Pelayanan Sosial Kesejahteraan Bagi Anak

17 sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan umum yang layak. Adanya jaminan dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut dapat diartikan bahwa anak dianggap belum memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Oleh karena itu menjadi kewajiban bagi orang dewasa, baik orang tua, keluarga, masyarakat maupun bangsa untuk memberikan jaminan, memelihara dan mengamankan kepentingan anak serta melindungi dari gangguan yang datang dari luar maupun dari anak itu sendiri. Kesejahteraan anak menurut ketentuan pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Dari definisi-definisi tentang kesejahteraan anak tersebut dapat ditarik pengertian bahwa kesejahteraan anak merupakan hak asasi bagi masing- masing anak dan pengadaan kesejahteraan anak merupakan kewajiban setiap anggota masyarakat dan Negara.

2.1.5 Pelayanan Sosial Kesejahteraan Bagi Anak

Model kesejahteraan sosial bagi anak secara umum meliputi tiga bagian: mikro, messo, dan makro, pada model pelayanan mikro anak dijadikan sasaran utama pelayanan. Anak-anak yang mengalami luka-luka fisik dan fisikis segera diberikan pertolongan yang bersifat segera, seperti perawatan medis, konseling atau dalam keadaan yang sangat membahayakan, anak dipisahkan dari keluarga dan lingkungan yang mengencam kehidupannya. Universitas Sumatera Utara 18 Sistem pelayanan yang diberikan, baik pada mikro, messo, dan makro, dapat berbentuk pelayanan kelembagaan dimana anak mengalami masalah ditempatkan dalam lembaga panti. Pelayanan konseling, pendidikan atau rehabilitasi sosial diberikan secara menetap dalam kurun waktu tertentu. Jika pelayanan bersifat non kelembagaan, maka beragam jenis pelayanan diberikan di keluarga atau komunitas dimana anak menetap. Belakangan ini sangat popular sistem pelayanan semi panti yang lebih terbuka dan tidak kaku. Para pekerja sosial menentukan program kegiatan, pendampingan, dan berbagai pelayanan dalam rumah singgah, seperti: rumah terbuka untuk berbagai aktivitas, rumah belajar, rumah persinggahan, rumah keluarga pengganti, atau tempat anak mengembangkan sub kultur tertentu. Selain itu, untuk anak jalanan dan pekerja anak terdapat sistem pelayanan yang dikenal dengan nama locational based service. Pekerja sosial mendatangi pabrik atau lokasi dimana anak berada dan memanfaatkan sarana yang ada disekitarnya sebagai media dan sarana pertolongannya. Terdapat tujuh strategi pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak, yaitu: 1. Child Based Service Strategi ini menepatkan anak sebagai basis penerimaan pelayanan. Anak-anak yang mengalami luka-luka fisik dan fisikis perlu segera diberikan pertolongan bersifat, baik perawatan medis, konseling, atau dalam keadaan tertentu anak dipisahkan dari keluarga yang mengencam kehidupannya. 2. Institusional Based Service Anak yang mengalami masalah ditempatkan dalam lembagapanti. Pelayanan yang diberikan meliputi fasilitas tinggal menetap, Universitas Sumatera Utara 19 pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pendidikan dan pelatihan keterampilan, serta program rehabilitasi sosial lainnya. 3. Family Based Services. Keluarga dijadikan sasaran dan medium utama pelayanan. Pelayanan ini diarahkan pada pembentukan dan pembinaan keluarga agar memiliki kemampuan ekonomi, psikologis, dan sosial dalam menumbuh kembangkan anak, sehingga mampu memecahkan masalahnya sendiri dan menolak pengaruh negatif yang merugikan dan membahayakan anak. Keluarga sebagai satu kesatuan diperkuat secara utuh dan harmonis dalam memenuhi kebutuhan anak. 4. Community Based Service. Strategi yang menggunakan masyarakat sebagai pusat penaganan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat agar ikut aktif dalam menagani permasalah anak. Para pekerja sosial datang secara priodik ke masyarakat untuk merancang dan melaksanakan program pengembangan masyarakat, bimbingan dan penyuluhan, terapi sosial, kampanye sosial, aksi sosial, serta peneyediaan sarana rekreatif dan pengisian waktu luang. 5. Location Based Services. Pelayanan yang diberikan dilokasi anak mengalami masalah. Strategi ini biasanya diterapkan pada anak jalanan, anak yang bekerja dijalanan dan pekerja anak. Para pekerja sosial mendatangi pabrik atau tempat-tempat diamana anak berada, dan memanfaatkan sarana yang ada disekitarnya sebagai fasilitas dan media pertolongan. Untuk Universitas Sumatera Utara 20 anak jalanan dan anak yang bekerja di jalanan, strategi ini sering disebut street based service pelayanan berbasiskan jalanan. 6. Half Way House Services. Strategi ini disebut juga strategi semi panti yang lebih terbuka dan tidak kaku. Strategi ini dapat berbentuk rumah singgah, rumah terbuka untuk berbagai aktivitas, rumah belajar, rumah persinggahan anak dengan keluarganya, rumah keluarga pengganti, atau tempat anak yang mengembangkan struktur tertentu. Para pekerja sosial menetukan program kegaiatan, pendampingan, dan berbagai pelayanan dalam rumah singgah. 7. State Based Services. Pelayanan dalam strategi ini bersifat makro dan tidak langsung macro and indirect services. Para pekerja sosial mengusahakan situasi dan kondisi yang kondusif bagi terselenggaranya usaha kesejahteraan sosial bagi anak. Perumusan kebijakan kesejahteraan sosial dan perangkat hukum untuk perlindungan merupakan bentuk program dalam strategi ini.

2.2 Anak Jalanan