Visi dan Misi Lembaga Strategi Lembaga Struktur Organisasi Periode 2010 – 2015 Bagan 4.1 Latar Belakang Berdirinya Lembaga

4. Pendidikan Hukum dan Politik 5. Pendidikan Narkoba dan HIVAIDS 6. Pendidikan Penyadaran Keluarga Harmonis 7. Pendidikan UU Pertanahan B. Kegiatan Pengembangan Ekonomi Masyarakat 1. Peternakan Ayam 2. Peternakan Lembu 3. Peternakan Babi 4. Sekolah Lapangan Jeruk 5. Sekolah Lapangan Sayuran C. Kegiatan Infrastruktur 1. Pembangunan Sarana Air Minum CU Syaloom, April 2014

4.6. Yayasan Ate Keleng Partisipasi Pembangunan Parpem

Yayasan Ate Keleng YAK adalah salah satu unit kerja bidang pelayanan Gereja Batak Karo Protestan yang didirikan tahun 1975. Didirikan atas dasar adanya kesadaran Gereja melihat persoalan kehidupan masyarakat dalam bidang politik, ekonomi dan social budaya, dengan daerah pelayanan yang tersebar di Kab. Deliserdang, Karo, Dairi, Langkat, Simalungun, Serdang Bedagai, Kodya Medan Binjai, Kepulauan Riau.

4.6.1. Visi dan Misi Lembaga

1. Visi: Masyarakat mandiri dan mampu menggunakan hak-hak dan kewajibannya secara kritis untuk meningkatkan kesejahteraan. 2. Misi: Meningkatkan ekonomi dan kesadaran hak-hak masyarakat secara partisipatif dengan menggali potensi lokal. Universitas Sumatera Utara

4.6.2. Strategi Lembaga

Pendekatan yang partisipatif untuk membangun basis organisasi rakyat melalui Credit Union CU dan pembangunan prasarana desa yang dikelola oleh masyarakat.

4.6.3 Struktur Organisasi Periode 2010 – 2015 Bagan 4.1

Struktur Organisasi Yayasan Ate Keleng

4.6.4. Latar Belakang Berdirinya Lembaga

Yayasan Ate Keleng Parpem Partisipasi Pembangunan merupakan salah satu unit kerja bidang pelayanan Gereja Batak Karo Protestan yang didirikan tahun 1975. Dengan Visi membentuk masyarakat yang transformatif dalam artian krisis, berdaulat dan sejahtera. Untuk mewujudkan visinya lembaga melakukan pendekatan partisipatif dengan melibatkan Universitas Sumatera Utara masyarakat sepenuhnya serta perspektif keadilan gender guna menumbuhkan kesadaran masyarakat akan hak-haknya. Pada masa dekade awal perkembangan, nama Parpem ialah Departemen Pelayanan Pembangunan Depelpem, kemudian pada dekade kedua berubah menjadi Departemen partisipasi pembangunan Deparpem. Hingga pada dekade ketiga berubah lagi menjadi Yayasan Ate Keleng YAK yang lebih dikenal dengan nama Parpem Partisipasi Pembangunan. Berdrinya Parpem lebih pada proses melembagakan pelayanan gereja terhadap masyarakat. Dibentuk karena terjadi perubahan tata gereja pada tahun 1975, yang disadari bahwa sudah saatnya peran sosial gereja dilembagakan mengingat beberapa pendeta telah aktif melakukan pemecahan masalah-masalah sosial dipedesaan. Adanya pelayanan gereja tidak hanya dalam perspektif theologis namun juga strategis dan implementasinya bagi masyarakat dalam melihat persoalan dibidang ekonomi, politik dan sosial budaya. Interaksi dengan masyarakat desa, baik di dalam maupun di luar gereja serta kepedulian terhadap realitas sosial masyarakat membuat Parpem menjadi bagian dari struktur GBKP yang mempunyai ciri khas dalam melakukan pemberdayaan sebagai bentuk pelayanan terhadap masyarakat. Parpem memang bukan satu-satunya Departemen yang mempunyai perhatian terhadap masalah sosial dan bermasyarakat dalam struktur GBKP. Ada Departemen Diakoni, yang mempunyai tugas memberikan pelayanan sosial. Namun Diakoni dikhususkan hanya pada jemaat gereja, lain halnya dengan Parpem, melayani masyarakat tanpa membedakan agama. Keyakinan bahwa komunitas desa mempunyai potensi untuk menyelesaikan masalahanya sendiri melalui sumber daya yang tersedia di komunitasnya, menjadi kata kunci model pemberdayaan desa yang diterapkan Parpem. Bentuk programnya ialah menggali dan memanfaatkan potensi desa untuk kepentingan kemandirian desa itu sendiri. Melestarikan Universitas Sumatera Utara nilai-nilai lokal yang hampir punah, seperti Gotong Royong. Pemanfaatan aliran sungai sebagai pembangkit listrik dan mengoptimalkan fungsi aliran sungai sebagai sumber air minum SAM yang mudah diakses, serta mengumpulkan dana dalam bentuk Credit Union. Proses panjang yang dialami Parpem mulai berdiri hingga sekarang terus mengalami penyesuaian. Dinamika implementasi program, perubahan kelembagaan dan pergantian kepeminpinan menyiratkan pergumulan yang tak putus-putus yang dihadapi Parpem. Dinamika ini digolongkan dalam tiga era, yakni: Era pertama, disebut sebagai era meletakkan dasar pijakan berlangsung dalam kurun waktu dekade pertama dan dekade kedua. Era kedua disebut era mengawali kemandirian desa Parpem sudah mencapai titik kesesuaian dan sudah berjalan dengan sistem yang tergolong padu antara program dan semangat pemandirian, khususnya pemandirian dibidang ekonomi. Era ketiga, disebut era menuju organisasi petani. Mulai dibentuk organisasi petani untuk mengambil peran yang lebih strategis dalam memperjuangkan kepentingan petani-petani. Butuh waktu sekitar 15 tahun sejak berdirinya Parpem agar menjadi lembaga yang tepat ditengah-tengah masyarakat. Tidak hanya bermodal keprihatinan, namun juga perlu tindakan kongkrit. Oleh karena itu strategi dan upaya terus diformulasikan. Pada era ini, kegiatan utama Parpem berpusat pada upaya melepaskan masyarakat dari kesulitan pangan dan akses terhadap kebutuhan dasar dan terhadap dunia luar. Upaya yang dilakukan adalah program pelatihan dan kredit program pertanian-peternakan dan pembangunan infrastruktur, air, listrik dan jalan. Strategi Parpem untuk menembus masyarakat dilakukan dengan memakai tradisi Karo, yaitu ikatan marga yang dinamakan pertuturen. Dampaknya adalah muncul rasa kekeluargaan. Dengan demikian, Parpem dapat memasuki desa tanpa kesusahan. Media yang digunakan untuk pertemuan ke desa-desa ialah jambur maupun gereja. Ketika berada di desa, Parpem bersama dengan masyarakat berdiskusi mengenai masalah yang terjadi di desa. Universitas Sumatera Utara Bagaimanan penyelesaiannya, kontribusi apa yang bisa dilakukan, hingga dukungan apa yang bisa diberikan oleh Parpem. Dari pertemuan inilah kemudian diketahui persoalan masyarakat desa dan menjadi program unggulan Parpem, yakni peningkatan produksi pertanian dan pembangunan infrastruktur. Kedua hal ini dianggap masalah paling krusial dan memerlukan pemecahan. Pada masa itu, CU dianggap program pinggiran karena pengumpulan dana yang terlalu lama dan sulit membantu mengeluarkan desa dari kemiskinannya. Terkait persoalan produksi pertanian, upaya yang dilakukan Parpem untuk mengatasinya ialah melalui kredit pertanian. Dana dipinjamkan kepada masyarakat, digunanakan untuk memulai usaha. Sedangkan untuk pembangunan infrastruktur sumber daya dan potensi desa digali, sumber daya yang ada diantaraya aliran sungai dikelola sebagai sumber energi listrik, sumber irigasi untuk pertanian dan sumber air minum untuk kebutuhan rumah tangga. Pengerjaan proyek ini tentunya melibatkan partisipasi masyarakat sepenuhnya, dana pengerjaan proyek difasilitasi oleh Parpem yang diperoleh dari lembaga penyedia donor. Parpem mendapat dukungan dana dari gereja-gereja di dalam dan luar negeri melalui kolekte. Kemudian ada dukungan dari BOGM Board of Global Mision, yang mendukung program pertanian. Dukungan dari Pelayanan Pembangunan Dewan Gereja Indonesia Pelpem DGI untuk proyek infrastruktur. Kemudian ada EZE atau EED yang dikenal dengan dukungan program terintegrasi Integrated Program. Sejak tahun 1985 kerjasama Parpem dengan EZE meliputi seluruh program dan dukungan terhadap pengembangan kelembagaan. Karena program Kredit Pertanian tidak memberikan dampak memandirikan masyarakat, Konsep Credit Union kembali diperkenalkan. Credit Union lebih berorientasi pada proses pengumpulan dana menjadi salah satu fokus program yang dianggap penting dalam upaya membangun kemandirian desa. Terlebih lagi CU dapat menjadi bank bagi kaum miskin dan tidak mempunyai agunan pinjaman selain kepercayaan. Kelompok- kelompok Universitas Sumatera Utara yang telah ada di masyarakat menjadi jalan mudah masuknya CU. Dalam waktu kurang lebih 2 tahun, telah terbentuk 38 kelompok CU di desa dampingan Parpem. Karena usaha yang dilakukan terus-menerus dengan mensosialisasikan CU, CU berkembang begitu cepat, sehingga membawa pengaruh cara pandang terhadap program- program lain. CU dipandang sebagai basis utama dari semua program yang telah terbentuk sebelumnya, CU bahkan dapat mengendalikan program-program lain. Ide CU sebagai basis organisasi karena dianggap guru bagi program-program yang sudah terbentuk. Keberadaan CU memberikan dampak yang besar bagi masyarakat, lepasnya desa dari jeratan rentenir dan bangkitnya rasa percaya diri bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk mandiri secara ekonomi. Hingga saat ini CU menjadi bagian penting dalam parpem dan CU menjadi jalan masuk bagi semua kegiatan yang ada di Parpem.

4.7. Program YAK