Jika pada konsep regresi tidak dipermasalahkan mengapa hubungan antar variabel terjadi serta apakah hubungan antar variabel tersebut disebabkan oleh
variabel itu sendiri atau mungkin dipengaruhi oleh variabel lain. Namun pada analisis jalur, hubungan antar variabel tersebutlah yang dipelajari.
Analisis jalur ini mempelajari apakah hubungan yang terjadi disebabkan oleh pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel independen terhadap
variabel dependen, mempelajari ketergantungan sejumlah variabel dalam suatu model model kausal, dan menganalisis hubungan antar variabel dari model
kausal yang telah dirumuskan oleh peneliti atas dasar pertimbangan teoritis.
2.3 Asumsi-asumsi Analisis Jalur
Sebelum menganalisis data, ada baiknya memperhatikan beberapa asumsi-asumsi pada analisis jalur berikut :
a. Hubungan antar variabel bersifat linier dan normal. b. Variabel endogen terikat minimal dalam skala ukur interval dan ratio.
c. Hubungan sebab-akibat yang akan dianalisis didasarkan pada teori-teori yang relevan, artinya model teori yang akan diuji telah sesuai dengan teori
yang ada. d. Hubungan antar variabel yang bersifat kausalitas hanya berlangsung satu
arah. e. Menggunakan tehnik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama kepada setiap anggota populasi.
Universitas Sumatera Utara
f. Observed variables diukur tanpa kesalahan instrumen pengukuran valid dan reliabel.
2.4 Manfaat Analisis Jalur
Adapun manfaat atau kegunaan analisis jalur yaitu : a. Menjelaskan suatu fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang
diteliti. b. Memprediksi nilai variabel endogen terikat berdasarkan variabel-variabel
eksogen bebas. c. Menentukan variabel eksogen bebas mana yang lebih berpengaruh
terhadap variabel endogen terikat dan menelusuri jalur-jalur pengaruh variabel eksogen bebas terhadap variabel endogen terikat. Hal ini
dikenal dengan faktor determinan. d. Pengujian model menggunakan theory trimming, baik untuk uji reliabelitas
uji keajegan konsep yang sudah ada dan uji pengembangan konsep baru.
2.5 Model Analisis Jalur
2.5.1 Model Analisis Jalur Berdasarkan Banyaknya Sub Struktur
Adapun beberapa contoh model analisis jalur jika ditinjau dari segi banyaknya sub struktur banyaknya variabel endogen yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Model Satu Jalur Pada model ini hanya terdapat satu variabel endogen, sehingga pada persamaan
strukturalnya nanti hanya terdapat satu sub struktur. Model ini disebut juga model regresi berganda karena rumus umumnya hampir sama dengan regresi berganda,
dimana terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat serta adanya variabel lain yang tidak diukur error. Adapun contoh dari diagram jalur model satu jalur
dapat digambarkan seperti berikut :
Gambar 2.1 Model Satu Jalur
b. Model Dua Jalur Pada model ini terdapat dua variabel endogen dan beberapa variabel eksogen.
Model ini disebut juga model mediasi, karena terdapat variabel perantara yang mempengaruhi variabel endogen Y. Pada model ini terdapat dua sub struktur
persamaan struktural. Adapun model dapat digambarkan sebagai berikut :
X
1
X
2
Y
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Model Dua Jalur
c. Model Kompleks Pada model ini terdapat lebih dari dua jalur, dimana terdapat variabel-variabel
perantara yang juga mempengaruhi variabel-variabel endogen. Dikatakan kompleks karena terdapat lebih dari dua variabel endogen, sehingga dalam
persamaan strukturalnya juga terdapat lebih dari dua persamaan struktural. Adapun model kompleks dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.3 Model Kompleks
Y
2
Y
1
X
1
X
2
X
1
Y
2
Y
1
X
2
Y
3
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Model Analisis Jalur Berdasarkan Sebab Akibat
Adapun jika dilihat dari segi sebab akibat, model analisis jalur terbagi atas dua, yaitu :
A. Model Rekursif Model ini memperlihatkan bahwa adanya hubungan satu arah di antara variabel-
variabel eksogen yang ada terhadap variabel endogen. Hubungan ini ditunjukkan adanya panah satu arah yang hanya mengarah kepada variabel endogen. Adapun
model rekursif dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.4 Model Rekursif
X
1
X
2
X
3
Y
Universitas Sumatera Utara
B. Model Non Rekursif Model ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antar variabel eksogen dan
variabel endogen. Hubungan tersebut diperlihatkan dengan adanya anak panah yang berbalik tidak searah. Gambar untuk model non rekursif sebagai berikut :
Gambar 2.5 Model Non Rekursif
Adapun yang dimaksud dengan model rekursif dapat diterangkan oleh contoh diagram di atas. Dimana variabel Y
1
ke Y
2
kemudian berbalik lagi dari Y
2
ke Y
1,
atau dari variabel X
1
ke Y
1
kemudian panah berbalik lagi dari Y
1
ke X
1.
2.6 Tahap-tahap Analisis Jalur
Berikut beberapa tahap di dalam analisis jalur, yaitu : 1. Membuat model diagram jalur berdasarkan konsep dan teori
2. Merumuskan persamaan struktural berdasarkan model X
1
X
2
X
2
Y
1
Y
2
Universitas Sumatera Utara
3. Pemeriksaan terhadap asumsi-asumsi yang ada pada analisis jalur 4. Pendugaan parameter atau perhitungan koefisien jalur
5. Pengujian model 6. Interpretasi model
2.7 Konsep Dasar Analisis Jalur
2.7.1 Koefisien Jalur
Adapun yang dimaksud dengan koefisien jalur merupakan nilai yang menunjukkan pengaruh langsung variabel eksogen X terhadap variabel endogen
Y. Pengaruh tersebut dapat ditunjukkan seperti gambar berikut :
Gambar 2.6 Koefisien Jalur pada Diagram Jalur
Hubungan antara X
1
dan X
2
adalah hubungan korelasional. Intensitas keeratan hubungan tersebut dinyatakan oleh besarnya koefisien korelasi r
. Hubungan X
1
dan X
2
ke Y adalah hubungan kausal. Besarnya pengaruh langsung dari X
1
ke Y, dan dari X
2
ke Y, masing-masing dinyatakan oleh besarnya nilai
2 1
x x
X
1
X
2
Y
Universitas Sumatera Utara
numerik koefisien jalur dan
. Nilai menggambarkan besarnya pengaruh langsung variabel residu implicit exogenous variable terhadap Y.
Nilai menunjukkan variabel atau faktor residual yang fungsinya
menjelaskan pengaruh variabel lain yang telah teridentifikasikan oleh teori, tetapi tidak diteliti atau variabel lainnya yang belum teridentifikasi oleh teori, atau
muncul sebagai akibat dari kekeliruan pengukur variabel Riduwan Achmad Engkos Kuncoro, 2007. Untuk menghitung nilai digunakan rumus :
= 1 - Dimana :
= Error R
2
= Koefisien Determinasi pengaruh total variabel eksogen terhadap variabel endogen yang dihitung secara parsial
Berikut langkah-langkah untuk menghitung koefisien jalur, dalam hal ini untuk model analisis jalur berganda atau kompleks :
1. Gambarkan dengan jelas model diagram jalur yang mencerminkan permasalahan yang terkandung dalam hipotesa yang diajukan sehingga
tampak jelas apa yang menjadi variabel eksogen dan apa yang menjadi variabel endogennya beserta persamaan strukturalnya.
2. Hitung matriks korelasi antar variabel. Adapun gambar matriksnya dapat dituliskan seperti berikut :
Universitas Sumatera Utara
X
1
X
2 ...
Xu
R =
1 ...
1 ...
1 ...
1
2 1
2 1
u u
x x
x x
x x
r r
r
Adapun formula untuk menghitung koefisien korelasi digunakan Product Moment Coefficient
dari Karl Pearson. Digunakannya Product Moment Coefficient
ini karena variabel-variabel yang akan dicari korelasinya berskala interval. Adapun formulanya yaitu :
2 2
2 2
. .
Y Y
N X
X N
Y X
XY N
r
xy
3. Tentukan sub-struktur dan persamaan struktural yang akan dihitung koefisien jalurnya. Misalnya terdapat k buah variabel eksogenus dan
sebuah variabel endogenus X
u
. Maka persamaan strukturalnya dapat ditulis sebagai berikut :
X
u
= P
xux1
.X
1
+ P
xux2.
X
2
+ ...+P
xuxk.
X
k
+ .
Kemudian hitung matriks korelasi antar variabel eksogen yang menyususn sub struktur tersebut dengan rumus :
Universitas Sumatera Utara
X
1
X
...
X
k
R =
1 ...
1 ...
1 ...
1
2 1
2 1
u u
x x
x x
x x
r r
r
4. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen dengan rumus : X
1
X
...
X
k
R
-1
=
kk k
k
C C
C C
C C
... ...
... ...
2 22
1 12
11
5. Menghitung semua koefisien jalur P
xuxi,
dengan i = 1, 2, 3, ..., k melalui rumus :
k u
u u
x x
x x
x x
...
2 1
kk k
k
C C
C C
C C
... ...
... ...
2 22
1 12
11
.
k u
u u
x x
x x
x x
r r
r
...
2 1
Sedangkan untuk menghitung koefisien korelasi dalam analisis jalur model sederhana, yang terdiri dari satu variabel eksogen dan satu variabel endogen
nilainya sama dengan besarnya koefisien korelasi antara kedua variabel tersebut p
i u
x x
= r
i u
x x
.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen
Pengaruh yang diterima oleh variabel endogen dapat terjadi secara sendiri-sendiri parsial maupun secara bersama-saZma simultan. Pengaruh secara parsial dapat
berupa pengaruh langsung direct effect dan dapat juga berupa pengaruh tidak langsung direct effect melalui variabel eksogen yang lain. Adapun cara untuk
menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total variabel eksogen tehadap variabel endogen secara parsial sendiri-sendiri
yaitu sebagai berikut : a. Pengaruh langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen
= p
i u
x x
x P
i u
x x
b. Pengaruh tidak langsung dari variabel eksogen terhadap variabel endogen yaitu = p
i u
x x
x r x p
i u
x x
c. Pengaruh total variabel eksogen terhadap variabel endogen yaitu dihitung dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung
variabel eksogen terhadap variabel endogen : = [p
i u
x x
x p
i u
x x
] + [p
i u
x x
x r x p
i u
x x
]
Sedangkan untuk menghitung pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen secara bersama-sama simultan dapat menggunakan rumus berikut :
2 1
x x
2 1
x x
Universitas Sumatera Utara
k u
u u
k u
x x
x x
x x
x x
x x
R ...
2 1
2 1
,... ,
2
k u
u u
x x
x x
x x
r r
r
...
2 1
Dimana : R
2
... ,
2 1
k u
x x
x x
adalah koefisien determinasi total X
1
, X
2
, … X
k
terhadap X
u
atau besarnya pengaruh variabel eksogenus secara bersama-sama gabungan terhadap variabel endogenus.
k u
u u
x x
x x
x x
...
2 1
adalah koefisien jalur.
k u
u u
x x
x x
x x
r r
r ...
2 1
adalah koefisien korelasi variabel eksogenus X
1
, X
2
, … X
k
dengan variabel endogenus X
u
.
2.8 Pengujian Koefisien Jalur
Menguji kebermaknaan test of significance setiap koefisien jalur yang telah dihitung, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, serta
menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenus terhadap variabel endogenus, dapat dilakukan dengan langkah kerja berikut :
1. Nyatakan hipotesis statistik hipotesis operasional yang akan diuji. H
o
: p
i u
x x
= 0, artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogenus X
u
terhadap variabel endogenus X
i
.
Universitas Sumatera Utara
H
1
: p
i u
x x
≠ 0, artinya terdapat pengaruh variabel eksogenus X
u
terhadap variabel endogenus X
i
. D
imana u dan i = 1, 2, … , k
2. Gunakan statistik uji yang tepat, yaitu : a. Untuk menguji setiap koefisien jalur secara parsial :
1 1
... 2
2 1
k n
C R
p t
ii x
x x
x x
x
k u
i u
Dimana: i =
1,2, … k
k = Banyaknya variabel eksogenous dalam sub-struktur yang sedang diuji
t = Mengikuti tabel distribusi t, dengan derajat bebas = n – k – 1
Kriteria pengujian : - Ditolak H
jika nilai t
hitung
t
tabel n-k-1
. - Diterima H
jika nilai hitung t
hitung
t
tabel n-k-1
.
