PKn SMPMTs Jilid 3
110
Kesimpangsiuran norma sopan santun umum, kebebasan seks, komersialisasi seks, pola hidup mewah, individualisme,
liberalisme anarkistik, otonomi pribadi dan bebas nilai banyak melanda msyarakat modern. Masyarakat modern yang bertumpu
pada iptek, sering berpikir dengan pola empirisme. Empirisme dapat mengakibatkan agnostisisme, materialisme, dan ateisme. Mentalitas
empirik lebih senang menganut paham pragmatisme dan utilitarisme. Pemikiran-pemikiran metafisik transedental karena ditolak dianggap
tidak relevan dan membuang-buang waktu.
Globalisasi merupakan suatu proses atau bentuk di mana kelompok-kelompok masyarakat dari seluruh penjuru dunia saling
mengenal, bekerja sama, berinteraksi sebagai masyarakat baru. Globalisasi dapt dilakukan dengan melewatri batas-batas negara
sehingga globalisasi memiliki dampak dalam kehidupan. Dampak itu dapat berupa positif maupun bersifat negatif. Dampak yang positif
dapat berupa dapat mengembangkan pengetahuan dan tekonolgi; makin luasnya wawasan, pertukaran kebudayaan, dan dapat
meningkatkan kesejahteraan serta mudahnya menerima imformasi. Di samping dampak positif ada dampak negatif yang harus
diwaspadai seperti terjadinya pergeseran budaya dan terjadinya dominasi dari yang kuat terhadap yang lemah.
Dalam pandangan Bapak Sutrisno mantan wakil presiden RI tahun 1993–1998 kondisi bangsa yang terpuruk ini disebabkan
komponen bangsa cendurung melupakan landasan dan tumpuan berpijak. Landasan dan pijakan bangsa Indonesia tidak lain adalah
Pancasila. Jadi Pancasila dalam era globalisasi ini harus dijadikan landasan berpijak bagi kehidupan bangsa Indonesia.
1. Dilupakannya Pancasila
Hampir sebagian besar komponen bangsa sudah melupakan Pancasila, padahal Pancasila merupakan jati diri
dan kepribadian bangsa Indonesia, dasar negara dan ideologi negara serta dasar filsafat dan pandangan hidup bangsa.
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa. Dalam pandangan hidup terkadung konsep dasar mengenai wujud
kehidupan yang dianggap baik. Pandangan hidup bangsa
112
PKn SMPMTs Jilid 3
merupakan kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad
bangsa itu untuk mewujudkan. Pancasila bagi bangsa Indone- sia merupakan pandangan hidup, cita-cita moral dan kesadaran
yang meliputi kejiwaan dan watak bangsa yang sudah berakar di dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila suatu
budaya yang mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencapai kebahagiaan jika manusia dapat menyelaraskan kemajuan
lahiriah dan rohaniah.
2. Ditinggalkannya wawasan nusantara
Wawasan nusantara merupakan wawasan nasional bangsa Indonesia yang berati cara pandang bangsa atas diri
dan lingkungnya sebagai sebuah negara kepulauan yang disatukan oleh lautan dalam sebuah kesatuan politik, ekonomi,
sosial budaya, dan hankam.
3. Diabaikannya ketahanan nasional
Hakikat ketahanan nasional berisi kondisi dinamis bangsa serta keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan potensi nasional menjadi kekuatan nasional guna menghadpi segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan
dan tantangan yang membahayakan dan mengancam integritas, identitas, ekonomi bangsa, Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta perjuangan bangsa dalam mencapai cita-cita dan tujuan nasional.
4. Diremehkannya kewaspadaan nasional
Derasnya arus globalisasi tidak hanya membawa serta muatan nilai globalisasi, liberalisme, materialisme, kapitalisme
dan hedonisme, namun juga aksi-aksi subversi yang kini telah berubah pola dan demensinya berkembang menjadi perang
modern multidemensi yang ditujukan kepada negara-negara berkembang yang berpotensi konflik.
5. Dirombaknya secara draktis sistem politik nasional
Perombakan sistem politik atau sistem apapun ke arah yang lebih baik memang diperlukan bahkan keharusan. Tetapi,