38 meningkatkan ekonomi keluarga. Menurut Suparlan, 1993 dalam
Pramuchtia, 2008:11, sekali kebudayaan kemiskinan tersebut tumbuh, ia
cenderung melenggangkan dirinya dari generasi ke generasi melalui pengaruhnya terhadap anak-anak. Ketika anak-anak berada dibawah
Sebelum berumur enam, atau tujuh tahun, mereka biasanya menyerap nilai-nilai dasar dan sikap-sikap dari sub-kebudayaan mereka dan secara
kejiwaan anak sanggup memanfaatkan kondisi-kondisi perubahan dan memberikan kesempatan-kesempatan yang mungkin terjadi dalam hidup
mereka. Hal ini terlihat dari penelitian Handoyo dkk, 2004 dalam Pramuchtia, 2008:11, bahwa anak jalanan yang turun kejalan pada usia
dini 3 sampai 10 tahun adalah mereka yang mengikuti aktivitas orang mencari nafkah.
3. Tingkat Makro basic cause, memberikan penjelaskan seperti peluang
pekerjaan pada sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal dan keahlian besar, urbanisasi, biaya pendidikan yang tinggi, dan belum
adanya kesamaan presepsi intansi pemerintah terhadap anak jalanan. Oleh karenanya, anak dengan keterbatasan kemampuan yang dimilikinya tidak
memerlukan keahlian besar.
2.2.5 Proses Terjadinya Anak Jalanan
Tjuk Kasturi Sukiadi dalam Sri Sanituti Suyanto 1999: 10 diungkapkan, bahwa proses terjadinya anak jalanan dibagi dalam beberapa tahapan:
Tahap I : Pengetahuan Sampai Adanya Ketertarikan Ada kebiasaan semakin berkelompok dari anak-anak di perkampungan.
Mereka ini biasanya bersama kelompoknya jalan-jalan ketempat sebagaimana telah
Universitas Sumatera Utara
39 disepakati bersama. Diperjalanan mereka menjumpai anak-anak jalanan sedang
bekerja. Sampai disini masih sebatas melihat dan sebagai pengetahuan mereka, bahwa ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dan itu bisa dilakukan anak
seusia mereka. Pada tahap ini masih tergantung pada masing-masing anak, seberapa besar perhatian dan ketertarikan pada pekerjaan tersebut. Namun dalam tahap ini
tidak membuat anak langsung turun ke jalan, melainkan bergantung pada stimulus berikutnya ada fasilitas
Tahap II : Ketertarikan Sampai Keinginan Dalam tahap ini merupakan tahap ketertarikan yang telah mendapat
“fasilitas” atau faktor pendorong, seperti kondisi ekonomi atau kondisi keretakan hubungan orang tua. Fasilitas tersebut, akan semakin memperkuat keinginan anak
untuk terjun ke jalan. Tahap III : Pelaksanaan
Si anak mulai melaksanakan niatan dengan mendatangi tempat operasi. Bila disini mereka menemukan teman yang sudah dikenal maka keinginan segera
terealisasi meski agak malu-malu. Tahap IV : Mulai Memasuki Kehidupan Anak Jalanan.
Dalam tahap ini si anak akan diterpa berbagai pengaruh kehidupan jalanan. Namun demikian hal ini juga tergantung pada diri anak itu sendiri dan teman yang
membawanya. Bila dalam perkembangan si anak merasa bahwa mencari nafkah dijalanan semakin sulit, maka ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama bertahan
dengan tetap memegang norma kemasyarakatan atau keluar dari komunitas jalanan. Kemungkinan kedua, bila menerima stimulus baik dari kawan maupun pihak lain
untuk berbuat negatif, maka sianak sudah masuk dalam kategori anak jalanan bebas dari norma agama dan kemasyarakatan cenderung ditinggalkan. Pada tahap inilah
Universitas Sumatera Utara
40 kecenderungan prilaku menyimpang terjadi seperti, judi, seks bebas, atau tindakan
kriminal lainnya.
2.2.6 Resiko Anak Jalanan