2.9.3 Interaksi Sosial
2.9.3.1 Pengertian Interaksi Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk selalu berinteraksi dengan orang lain. Hal inilah yang menyebabkan manusia tidak bisa lepas dari keberadaan
orang lain yang ada di sekitarnya. Di dalam interaksi tersebut, terdapat suatu kontak dan komunikasi dengan orang lain, yang mendorong individu atau
sekolompok individu tersebut untuk saling berhubungan satu sama lain. Menurut Soekanto 2012, bentuk umum proses sosial adalah interaksi
sosial yang juga dapat dinamakan proses sosial karena interaksi sosial merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial
hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Jadi interaksi sosial dapat diartikan sebagai suatu hubungan timbal-balik antara individu-individu,
antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara individu dengan kelompok manusia yang menghasilkan aktivitas-aktivitas sosial.
Soekanto 2012 juga mengemukakan bahwa apabila dua orang bertemu, interaksi sosial telah dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat
tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.
Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena
masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan- perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan dan sebagainya. Semuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang
kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya. Dari kedua contoh yang telah dikemukakan di atas, dapat terlihat bahwa
interaksi sosial terjadi karena adanya kontak dan komunikasi antara pihak-pihak yang bersangkutan. Kontak dan komunikasi tersebut merupakan suatu syarat
terjadinya interaksi sosial. Dengan kata lain, interaksi sosial hanya berlangsung jika kedua belah pihak memberikan reaksi atas hubungan yang dilakukan.
Jadi dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan di atas, penulis kemudian menarik suatu kesimpulan mengenai pengertian interaksi sosial. Penulis
menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik, respon akibat adanya komunikasi dan kontak antara dua individu atau lebih.
2.9.3.2 Faktor-faktor Yang Mendasari Interaksi Sosial
Menurut Soekanto 2012 dalam “Pengantar Sosiologi”, ada beberapa faktor yang
mendasari berlangsungnya interaksi sosial, antara lain : 1. Imitasi
Faktor ini memiliki peranan penting dalam interaksi sosial. Karena imitasi dapat menimbulkan dorongan pada seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-
nilai yang berlaku. Namun di sisi lain, imitasi mungkin saja mengakibatkan terjadinya hal yang negatif jika sesuatu hal yag ditiru merupakan hal yang buruk
Universitas Sumatera Utara
atau negatif. Contohnya, seorang anak SMP merokok karena meniru temannya yang seorang perokok.
Imitasi juga dapat menyebabkan daya kreasi seseorang mati atau tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena orang tersebut hanya meniru setiap
perlakuansikap, dan sebagainya yang dianggap menarik oleh orang tersebut.
2. Sugesti Faktor ini berlangsung apabila seseorang memberi pandangan atau sesuatu sikap
yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda emosi, yang
menghambat daya berpikirnya secara rasional. Proses ini juga mungkin terjadi karena apabila orang yang memberikan
pandangan adalah orang yang berwibawa atau mungkin karena sifatnya yang otoriter. Atau mungkin juga karena orang yang memberikan pandangan
merupakan bagian dari suatu kelompok yang bersangkutan, atau masyarakat.
3. Identifikasi Identifikasi merupakan suatu proses kecenderungan-kecenderungan atau
keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk sama dengan pihak lain. Proses ini sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat
terbentuk karena proses ini. Namun, sebelum seseorang sampai pada proses identifikasi ini, mulanya orang tersebut melalui proses imitasi dan atau sugesti.
Proses ini berlangsung pada suatu keadaan dimana seseorang yang beridentifikasi benar-benar mengenal pihak lain yang menjadi idealnya sehingga
Universitas Sumatera Utara
pandangan, sikap maupun kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain tadi dapat melembaga dan bahkan menjiwai pada orang tersebut.
4. Simpati Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak
lain. Pada proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati ialah keinginan untuk memahami pihak lain dan
untuk bekerja sama dengannya. Banyak sekali contoh simpati yang dapat dilihat pada kehidupan nyata,
seperti seseorang yang menggalang dana untuk membantu konflik yang sedang terjadi di Palestina, juga seseorang yang meminjamkan uang kepada orang lain
untuk membantu mengatasi masalah orang tersebut, dan lain sebagainya. Kesemua contoh tersebut pada mulanya didasari akan perasaan iba atau rasa
kasihan akan penderitaan orang lain, sehingga timbul dorongan untuk membantu bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.
2.9.3.3 Interaksi Sosial Di Kalangan Remaja
Menurut Soekanto 2012, suatu tinjauan sosiologis didasarkan pada hubungan antar manusia, hubungan antar kelompok serta hubungan antar manusia dan
kelompok, di dalam proses kehidupan bermasyarakat. Di dalam hubungan- hubungan tersebut interaksi sosial, anak dan remaja merupakan salah satu pihak,
di samping adanya pihak-pihak lain yang saling mempengaruhi sehingga terbentuklah kepribadian-kepribadian tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam proses interaksi tersebut, terdapat proses sosialisasi yang bertujuan agar dipatuhi dan dimengertinya nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang
berlaku di masyarakat. Dalam proses sosialisasi yang khususnya tertuju pada anak-anak, banyak pihak yang berperan di dalamnya. Pihak-pihak tersebut yaitu
keluarga, kelompok sepermainan, dan atau kelompok pendidik sekolah. Secara psikologis, usia remaja merupakan usia dimana yang bersangkutan
sedang mencari identitasnya. Untuk itu, harus ada tokoh-tokoh ideal yang mampu memberikan contoh-contoh yang terpuji. Oleh karena itu, pada masa ini orangtua
diharapkan dapat memberikan atau menanamkan pengertian kepada anaknya yang sedang dalam masa remaja, karena pada masa ini pergaulan remaja ruang
lingkupnya bertambah luas baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pergaulan tersebut dapat membentuk kepribadian yang baik maupun yang
buruk, hal ini bergantung pada penerimaan yang bersangkutan terhadap hal-hal yang berlangsung di dalam lingkungannya. Remaja akan senantiasa selalu
mencari hal-hal baru atau mengadaptasi, bahkan meniru segala hal yang dianggapnya menarik dari lingkungan sekelilingnya.
Remaja yang tidak memiliki hubungan yang erat dengan orangtuanya, seringkali mendapatkan contoh-contoh yang tidak terpuji dari lingkungan
disekitarnya. Hal ini, dikarenakan tidak adanya peran orangtua yang senantiasa menanamkan dan memberikan pengertian serta sebagai penimbang mengenai
pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar. Oleh karena itu, orangtua harus selalu mengarahkan anaknya agar mentaati nilai-nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang