2.5.2 Proses Pemberdayaan
Proses pemberdayaan pada intinya dilakukan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan yang terkait
dengan diri mereka termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dan melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang dimiliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya Payne dalam Adi 2003.
DuBois Miley dalam Fahrudin 2012 menyatakan beberapa unsur yang menandai proses pemberdayaan:
1. Memusatkan pada kekuatan-kekuatan. Walaupun menyadari adanya masalah dan
kekurangan-kekurangan pada diri individu maupun kelompok, pelaku pemberdayaan menekankan adanya kekuatan-kekuatan dan kemampuan-kemampuan yang ada pada
mereka untuk dikembangkan lebih lanjut. Menekankan kekuatan dan kemampuan yang ada pada klien lebih dapat mendorong mereka untuk melakukan perubahan atas
situasinya ketimbang mengemukakan masalah dan kekurangan-kekurangannya. 2.
Bekerja secara kolaboratif atau partisipatif. Klien harus terlibat secara integral dalam proses perubahan, mulai dari merumuskan situasi sampai pada penentuan tujuan,
memilih rangkaian tindakan, dan mengevaluasi hasilnya. Klien dipandang sebagai kolega, atau bahkan sebagai ahli dan konsultan dalam proses perubahan atas
situasinya. 3.
Secara kritis memikirkan tentang pengaturan struktural. Pelaku pemberdayaan perlu memeriksa secara kritis pengaturan sosiopolitis yang mungkin membatasi akses pada
sumber-sumber dan kesempatan-kesempatan. Pemikiran kritis mempertanyakan pengaturan struktural yang ada, distribusi kekuatan dan kewenangan, dan akses pada
sumber-sumber dan kesempatan-kesempatan.
Universitas Sumatera Utara
4. Menghubungkan kekuatan pribadi meliputi kemampuan individu untuk mengontrol
kehidupannya dan mempengaruhi lingkungannya. Kekuatan politis adalah kemampuan untuk mengubah sistem, mendistribusikan kembali sumber-sumber,
membuka struktur kesempatan, dan mengorganisasi kembali masyarakat. Berpartisipasi dalam perumusan kebijakan sosial merupakan jalan untuk
melaksanakan kekuatan politik untuk perubahan sosial yang konstruktif. Pemberdayaan sebagai proses memiliki lima dimensi yaitu:
1. Enabling, yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat struktural dan kultural yang menghambat.
2. Empowering adalah penguatan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuhkembangkan segenap kemampuan dan
kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian. 3.
Protecting, yaitu melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok-kelompok kuat dan dominan, menghindari persaingan
yang tidak seimbang, mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap yang lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi
dan dominasi yang tidak menguntungkan masyarakat kecil. Pemberdayaan harus melindungi kelompok lemah, minoritas dan masyarakat terasing.
4. Supporting, yaitu pemberian bimbingan dan dukungan kepada masyarakat lemah agar
mampu menjalankan peran dan fungsi kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin
lemah dan terpinggirkan.
Universitas Sumatera Utara
5. Fostering, yaitu memelihara kondisi kondusif agar tetap terjadi keseimbangan
distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keseimbangan dan keselarasan yang memungkinkan setiap orang
memperoleh kesempatan usaha Suharto, 2005
2.5.3 Pendekatan Pemberdayaan Pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu: