pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka panjang akan dapat membentuk sistem dalam masyarakat yang mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
7. Tahap Terminasi
Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran Adi, 2003.
2.5.8 Pemberdayaan KelompokIntervensi Mikro
Pemberdayaan dikenal dua bentuk intervensi sosial yang dikembangkan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat, intervensi di level Mikro Individu, Keluarga dan
kelompok dan Intervensi di level Makro Komunitas dan Organisasi. Intervensi mikro merupakan bentuk intervensi yang memusatkan pada Metode Bimbingan Sosial Perorangan
social casework dan Bimbingan Sosial Kelompok social groupwork. Sedangkan Intervensi makro merupakan bentuk intervensi yang digunakan guna melakukan perubahan
dan pemberdayaan pada tingkat komunitas dan organisasi Adi, 2003. Intervensi mikro merupakan bentuk intervensi yang memberikan pelayanan sosial
bagi individu maupun kelompok yang mengalami masalah sosial. Terkait upaya pemberdayaan, intervensi dilakukan melalui kelompok sehingga nantinya mereka dapat
menjalankan fungsi sosialnya. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan melalui intervensi mikro antara lain, dikemukanan Siagian 2012 dalam rangka mengatasi masalah kemiskinan
di Indonesia: 1.
Kebijakan yang seragam yang berlaku di seluruh indonesia dan gai seluruh masyarakat indonesia tidak akan efektif, harus dihentikan serta dicegah
2. Pendekatan aparatur dengan masyarakat. Misalnya, aparatur pertanian, peternakan
dan perikanan yang selama ini banyak di kantor harus meninggalkan kantornya dan secara intensif berinteraksi dan melayani petani, peternak dan pelaku sub sektor
Universitas Sumatera Utara
perikanan. Selama ini para petani, dibiarkan sendiri menghadapi masalah yang dihadapi yang justru diluar kapasitas yang dimiliki.
3. Aparatur perdagangan melihat kondisi pasar secara akurat dan detail untuk dijadikan
referensi dalam menetapkan kebijakan. 4.
Melakukan program pemberdayaan masyarakat yang benar dan komprehensif, sehingga masyarakat mengalami perubahan dari yang sebelumnya powerless menjadi
powerfull, dibuktikan dengan kemampuan menjalankan fungsi sosial secara baik. 5.
Menumbuhkembangkan pengetahuan dan ktrampilan masyarakat setempat yang benar-benar sesuai dengan potensi alam sekitar. Lebih dalam lagi diterapkan
pengembangan teknologi local spesific, dengan demikian masyarakat mampu mengelola sumber daya alam yang ada disekitarnya dengan baik, sekaligus menjamin
pendapatan yang memadai sehingga masyarakat tidak dalam kondisi miskin 6.
Menumbuhkembangkan budaya baca bagi masyarakat khususnya masyarakat desa. 7.
Membentuk kelompok-kelompok masyarakat yang bersifat khusus dengan aktivitas khusus pula, seperti kelompok budidaya ikan lele, kelompok budidaya ikan mas,
kelompok budidaya ikan mujahir, kelompok budidaya bawang, kelompok budidaya cabai. Kelompok-kelompok masyarakat ini dibina, dan jika perlu diberi kesempatan
studi banding ke daerah-daerah lain. 8.
Mendatangkan instruktur-instruktur teknologi dan personality building secara berkala ke desa-desa, sehingga budaya menerima keadaan apa saja berubah menjadi sikap
optimis akan hidup yang lebih baik. Mas’oed 1999 menyatakan tahapan intervensi kelompok melalui beberapa proses:
1. Pengenalan kelompok baik sosial maupun ekonomi dan budaya sehingga tergali ide-
ide dan maunya kelompok 2.
Identifikasi lingkungan dan kemampuan ekonomi kelompok
Universitas Sumatera Utara
3. Latihan dan penyuluhan tentang budidaya, teknologi pasca panen dan tentang pasar
serta bagaimana menyusun rencana kerja dalam bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan oleh kelompok.
4. Menyusun rencana kerja, implementasi hingga menjual hasil panen dalam hal ini
kelompok mengaktualisasikan diri sesuai dengan tugasnya 5.
Evaluasi kegiatan kelompok yakni mengoreksi kesalahan untuk melakukan perbaikan
2.6. Kegiatan Pemberdayaan Kelompok