Faktor Penybab Anak Menjadi Anak Jalanan

28 Tabel 2.1 Karakteristik Anak Jalanan Faktor Pembeda Hidup Dijalanan Bekerja Dijalanan Rentan Menjadi Anak Jalanan Lama di jalan 24 jam 7-12 jam 4-6 jam Hubungan dengan Keluarga Putus Hubungan Tidak tertur pulang ke rumah Masih tinggal bersama orang tua Tempat Tinggal Di jalanan Mengontrak bersama-sama Bersama keluaga Pendidikan Tidak Sekolah Tidak sekolah Masih sekolah

2.2.4 Faktor Penybab Anak Menjadi Anak Jalanan

Terdapat berbagai faktor penyebab anak menjadi anak jalanan, seperti tekanan kemiskinan yang mengharuskan anak-anak mereka turun kejalanan. Anak anak menyadari kondisi keluarga dalam keadaan miskin, mendapatkan kekerasan dari orang tua, maupun faktor lingkungan sosial si anak, seperti ajakan atau mengikuti teman sebayanya. Kondisi tersebut mendorong munculnya fenomena anak jalanan dilingkunga perkotaan YLPS Humana, 2006:14. Lubis dkk, 2006: 47 kemudian menjelaskan beberapa faktor berpengaruh terhadap anak turun ke jalanan ialah faktor kemiskinan dan fakotor sosial. Universitas Sumatera Utara 29 1. Faktor Kemiskinan Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan anak-anak ke jalanan. Hal tersebut terjadi karena adanya keluarga anak jalanan yang merasa tidak mampu memberikan hak dasar untuk tumbuh kembang anak. Alasan –alasan tersebut antara lain. a. Jumlah anggota beban keluarga lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan orang tua. b. Ketidak mampuan keluarga mengelola keuangan untuk melihat prioritas pengeluaran rumah tangga. c. Urbanisasi, yaitu kota yang padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah, baik masalah ekonomi, sosial dan pedidikan rendah membuat sebagian anak-anak mereka terjun kejalanan. 2. Faktor Sosial Beberapa faktor sosial yang mempengaruhi anak turun kejalana antara lain: a. Adanya pembiaran dari orang tua terhadap anak yang meninggalkan sekolah dan menikmati kehidupan jalanan. Orang tua berfikir pragmatis , ketika anak mampu mecari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka hal tersebut dirasa sangat menguntungkan, apalagi anak bisa memberikan setoran kepada orang tua maka pujianpun akan diberikan. b. Anak-anak sejak usia dini telah diperkenalkan dengan kehidupan jalanan, kondisi tersebut berpengaruh terhadap perkembangan fisik, psikologis dan prilaku anak. c. Anak tidak menemukan tempat yang menyenangkan untuk bermain, belajar dan berinteraksi sosial dengan teman-temanya. Anak-anak kecewa Universitas Sumatera Utara 30 dengan kehidupan keluarga dan sekolah yang tidak mejawab kepentingan dan kebutuhan anak. d. Anak-anak tidak mendapat perhatian, kasih sayang dan perlindungan dari tindak eksploitasi serta kekerasan didalam rumah tangga. Kemudian anak memilih jalan pintas lari dari rumah meski tanpa tempat tujuan yang pasti PKPA, 2011:26. Selanjutnya oleh Sri Sanituti 1999:5, mengelompokan menjadi empat penyebab pokok menjadi anak jalanan: 1. Kesulitan ekonomi keluarga yang menepatkan seorang anak harus membantu keluarganya mencari uang dengan kegiatan-kegiatan dijalan 2. Ketidak harmonisan rumah tangga atau keluarga, baik hubungan antara bapak dan ibu, maupun orang tua dan anak. 3. Suasana lingkungan yang kurang mendukung untuk anak-anak menikmati kehidupan masa kanak-kanaknya termasuk suasana perselingkungan yang kadang-kadang dianggap mereka sangat menonton dan membelenggu kehidupanya. 4. Rayuan kenikmatan kebebasan mengatur hidup sendiri dan menikmati kehidupan lainnya yang diharapkan diperoleh sebagai anak jalanan. Selain faktor ekonomi, juga banyak penyebab turunya anak ke jalan meningkatnya “gejala” masalah keluarga seperti: kemiskinan, pengangguran, perceraian, kawin muda serta kekerasan dalam rumah tangga sebagai akibat dari memburuknya kondisi ekonomi dan kondisi politik di Indonesia membuat keluarga tidak memiliki lagi keberdayaan dalam melindungi anggota keluarganya. Hal ini diperkuat lagi dengan kebijakan ekonomi makro pemerintah yang kurang mendukung terhadap masyarakat marginal, semakin menyudutkan