressed in United States Dollar, unless otherwise stated
81
37. PERJANJIAN DAN IKATAN PENTING lanjutan
37. SIGNIFICANT AGREEMENTS AND
COMMITMENTS continued
Entitas Anak lanjutan Subsidiaries continued
DS lanjutan DS continued
a. Undang-undang Pertambangan No. 42009 lanjutan
a. Mining Law No. 42009 continued
Kelompok Usaha memonitor secara seksama perkembangan atas peraturan pelaksana dari
Undang-Undang Pertambangan tersebut dan akan mempertimbangkan dampaknya terhadap
operasi Grup, jika ada, pada saat peraturan peraturan pelaksana ini diterbitkan.
The Group is closely monitoring the progress of the implementing regulations for the Mining Law
and will consider the impact on its operations, if any, as these regulations are issued.
b. Peraturan kehutanan b.
Foresty regulation
Pada tanggal 10 Maret 2006, Menteri Kehutanan mengeluarkan Peraturan Menteri
No. P.14Menhut-II2006 ”Peraturan Kehutanan 2006” mengenai Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan yang menjelaskan mengenai izin untuk menggunakan hutan bukan untuk kegiatan
hutan. On March 10, 2006, the Ministry of Forestry
issued Ministerial Regulation No. P.14Menhut- II2006 the “2006 Forestry Regulation”
regarding Guidelines for BorrowingUse of Forest Areas describing the permit to use
forests for non-forestry activities.
Menurut Peraturan Kehutanan 2006, perusahaan dapat diberikan izin perhutanan untuk
menggunakan area hutan bukan untuk kegiatan perhutanan misalnya untuk kegiatan komersial,
dibatasi dengan sejumlah syarat, untuk periode selama 5 tahun dapat diperpanjang.
Pursuant to the 2006 Forestry Regulation, a company may be given a forestry permit to use
a forest area for non-forestry activities e.g., commercial activities, subject to a number of
preconditions, for a period of 5 years extendable.
Salah satu syarat signifikan berdasarkan Peraturan Kehutanan 2006 adalah untuk
menyediakan lahan bukan hutan seluas dua kali dari luas hutan yang digunakan lahan
kompensasi. Lahan kompensasi kemudian harus dihutankan kembalireboisasi.
One of the most significant preconditions under the 2006 Forestry Regulation is to
provide nonforest land with an area twice that of the forest area to be used “compensation
land”. The compensation land must then be reforested.
Atau sebagai alternatif, apabila dalam 2 tahun, perusahaan pemohon IPPKH tidak dapat
menyediakan lahan kompensasi yang diminta, perusahaan harus membayarkan Pendapatan
Negara Bukan Pajak ”PNBP” secara tahunan kepada Menteri Kehutanan sebesar 1 dari
jumlah nilai produksi. Peraturan Kehutanan 2006 tidak menyebutkan bagaimana menentukan
jumlah nilai produksi. Or, alternatively, if within 2 years the company
as applicant of IPPKH cannot provide the required compensation land, the company
must pay on an annual basis Non-tax State Revenue “PNBP” to the Minister of Forestry
in the amount of 1 of “total production value”. The 2006 Forestry Regulation, however, is
silent on how to determine the “total production value”.
Pada tanggal 10 Juli 2008, Peraturan Kehutanan 2006 telah diperbaharui melalui Peraturan Menteri
Kehutanan No. P.43Menhut-II2008 ”Peraturan Kehutanan 2008” antara lain mengenai
penambahan bentuk kompensasi lahan untuk IPPKH, perubahan besaran PNBP dan jangka
waktu IPPKH yang berubah menjadi 20 tahun dan dapat diperpanjang.
On July 10, 2008, the 2006 Forestry Regulation was amended by Ministerial Regulation
No. P.43Menhut-II2008 “the 2008 Forestry Regulation” in relation to, among others,
additional alternatives for land compensation for IPPKH, the changes in the basis of PNBP
and changes in the IPPKH period to become 20 years, which is extendable.
Pada tanggal 30 Maret 2011, Peraturan Kehutanan 2008 telah diperbaharui melalui
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.18Menhut- II2011 ”Peraturan Kehutanan 2011” antara lain
mengenai perubahan kondisi dan ketentuan IPPKH.
On March 30, 2011, the 2008 Forestry Regulation was amended by Ministerial
Regulation No. P.18Menhut-II2011 “the 2011 Forestry Regulation” in relation to, among
others, changes in the IPPKH terms and conditions.