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk menguji koefisien jalur secara keseluruhanbersama-sama simultan :
1 1
,... ,
2 ,...
, 2
2 1
2 1
k u
k u
x x
x x
x x
x x
R k
R k
n F
Dimana : i =
1,2, … k
k = Banyaknya variabel eksogenus dalam sub-struktur yang sedang diuji t = Mengikuti tabel distribusi F Snedecor, dengan derajat bebas
degrees of freedom k dan n – k – 1
Kriteria pengujian : - Ditolak H
jika nilai F
hitung
F
tabel k, n-k-1
. - Diterima H
jika nilai F
hitung
F
tabel k, n-k-1
.
c. Untuk menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenus terhadap variabel endogenus.
1 2
1
... 2
2 1
k n
C C
C R
p p
t
ij jj
ii x
x x
x x
x x
x
k u
j u
i u
Universitas Sumatera Utara
Kriteria pengujian : - Ditolak H
jika nilai t
hitung
t
tabel n-k-1
; atau - Ditolak H
jika nilai t
hitung
t
tabel n-k-1
. 3. Ambil kesimpulan, apakah perlu trimming atau tidak. Apabila terjadi trimming,
maka perhitungan harus diulang dengan menghilangkan jalur yang menurut pengujian tidak bermakna no significant.
2.9 Teori-teori Variabel Penelitian
2.9.1 Hasil Belajar
2.9.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Pada bukunya yang berjudul Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Sudjana 2009,
mengemukakan bahwa “belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran
instruksional, pengalaman proses belajar-mengajar, dan hasil belajar. Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam gambar berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Instruksional a
c
Pengalaman belajar b
Hasil Belajar proses belajar-mengajar
Gambar 2.7 Hubungan Unsur-Unsur Belajar-Mengajar
Garis a meenunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan proses belajar-mengajar, garis b menunjukkan hubungan antara proses belajar-mengajar
dengan hasil belajar, dan garis c menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan hasil belajar. Dari ketiga unsur-unsur tersebut masing-
masing berhubungan antara satu sama lain, yang kesemuanya mengarah pada hasil belajar sebagai sebuah akhir pencapaian penilaian dalam proses belajar-
mengajar. Jadi, dapat didefinisiskan bahwa hasil belajar merupakan suatu pencapaian oleh siswa atas proses belajar-mengajar yang telah ditempuh, yang di
dalamnya terkandung tujuan-tujuan instruksional.
Hasil belajar sendiri merupakan implementasi dari apa yang telah dipelajari siswa sebelumnya ke dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang
dikemukakan oleh Sudjana 2009 bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh karena itu, hasil belajar hendaknya mampu menilai siswa dalam ketiga aspek
tingkah laku yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan suatu penilaian yang diperoleh dari kemampuan siswa mengikuti proses belajar, yang
berupa angka atau huruf pada periode waktu tertentu.
2.9.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Soekanto 2012 menyebut bahwa di dalam pola hubungan interaksi sosial anak dan remaja merupakan salah satu pihak, di samping adanya pihak lain. Pihak-
pihak tersebut saling mempengaruhi, sehingga terbentuklah kepribadian- kepribadian tertentu. Pihak-pihak tersebut dapat disebut sebagai lingkungan-
lingkungan sosial tertentu dan pribadi-pribadi tertentu. Soekanto 2012 juga menyebutkan bahwa ada pengaruh dari lingkungan
sosial dalam mempengaruhi tumbuhnya motivasi dan keberhasilan studi anak dan remaja, di samping juga terdapat peranan-peranan pribadi yang tidak mustahil
mempunyai pengaruh yang lebih besar. Lingkungan sosial tersebut dapat berupa keluarga misalnya orang tua, saudara-saudara, dan kerabat dekat, kelompok
sepermainan, dan kelompok pendidik sekolah. Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu ada dua faktor, antara lain : a. Faktor internal
Yang dimaksud faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor ini meliputi jasmani dan rohani siswa, antara lain
intelegensi siswa, sikap siswa, minat, bakat, motivasi, serta kondisi fisik siswa itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
b. Faktor internal Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari luar siswa, yakni lingkungan
sosial. Seperti yang telah dikemukakan oleh Soekanto 2009 bahwa yang termasuk lingkungan sosial yaitu keluarga, kelompok sepermainan, dan
kelompok pendidik sekolah. Kedua faktor tersebut juga berperan penting dalam belajar sehingga secara tidak langsung mempengaruhi dalam pencapaian
hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Syah 2010 yaitu bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu ada tiga faktor, antara lain faktor internal keadaankondisi jasmani dan rohani siswa, faktor internal
kondisi lingkungan di sekitar siswa, serta faktor pendekatan belajar jenis upaya belajar siswa yang meiputi strategi dan metode yang digunakan siswa.
2.9.1.3 Indikator dan Jenis-jenis Hasil Belajar
Adapun menurut Syah 2010 dalam bukunya Psikologi Pendidikan dikatakan bahwa, “pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana
yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator penunjuk adanya prestasi tertentu dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkap
atau diukur”. Berikut tabel yang menyajikan tentang indikator, jenis, dan cara evaluasi hasil belajar yang berasal dari berbagai sumber rujukan Surya, 1982;
Universitas Sumatera Utara
Barlow, 1985; Petty, 2004 dalam Muhibbin Syah, 2009 dengan penyesuian seperlunya.
Tabel 2.1 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Hasil Belajar
RanahJenis Prestasi Indikator
Cara Evaluasi
A. Ranah Cipta Kognitif
1. Pengamatan
2. Ingatan
3. Pemahaman
4. Penerapan 1. Dapat menunjukkan
2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan
1. Dapat menyebutkan 2. Dapat menunjukkan kembali
1. Dapat menjelaskan 2. Dapat mendefinisikan
dengan lisan sendiri
1. Dapat memberikan contoh 2. Dapat menggunakan secara
tepat 1. Tes lisan
2. Tes tertulis 3. Observasi
1. Tes lisan 2. Tes tertulis
3. Observasi
1. Tes lisan 2. Tes tertulis
1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas
3. Observasi
Universitas Sumatera Utara
5. Analisis pemeriksaan dan
penilaian secara teliti
6. Sintesis membuat paduan baru dan
utuh 1. Dapat menguraikan
2. Dapat mengklasifikasikan atau memilah-milah
1. Dapat menghubungkan 2. Dapat menyimpulkan
3. Dapat menggeneralisasikan membuat prinsip umum
1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas
1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas
B. Ranah Ras Afektif
1. Penerimaan
2. Sambutan
3. Apresiasi atau sikap menghargai
1. Menunjukkan sikap menerima
2. Menunjukkan sikap menolak
1. Kesediaan berpartisipasi Atau terlibat
2. Kesediaan memanfaatkan
1. Menganggap penting dan bermanfaat
2. Menganggap indah dan harmonis
3. Mengagumi 1. Tes tertulis
2. Tes skala sikap 3. Observasi
1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas
3. Observasi
1. Tes skala penilaian atau sikap
2. Pemberian tugas 3. Observasi
Universitas Sumatera Utara
4. Internalisasi pendalaman
5. Karakterisasi penghayatan
1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari
1. Melembagakan atau Meniadakan
2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari
1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas
ekspresif yang menyatakan sikap
dan proyektif
1. Pemberian tugas ekspresif dan
proyektif 2. Observasi
C. Ranah Karsa Psikomotor
1. Keterampilan bergerak dan
bertindak
2. Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal
1. Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan
anggota tubuh lainnya
1. Mengucapkan 2. Membuat mimik dan
gerakan jasmani 1. Observasi
2. Tes tindakan
1. Tes lisan 2. Observasi
3. Tes tindakan Sumber : Muhibbin Syah, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.9.1.4 Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek
yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan
guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran Sudjana, 2009. Secara umum, sistem penilaian hasil belajar dibedakan atas dua sistem
yaitu penilaian acuan norman PAN dan penilaian acuan patokan PAP. Penilaian acuan norma PAN merupakan penilaian yang didasarkan atas rata-rata
kelompok siswa. Sedangkan penilaian acuan patokan PAP merupakan penilaian yang didasarkan atas tujuan instruksional yang harus dicapai siswa. Sudjana
2009 mengungkapkan bahwa sistem penilaian acuan patokan ini disebut juga standar mutlak, karena dalam penilaian bisa saja terjadi semua siswa gagal atau
tidak lulus karena tidak dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
2.9.2. Kegiatan Ekstrakurikuler
2.9.2.1 Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
Universitas Sumatera Utara
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolahmadrasah. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri
merupakan bagian dari pengembangan diri, dan biasanya difasilitasi atau dibimbing oleh guru atau tenaga kependidikan.
Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling yang merupakan
wahana pengembangan pribadi peserta didik melalui berbagai aktivitas sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat siswa, baik yang terkait langsung
maupun tidak langsung dengan materi kurikulum sebagai bagian tak terpisahkan dari tujuan dan untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan di seluruh
lembaga pendidikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah segala aktivitas yang dilakukan siswa di luar kegiatan belajar mengajar
yang telah terjadwal oleh sekolah yang dinyatakan dalam nilai yang ada di laporan hasil belajar siswa raport siswa.
2.9.2.2 Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan minat dan bakat siswa, ada beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diterapkan di
lembaga pendidikan, antara lain : 1. Krida, meliputi kepramukaan, Pelatihan Dasar Kepemimpinan Siswa
LDKS, Kursus Kader Da’wah KKD, Palang Merah Remaja PMR,
Pasukan Pengibar Bendera PASKIBRAKA.
Universitas Sumatera Utara
2. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja KIR, Kegiatan Penguasaan Keilmuan dan Kemampuan Akademik, Penelitian.
3. LatihanLomba, KeterbakatanPrestasi, meliputi pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, dan keagamaan.
4. Seminar, lokakarya, dan pameranbazar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya. Pada
prinsipnya masih banyak lagi jenis ekstrakurikuler yang dapat dilaksanakan demi mengembangkan minat dan bakat peserta didik.
2.9.2.3 Penilaian Kegiatan Ekstrakurikuler
Karena kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari pengembangan diri dan bukan termasuk mata pelajaran, maka hasil dan proses kegiatan ekstrakurikuler
dinilai secara kualitatif dan dilaporkan kepada pimpinan sekolahmadrasah dan pemangku kepentingan lainnya oleh penanggung jawab kegiatan. Namun
seringkali, dalam laporan hasil belajar siswa untuk penilaian kegiatan ekstrakurikuler tersebut diambil dari kerajinan dan kehadiran, dimana di dalam
kehadiran tersebut juga dinilai prestasi atau kemampuan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya.
Universitas Sumatera Utara
2.9.3 Interaksi Sosial
2.9.3.1 Pengertian Interaksi Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk selalu berinteraksi dengan orang lain. Hal inilah yang menyebabkan manusia tidak bisa lepas dari keberadaan
orang lain yang ada di sekitarnya. Di dalam interaksi tersebut, terdapat suatu kontak dan komunikasi dengan orang lain, yang mendorong individu atau
sekolompok individu tersebut untuk saling berhubungan satu sama lain. Menurut Soekanto 2012, bentuk umum proses sosial adalah interaksi
sosial yang juga dapat dinamakan proses sosial karena interaksi sosial merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial
hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Jadi interaksi sosial dapat diartikan sebagai suatu hubungan timbal-balik antara individu-individu,
antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara individu dengan kelompok manusia yang menghasilkan aktivitas-aktivitas sosial.
Soekanto 2012 juga mengemukakan bahwa apabila dua orang bertemu, interaksi sosial telah dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat
tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.
Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena
masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan- perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan dan sebagainya. Semuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang
kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya. Dari kedua contoh yang telah dikemukakan di atas, dapat terlihat bahwa
interaksi sosial terjadi karena adanya kontak dan komunikasi antara pihak-pihak yang bersangkutan. Kontak dan komunikasi tersebut merupakan suatu syarat
terjadinya interaksi sosial. Dengan kata lain, interaksi sosial hanya berlangsung jika kedua belah pihak memberikan reaksi atas hubungan yang dilakukan.
Jadi dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan di atas, penulis kemudian menarik suatu kesimpulan mengenai pengertian interaksi sosial. Penulis
menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik, respon akibat adanya komunikasi dan kontak antara dua individu atau lebih.
2.9.3.2 Faktor-faktor Yang Mendasari Interaksi Sosial
Menurut Soekanto 2012 dalam “Pengantar Sosiologi”, ada beberapa faktor yang
mendasari berlangsungnya interaksi sosial, antara lain : 1. Imitasi
Faktor ini memiliki peranan penting dalam interaksi sosial. Karena imitasi dapat menimbulkan dorongan pada seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-
nilai yang berlaku. Namun di sisi lain, imitasi mungkin saja mengakibatkan terjadinya hal yang negatif jika sesuatu hal yag ditiru merupakan hal yang buruk
Universitas Sumatera Utara
atau negatif. Contohnya, seorang anak SMP merokok karena meniru temannya yang seorang perokok.
Imitasi juga dapat menyebabkan daya kreasi seseorang mati atau tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena orang tersebut hanya meniru setiap
perlakuansikap, dan sebagainya yang dianggap menarik oleh orang tersebut.
2. Sugesti Faktor ini berlangsung apabila seseorang memberi pandangan atau sesuatu sikap
yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda emosi, yang
menghambat daya berpikirnya secara rasional. Proses ini juga mungkin terjadi karena apabila orang yang memberikan
pandangan adalah orang yang berwibawa atau mungkin karena sifatnya yang otoriter. Atau mungkin juga karena orang yang memberikan pandangan
merupakan bagian dari suatu kelompok yang bersangkutan, atau masyarakat.
3. Identifikasi Identifikasi merupakan suatu proses kecenderungan-kecenderungan atau
keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk sama dengan pihak lain. Proses ini sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat
terbentuk karena proses ini. Namun, sebelum seseorang sampai pada proses identifikasi ini, mulanya orang tersebut melalui proses imitasi dan atau sugesti.
Proses ini berlangsung pada suatu keadaan dimana seseorang yang beridentifikasi benar-benar mengenal pihak lain yang menjadi idealnya sehingga
Universitas Sumatera Utara
pandangan, sikap maupun kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain tadi dapat melembaga dan bahkan menjiwai pada orang tersebut.
4. Simpati Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak
lain. Pada proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati ialah keinginan untuk memahami pihak lain dan
untuk bekerja sama dengannya. Banyak sekali contoh simpati yang dapat dilihat pada kehidupan nyata,
seperti seseorang yang menggalang dana untuk membantu konflik yang sedang terjadi di Palestina, juga seseorang yang meminjamkan uang kepada orang lain
untuk membantu mengatasi masalah orang tersebut, dan lain sebagainya. Kesemua contoh tersebut pada mulanya didasari akan perasaan iba atau rasa
kasihan akan penderitaan orang lain, sehingga timbul dorongan untuk membantu bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.
2.9.3.3 Interaksi Sosial Di Kalangan Remaja
Menurut Soekanto 2012, suatu tinjauan sosiologis didasarkan pada hubungan antar manusia, hubungan antar kelompok serta hubungan antar manusia dan
kelompok, di dalam proses kehidupan bermasyarakat. Di dalam hubungan- hubungan tersebut interaksi sosial, anak dan remaja merupakan salah satu pihak,
di samping adanya pihak-pihak lain yang saling mempengaruhi sehingga terbentuklah kepribadian-kepribadian tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam proses interaksi tersebut, terdapat proses sosialisasi yang bertujuan agar dipatuhi dan dimengertinya nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang
berlaku di masyarakat. Dalam proses sosialisasi yang khususnya tertuju pada anak-anak, banyak pihak yang berperan di dalamnya. Pihak-pihak tersebut yaitu
keluarga, kelompok sepermainan, dan atau kelompok pendidik sekolah. Secara psikologis, usia remaja merupakan usia dimana yang bersangkutan
sedang mencari identitasnya. Untuk itu, harus ada tokoh-tokoh ideal yang mampu memberikan contoh-contoh yang terpuji. Oleh karena itu, pada masa ini orangtua
diharapkan dapat memberikan atau menanamkan pengertian kepada anaknya yang sedang dalam masa remaja, karena pada masa ini pergaulan remaja ruang
lingkupnya bertambah luas baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pergaulan tersebut dapat membentuk kepribadian yang baik maupun yang
buruk, hal ini bergantung pada penerimaan yang bersangkutan terhadap hal-hal yang berlangsung di dalam lingkungannya. Remaja akan senantiasa selalu
mencari hal-hal baru atau mengadaptasi, bahkan meniru segala hal yang dianggapnya menarik dari lingkungan sekelilingnya.
Remaja yang tidak memiliki hubungan yang erat dengan orangtuanya, seringkali mendapatkan contoh-contoh yang tidak terpuji dari lingkungan
disekitarnya. Hal ini, dikarenakan tidak adanya peran orangtua yang senantiasa menanamkan dan memberikan pengertian serta sebagai penimbang mengenai
pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar. Oleh karena itu, orangtua harus selalu mengarahkan anaknya agar mentaati nilai-nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Dari pendidikan dimulailah pembentukan karakter individu. Tidak hanya itu,
pendidikan juga merupakan sarana agar individu dapat menumbuhkembangkan potensi diri yang ada, baik itu kecerdasan, melatih emosional, kekuatan spiritual,
dan keterampilan yang nantinya dapat berguna bagi individu dan masyarakat. Untuk dapat menumbuhkembangkan potensi yang ada tersebut, maka
pendidikan itu perlu didukung oleh kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler merupakan suatu bentuk kegiatan belajar-
mengajar yang umumnya didapatkan individu di institusi-institusi pendidikan, seperti TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi.
Selain kegiatan belajar-mengajar kegiatan intrakurikuler dikenal pula adanya kegiatan ekstrakurikuler. Pada dasarnya, kegiatan ekstrakurikuler hanyalah
kegiatan yang mendukung kegiatan intrakurikuler. Namun, beberapa tahun belakangan terakhir institusi-institusi pendidikan telah menyadari akan pentingnya
keberlangsungan kegiatan ekstrakurikuler bagi para anak didiknya.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, kegiatan ekstrakurikuler sekarang telah dicantumkan atau dicatatkan penilaiannya dalam buku hasil belajar siswa raport. Hal ini
memperlihatkan bahwa fungsi kegiatan ekstrakurikuler terhadap kegiatan intrakurikuler amatlah penting bagi hasil belajar peserta didik.
Selain itu, dalam prakteknya kegiatan ekstrakurikuler tidak membuat para siswa kaku seperti ketika mengikuti kegiatan intrakurikuler di dalam kelas.
Karena pada dasarnya, pemilihan kegiatan ekstrakurikuler didasarkan atas minat dan bakat siswa itu sendiri. Sehingga, siswa melakukan aktivitas yang sesuai
dengan keinginannya. Tidak hanya itu, para siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang
sama, cenderung lebih banyak berinteraksi dengan anggota kelompok ekstrakurikulernya yang lain. Sebagai contoh, siswa yang memiliki kesukaan dan
minat pada seni tari akan lebih memilih bersosialisasi dengan temannya yang memiliki minat dan kesukaan yang sama. Karena dari hal tersebut membuat para
siswa lebih mudah bertukar pikiran, berdialog, atau berdiskusi untuk mengembangkan minat, bakat, dan pengetahuan dalam kegiatan ekstrakurikuler
yang diikuti. Di samping beberapa hal di atas, ada beberapa peserta didik yang memang
lebih menonjol dikegiatan ekstrakurikuler dibandingkan kegiatan intrakurikuler. Sehingga, beberapa peserta didik tersebut lebih memprioritaskan kegiatan
ekstrakurikuler yang kemudian mengakibatkan kegiatan intrakurikulernya terkesampingkan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan data kualitatif dan kuantitaif tersebut, maka dapat diperoleh gambaran mengenai keadaan para siswa. Kita dapat melihat apakah ada pengaruh
kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa terhadap hasil belajarnya, apakah ada pengaruh interaksi sosial siswa dengan hasil belajarnya, serta jika memang ada
seberapa besar kedua faktor tadi mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan latar belakang tersebut, maka untuk penulisan Tugas Akhir ini penulis memberikan
judul
“ANALISIS PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DAN INTERAKSI SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS 2 IPA SMA DHARMA PANCASILA MEDAN DENGAN METODE ANALISIS JALUR TAHUN 2013”.
1.2 Rumusan Masalah