ketidak berdayaan Universitas Sumatera Utara 31 masyarakat, kasus-kasus penggusuran dan pengusiran keluarga miskin dari tanah atau rumah mereka dengan alasan “demi pembangunan”. Pada awal kajian tentang anak jalanan, persoalan kemiskinan ekonomi keluarga sering disebut sebagai penyebab utama munculnya anak jalanan. Belakangan statmen ini mulai diperdebatkan, karena tidak semua keluarga miskin menghasilkan anak jalanan. Kemiskinan kemudian dipandang salah satu faktor beresiko yang memunculkan anak jalanan tapi bukan satu satunya. Ada variabel lain yang saling merajut, seperti kekerasan dalam rumah tangga, perpecahan dalam rumah tangga, atau pengaruh lingkungan YLPS HUMANA, 2004:14 Hubungan kemiskinan dengan faktor-faktor lain yang membuat anak-anak beresiko turun kejalan dapat dijelaskan sebagai berikut: tekanan ekonomi akibat kemiskinan membuat orang tua mengharuskan anak-anak mereka turut menanggung beban keluarga. Atau, anak-anak yang menyadari kondisi sosial Keluarganya miskin, kemudian ikut membantu memenuhi kebutuhan keluarga dengan cara berkerja, baik dijalanan maupun ditempat lainnya. Ada pula anak-anak dari keluarga miskin tersebut yang turun kejalan setelah mendapat kekerasan dari orang tua atau karena masalah lain seperti perceraian orang tua. Selain itu, faktor-faktor yang membuat anak beresiko menjadi anak jalanan antara lain: faktor-faktor keluarga dan faktor lingkungan yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Faktor Keluarga. Keluarga adalah faktor primer yang paling penting dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan dimana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk murni merupaka suatu Universitas Sumatera Utara 32 kesatuan sosial yang terdiri dari suami istri dan anak-anak yang belum dewasa Hartono dan Aziz,2008:79. Dalam faktor keluarga dibagi menjadi dua, yaitu: a. Persoalan ekonomi keluarga. Kondisi ekonomi keluarga yang miskin sering kali dipahami sebagai faktor utama yang memaksa anak turun ke jalan. Akibat kemiskinan atau faktor ekonomi tersebut, anak terpaksa mencari nafkah untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya atau untuk kebutuhan pribadinya, sehingga banyak anak yang putus sekolah dan turun kejalan untuk bekerja sebagai pengamen, pengemis dan lain-lain. b. Kekerasan dalam Keluarga. Kekerasan dalam keluarga adalah salah satu faktor yang mendorong anak lari dari rumah dan pergi ke jalan. Tindak kekerasan yang dilakukan anggota keluarga terhadap anak memang dapat terjadi disemua lapisan sosial masyarakat. Namun, pada lapisan bawah, kemungkinan terjadinya kekerasan lebih besar dengan tipe yang lebih beragam. Kekerasan terhadap anak dapat terkait dengan masalah ekonomi. Hal ini bisa terjadi ketika sebuah keluarga bisa mengalami berbagai masalah akibat beban ekonomi yang tidak tertahankan. Sebagian atau seluruh masalah keluarga itu kemudian terpaksa dibebankan pada anak-anak mereka. Bentuk pelimpahan beban itu bukan saja memaksa anak bekerja, tetapi bisa juga menjadikan anak sebagai sasaran kekesalan terhadap keadaan. Ketika si anak sudah menjadi sasaran kekesalan, maka tindak kekerasan sangat mungkin akan dilakukan orang tua terhadap anak-anak mereka. Menurut Gunarsa dalam Zulfadi, 2004:8, keluarga sebagai landasan bagi anak yang memberikan macam bentuk dasar: Universitas Sumatera Utara 33 1. Didalam keluarga yang teratur dengan baik dan sejahtera, seorang anak akan memproleh latihan-latihan dasar dalam mengemban sikap sosial yang baik dan kebiasaan berprilaku. Misalnya anak belajar melakukan tugas-tugas tertentu dan mengikuti tata cara keluarganya, belajar disiplin diri dan disiplin waktu agar kelak kebiasaan disiplin terbentuk dan memudahkan anak dalam pergaulan dan hubungan sosial dengan teman- teman, serta mendukung kelancaran perkembangan kongkrit dan prestasi. 2. Didalam keluarga dan hubungan-hubungan antar anggota keluarga membentuk pola penyesuaian sebagai dasar bagi hubungan sosial dan interksi yang lebih luas. Anak akan belajar dari latihan-latihan dasar mengembangkan sikap-sikap sosial yang baik. Kebiasaan-kebiasaan bertingkah laku yang memudahkan terbentuknya prilaku tanpa keragu- raguan, tanpa pertarungan motif dan konflik yang terlalu lama. 3. Didalam ikatan keluarga yang akrab dan hangat, seorang anak akan memproleh pengertian tentang hak, kewajiban, tanggung jawab yang diharapkan. Dalam keluarga anak juga bisa belajar mengenai kewibawaan dan sikap otoriter dari yang lebih tua, anak belajar memematuhi peraturan tata cara keluarga. 4. Didalam keluarga anak akan mengalami peristiwa yang menyenangkan, menyedihkan, penolakan, belas kasih dan frustasi. Keluarga sangat penting bagi pemebentukan pribadi anak. Suasana keluarga mempengaruhi perkembangan emosi, respon, kepercayaan anak, remaja, dan orang dewasa. Universitas Sumatera Utara 34 Menurut BKKBN 2011, terdapat fungsi-fungsi yang seharusnya berjalan didalam kehidupan keluarga. Fungsi yang dimaksud tersebut dikenal sebagai “Delapan Fungsi Keluarga”, yaitu: 1. Fungsi Agama. Fugsi Agama yang mempunyai makna bahwa keluarga adalah wahana pembinaan kehidupan ber agama yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuahan Yang Maha Esa. Setiap langkah yang dialakukan oleh setiap anggota keluarga hendaknya selalu berpijak pada tuntunan agama yang dianutnya. Dalam penerapan fungsi agama, yang tidak boleh diabaikan salah satunya dalah toleransi ber-agama, mengingat kita hidup dinegara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan mempunyai kepercayaan dan agama sangat beragam. 2. Fungsi Sosial Budaya. Fungsi Sosial Budaya mempunyai makna bahwa keluarga adalah menjadi wahana pembinaan dan persemaian nilai-nilai luhur budaya yang selama ini menjadi panutan dalam tata kehidupan mereka. Sehingga nilai luhur yang selama ini sudah menjadi panutan dalam kehidupan bangsa tetap dapat dipertahankan dan dipelihara. 3. Fungsi Cinta Kasih Fungsi Cinta Kasih mempunyai makna bahwa keluarga harus menjadi tempat untuk meciptakan suasana cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam kehidupan berkeluarga cinta kasih dan sayang antara anggota keluarga akan dapat menumbuhkan rasa bertanggung jawab yang besar terhadap keharmoisan keluarga tersebut, sehingga setiap anggota keluarga akan selalu menjaga Universitas Sumatera Utara 35 komitmen yang telah dibuat bersama, demikian juga dalam kehidupan bermasyarakat, dengan fungsi ini akan menumbuhkan keharmonisan dalam bertetangga dan bermasyarakat. 4. Fungsi Perlindungan Fungsi Perlindungan mempunyai makna bahwa keluaraga itu merupakan wahana terciptanya suasana aman, nyaman, damai dan adil bagi seluruh anggota keluarganya. Sehingga setiap anggota keluarga akan selalu merasa bahwa tempat yang paling baik dan pantas adalah didalam lingkungan keluarganya sendiri, dan ini tentu sangat membantu dalam menghadapi segala tantangan yang muncul dalam kehidupannya. 5. Fungsi Reproduksi. Fungsi Reproduksi yang mempunyai makna bahwa didalam keluarga tempat diterapkannya cara hidup sehat, khusunya dalam kehidupan reproduksi. Diharapkan setiap anggota keluarga harus memahami cara hidup sehat dan mengerti tentang kesehatan reproduksinya. Oleh sebab itu pemahaman dan pengetahuan tentang alat kontasepsi, alat kontasepsi rasional, pengetahuan lain tentang penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja, tentang ketahanan keluarga melalui pembianaan tertentu yang wajib harus dimiliki. 6. Fungsi Pendidikan. Fungsi Pendidikan yang mempunyai makna bahwa keluarga adalah wahana terbaik dalam proses sosialisasi dan pendidikan bagi anak-anaknya. Pendidikan dalam keluarga ini sebetulnya adalah pendidikan inti yang menjadi fondasi untuk perkembangan anak. Sedangkan pendidikan yang Universitas Sumatera Utara 36 diperoleh dari sekolah maupun dari lingkungan sebetulnya hanya merupakan sebagian dari pendidikan yang diperlukan. 7. Fungsi Ekonomi. Fungsi Ekonomi yang mempunyai makna, bahwa keluarga tempat pembinaan kualitas kehidupan ekonomi, dan kesejahteraan keluarga. Setiap anggota keluarga punya kewajiban yang sama untuk melakukan kegiatan yang akan menambah kesejahteraan keluarga. Ini mempunyai makna bahwa seluruh anggota keluarga dapat bersikap ekonomis, realistis dan mau berjuang untuk peningkatan kesejahteraan keluarga. 8. Fungsi Lingkungan. Fungsi Lingkungan yang mepunyai makna, bahwa keluarga adalah wahana untuk meciptakan keluarganya yang mampu hidup harmonis dengan lingkunagn masyarakat sekitar dan alam, dalam bentuk keharmonisan antar anggota keluarga, keharmonisan dengan tetangga serta keharmonisan terhadap alam sekitarnya http:www.bkkbn.go.idViewArtkel.aspx?ArtikelIID=3D. Diakses pada 11:44 WIB. 2. Faktor Lingkungan. 13 Maret 2016. Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor pendorong anak turun ke jalan. Adakalanya sebelum terpengaruh oleh faktor lingkungan, seorang anak memang berasal dari keluarga kurang mampu, sehingga faktor lingkungan, seperti diajak teman atau bermasalah disekolah, menjadi penguat alasan anak turun ke jalanan. Namun demikian, banyak ditemukan kasus anak jalanan yang bukan berasal dari keluarga miskin dan tidak megalami kekerasan dalam rumah tangga, tetapi Universitas Sumatera Utara 37 justru terpengaruh oleh lingkungan sehingga anak mejadi anak jalanan. Hal tersebut terakhir ini umunya identik dengan soal gaya hidup dan kehendak si anak sendiri untuk mencari kebebasan YLPS HUMANA, 2004:14. Selajudnya menurut Surjana dalam siregar, dkk., 2006:26 menyebutkan bahwa faktor penyebab anak yang turun ke jalan terbagi dalam tiga tingkatan, 1. Tingkat Mikro immediate cause, yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarga. Sebab-sebab yang bisa diidentifikasi dari anak adalah lari dari rumah sebagai contoh anak yang selalu hidup dengan orang tua yang terbiasa dengan mengunakan kekerasan, seperti sering menampar, memukul, menganiaya karena kesalahan kecil, jika sudah melampaui batas toleransi anak, maka anak cenderung memilih keluar dari rumah dan hidup di jalanan, disuruh bekerja dengan kondisi masih sekolah atau disuruh putus sekolah, dalam rangka berpetualang, bermain-main atau diajak teman. Sebab-sebab yang berasal dari keluarga adalah terlantar, ketidak mampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar, salah perawatan dari orang tua sehingga mengalami kekerasan di rumah child abuse kesulitan berhubungan dengn keluarga karena terpisah dari orang tua. Permasalahan atau sebab-sebab yang timbul dari anak maupun dari keluarga ini selain terkait satu sama lain. 2. Tingkat Messo underlying cause, yaitu anak turun ke jalanan dilatar belakangi oleh faktor di masyarakat seperti kebiasaan mengajarkan untuk bekerja sehingga sautu saat menjadi keharusan kemudian meninggalkan sekolah. Sebab-sebab yang dapat diidentifikasi ialah pada komunitas masyarakat miskin, anak-anak adalah asset untuk membantu Universitas Sumatera Utara 38 meningkatkan ekonomi keluarga. Menurut Suparlan, 1993 dalam Pramuchtia, 2008:11, sekali kebudayaan kemiskinan tersebut tumbuh, ia cenderung melenggangkan dirinya dari generasi ke generasi melalui pengaruhnya terhadap anak-anak. Ketika anak-anak berada dibawah Sebelum berumur enam, atau tujuh tahun, mereka biasanya menyerap nilai-nilai dasar dan sikap-sikap dari sub-kebudayaan mereka dan secara kejiwaan anak sanggup memanfaatkan kondisi-kondisi perubahan dan memberikan kesempatan-kesempatan yang mungkin terjadi dalam hidup mereka. Hal ini terlihat dari penelitian Handoyo dkk, 2004 dalam Pramuchtia, 2008:11, bahwa anak jalanan yang turun kejalan pada usia dini 3 sampai 10 tahun adalah mereka yang mengikuti aktivitas orang mencari nafkah. 3. Tingkat Makro basic cause, memberikan penjelaskan seperti peluang pekerjaan pada sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal dan keahlian besar, urbanisasi, biaya pendidikan yang tinggi, dan belum adanya kesamaan presepsi intansi pemerintah terhadap anak jalanan. Oleh karenanya, anak dengan keterbatasan kemampuan yang dimilikinya tidak memerlukan keahlian besar.

2.2.5 Proses Terjadinya Anak Jalanan