BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Dampak
Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik sosial, ekonomi, fisik, kimia maupun biologi. Sedangakan
menurut KBBI dampak adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu orang, benda yang
ikut membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang. Adapun dampak memberikan pengaruh berupa:
1. Dampak Positif yaitu dampak yang berpengaruh positif.
2. Dampak Negatif yaitu dampak yang berpengaruh negatif.
3. Dampak Langsung yaitu dampak yang dirasakan langsung dan berkaitan dengan
dampak positif. 4.
Dampak tidak langsung yaitu dampak tidak langsung yang dirasakan dengan adanya suatu pengaruh.
2.2. Kemiskinan 2.2.1 Pengertian Kemiskinan
Memahami kemiskinan tidak cukup dari satu aspek saja, mengingat kemiskinan itu multideminsi apabila dilihat dari kondisi kebutuhan manusia yang juga beragam. Kemiskinan
mencakup dimensi kerentanan, ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan. Kemiskinan memiliki berbagai dimensi, yaitu:
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar pangan, sandang dan papan
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya kesehatan, pendidikan,
sanitasi, air bersih dan transportasi
Universitas Sumatera Utara
3. Tidak adanya jaminan masa depan karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga 4.
Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal. 5.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber alam 6.
Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat 7.
Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental
9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial Suharto, dkk, 2004
Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan satu sama lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kemiskinan dapat diukur dengan adanya standart kebutuhan hidup
layak dan yang miskin adalah manusianya. Lebih dalam lagi, jika kemiskinan ditinjau dari sandart kebutuhan hidup yang layak atau pemenuhan kebutuhan pokok, maka kemiskinan
adalah suatu kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok atau kebutuhan- kebutuhan dasar yang disebabkan kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang
dibutuhkan dalam upaya memenuhi sndart hidup yang layak. Ditinjau dari segi pendapatan, dapat didefinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi
kurangnya pendapatan sebagai modal untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Apabila ditinjau dari segi kesempatan, maka kemiskinan merupakan dampak dari
ketidaksamaan kesempatan memperoleh dan mengakumulasikan basis-basis kekuatan sosial, seperti:
a. Keterampilan yang memadai
b. Informasi dan berbagai pengetahuan yang bermanfaat bagi kemajuan hidup
c. Jaringan-jaringan sosial
d. Organisasi-Organisasi sosial dan politik
Universitas Sumatera Utara
e. Sumber-sumber modal yang diperlukan dalam upaya peningkatan pengembangan
kehidupan. Kemiskinan dalam perspektif ekonomi, didefinisikan sebagai kekurangan sumber
daya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan. Sementara Kemiskinan dalam perspektif kesejahteraan sosial mengarah pada
keterbatasan individu atau kelompok dalam mengakses jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas. Ada 2
faktor yang menjadi penghambat keterbatasan individu untuk mendapatkan kesempatan, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal bersumber dari diri individu, disebabkan
karena rendahnya tingkat pendidikan dan adanya hambatan budaya mengakibatkan seseorang tidak mendapat kesempatan untuk meningkatkan produktivitasnya. Sedangkan Faktor
eksternal berasal dari luar individu, seperti birokrasi atau peraturan-peraturan yang dapat menghambat seseorang mendapatkan sumber daya.
Sementara Mencher dalam Siagian 2012 mengemukakan, kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga
mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. Dalam
hal ini dipahami bahwa kemiskinan terjadi karena seseorang atau sekelompok orang tidak lagi mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya atau wilayah mengalami
penurunan produksi.
2.2.2. Ciri-ciri Kemiskinan
Adapun ciri-ciri kemiskinan itu yakni: 1.
Tidak memiliki faktor produksi, seperti tanah yang luas, modal yang memadai dan keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh asset produksi
dengan kekuatan sendiri sehingga aktivitas hanya berorientasi pada pemenuhan konsumsi semata.
3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, dimana seseorang tidak mempunyai
pengetahuan yang cukup untuk memperoleh kesempatan kerja. 4.
Penduduk miskin pada umumnya tergolong kedalam kategori setengah menganggur, yang disebabkan karena pendidikan dan keterampilan yang rendah membuat mereka
sulit mendapat akses diberbagai sektor formal. 5.
Mereka yang datang dari desa ke kota dengan maksud mencari pekerjaan, namun tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai dalam berbagai bidang
pekerjaan.
2.2.3. Indikator kemiskinan
Dalam laporan PBB 1 berjudul Report on International Definition and Measurement of Living, badan dunia tersebut menetapkan 12 jenis komponen yang digunakan sebagai
dasar memperkirakan kebutuhan manusia, meliputi: 1.
Kesehatan, termasuk kondisi demografi 2.
Makanan dan Gizi 3.
Pendidikan, termasuk literacy dan skill 4.
Kondisi pekerjaan 5.
Situasi kesempatan kerja 6.
Konsumsi dan tata hubungan aggregatif 7.
Pengangkutan 8.
Parumahan, termasuk fasilitas-fasilitas perumahan 9.
Sandang 10.
Rekreasi dan hiburan
Universitas Sumatera Utara
11. Jaminan sosial
12. Kebebasan manusia
Departemen sosial dalam rangka menetapkan sasaran pelayanan kesejahteraan sosial, dirumuskan indikator yang merefleksikan tingkat kemiskinan yang ada di masyarakat,
diantaranya: 1.
Penghasilan rendah atau berada dibawah garis sangat miskin yang diukur dari tingkat pengeluaran perorangan perbulan berdasarkan standar BPS per wilayah provinsi dan
kabupatenkota. 2.
Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin seperti zakat beras untuk miskin santunan sosial.
3. Keterbatasan kepemilikan pakaian untuk setiap anggota keluarga pertahun hanya
mampu memiliki satu stel pakaian lengkap perorang pertahun. 4.
Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit. 5.
Tidak mampu membiayai pendidikan dasar sembilan tahun anak-anaknya. 6.
Tidak memiliki harta asset yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau dijual untuk membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis sangat miskin.
7. Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40 tahun
akibat tidak mampu mengobati penyakit sejak awal. 8.
Ada anggota keluarga usia 15 tahun ke atas yang buta huruf. 9.
Tinggal dirumah yang tidak layak huni. 10.
Luas rumah kurang dari 4 meter persegi. 11.
Kesulitan air bersih. 12.
Rumah tidak mempunyai sirkulasi udara. 13.
Sanitasi lingkungan yang kumuh atau tidak sehat Departemen Sosial, 2006
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Faktor Penyebab Kemiskinan
Secara umum ada dua faktor penyebab kemiskinan, yaitu: 1.
Faktor Internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu yang mengalami kemiskinan yang secara substansial adalah dalam bentuk
kekurangmampuan, meliputi: a.
Fisik, misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan. b.
Intelektual, seperti kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi c.
Mental emosional atau tempramental, seperti malas, mudah menyerah dan putus asa
d. Spiritual, seperti tidak jujur, penipu, serakah, dan tidak disiplin
e. Sosial psikologis, seperti kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi, stress,
kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan. f.
Keterampilan, seperti tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja
g. Asset, seperti tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan,
kendaraan dan modal kerja 2.
Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu
menjadikannya miskin, meliputi: a.
Terbatasnya pelayanan sosial dasar b.
Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat memenuhi kebutuhan hidup
c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha
sektor informal
Universitas Sumatera Utara
d. Kebijakan perbankan terhadap pelayanan kredit mikro dan tingkat bunga yang
tidak mendukung sektor usaha mikro e.
Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak
f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum
optimal, seperti zakat g.
Dampak sosial negatif dari program penyesuaian struktural srtructural adjusment program
h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan
i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana
j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material.
k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata
l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin
2.3. Koperasi Simpan PinjamCredit Union 2.3.1 Pengertian Koperasi
Koperasi menurut Undang-Undang Koperasi tahun 1967 No. 12 tentang pokok-pokok Perkoperasian adalah: organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-
orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Tujuan dari koperasi sendiri adalah
memajukan kesejahteraan khususnya anggota dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang berperan serta untuk mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, makmur dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai
Universitas Sumatera Utara
usaha bersama atas asas kekeluargaan. Koperasi sebagai badan usaha harus mampu mengembangkan usaha dan kelembagaan termasuk menciptakan profit, benefit dan efisiensi
serta meningkatkan kesejahteraan anggota. Koperasi sebagai badan usaha berbeda dengan badan usaha lainnya dan secara spesifik memiliki prinsip-prinsip dan nilai-nilai koperasi,
dimana didalamnya terkandung unsur-unsur moral dan etika. Nilai-nilai yang terkandung dalam koperasi yaitu menolong diri sendiri dan percaya pada diri sendiri serta kebersamaan
dalam lembaga koperasi. Kekuatan pokok koperasi terletak pada kepercayaan dan kebersamaan anggota. Oleh karena itu partisipasi dan peran aktif anggota perlu diperkokoh
dan ditumbuh kembangkan. Sifat keanggotaan koperasi adalah sukarela dan terbuka, yang mana setiap anggota koperasi tidak boleh dipaksakan, anggota koperasi dapat mengundurkan
diri dari keanggotaannya serta sifat terbuka mengandung makna keanggotaan tidak dilakukan pembatasan dalam bentuk apapun Sinaga, Pariaman dkk, 2008.
Dalam UU RI No. 25 Tahun 1992 Pasal 16 dinyatakan bahwa, jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Dasar untuk
menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktifitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya, seperti Koperasi Konsumsi, Koperasi Kredit Koperasi Simpan Pinjam,
Koperasi Produksi, Koperasi Jasa dan Koperasi Serba Usaha. Koperasi berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan. Dimana asas kekeluargaan
ialah mencerminkan adanya kesadaran dari budi hati nurani manusia untuk bekerja sama dalam koperasi oleh semua untuk semua, di bawah pimpinan pengurus serta pemilikan dari
pada anggota atas dasar keadilan dan kebenaran serta keberanian berkorban bagi kepentingan bersama. Sedangkan asas kegotong-royongan berarti bahwa pada koperasi terhadap
keinsyafan dan semangat bekerja sama, rasa bertanggung jawab bersama tanpa memikirkan diri sendiri melainkan selalu untuk kesejahteraan bersama.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mewujudkan pembangunan menuju masyarakat sejahtera sebagaimana tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu tercapainya masyarakat yang adil dan
makmur baik materiil maupun spiritual adalah dengan berkoperasi. Sistem perkoperasin yang dimaksud adalah koperasi yang mendorong adanya produktifitas setiap anggota koperasi
Firdaus Susanto, 2004 Kegiatan koperasi yang menekankan produktifitas setiap anggota adalah Koperasi
Simpan Pinjam. Dimana ada usaha yang dilakukan yaitu mengumpulkan uang untuk dijadikan modal koperasi. Modal yang ada dipinjamkan kepada sesama yang menjadi anggota
koperasi dan pinjaman digunakan untuk tujuan produktif dan bermanfaat bagi peminjam.
2.3.2 Koperasi Simpan Pinjam atau Credit Union
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan para anggota secara teratur dan terus-menerus untuk
kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Unit koperasi Simpan Pinjam adalah Credit Union
Anoraga Widiyanti, 2007: 23. Credit Union pertama kali diperkenalkan oleh Friedrich Wilhelm Raiffeisen sebagai
solusi mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi akibat revolusi industri di jerman pada abad 19. CU merupakan sebuah lembaga keuangan yang bergerak dibidang simpan pinjam
dengan tujuan memberdayakan masyarakat anggotanya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. Konsep CU yang kembangkan beliau ialah kaum miskin harus dibantu oleh
sesama kaum miskin juga. Kaum miskin mengumpulkan uang secara bersama-sama untuk dipinjamkan kepada sesama mereka yang membutuhkan dan pinjaman digunakan untuk
tujuan produktif dan bermanfaat. Pinjaman diberikan atas dasar kepercayaan.
CU berasal dari bahasa Latin “credere” yang artinya percaya dan “union” atau “unus” berarti kumpulan. Sehingga “Credit Union” memiliki makna kumpulan orang yang saling
Universitas Sumatera Utara
percaya, dalam suatu ikatan pemersatu dan sepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota dengan tujuan
produktif dan kesejahteraan. CU didirikan untuk memberikan kesempatan kepada anggota-anggotanya
memperoleh pimjaman dengan mudah dan dengan bunga yang ringan. Untuk dapat memberikan pinjaman, Koperasi memerlukan modal. Modal koperasi yang utama adalah
simpanan anggota sendiri. Dari uang simpanan yang dikumpulkan bersama-sama itu diberikan pinjaman kepada anggota yang perlu dibantu.
Fungsi pinjaman dalam CU adalah sesuai dengan tujuan-tujuan koperasi pada umumnya, yaitu untuk memperbaiki kehidupan para anggotanya. Dalam memberikan
pelayanan-pelayanan itu pengurus CU selalu berusaha supaya bunga ditetapkan serendah mungkin agar dirasakan ringan oleh para anggotanya. Selain itu pengurus CU harus
memperhatikan agar pinjaman itu betul-betul digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat Ibid, dalam Anoraga Widiyanti 2007.
Selain mudah memperoleh pinjaman dengan suku bunga rendah, CU memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk berinvestasi dalam skala kecil. Bagaiman menyimpan
uang dan kemudian menggunakannya untuk keperluan yang bermanfaat. Kehadiran CU juga dapat menjadi jalan bagi masyarakat untuk mengenal lembaga keuangan yang lebih besar
sehingga mereka punya pemahaman mengenai tabungan dan melakukan pinjaman. Sebagai lembaga keuangan yang didirikan secara bersama untuk mengubah nasib
anggotanya, CU memegang prinsip bahwa CU dibentuk karena ada sekelompok orang yang merasa senasib dan menyadari bersama nasib mereka harus diperbaiki. Kebersamaan di CU
diwujudkan dengan menyimpan dan memberikan pinjaman kepada anggota yang paling memerlukan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Anggota Credit Union
Berdasakan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, anggota koperasi begitu juga dengan CU adalah pemilik dan seklaigus pangguna jasa CU. Sebagai pemilik dan pengguna
jasa CU, anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan CU. Anggota CU adalah setiap warga negara Indonesia pemilik sekaligus pengguna jasa CU yang mampu melakukan tindakan
hukum atau CU yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar.
Untuk menjadi anggota CU diwajibkan membayar uang pangkal sebesar Rp. 25.000, simpanan pokok Rp. 25.000 dan Simpanan Wajib minimal Rp. 20.000. Aturan menyimpan
dilakukan setiap bulan atau sebulan sekali, disesuaikan aturan kelompok CU. Anggota yang meminjam diberlakukan pinjaman 3 kali saham. Dana uang pangkal dipakai untuk membeli
buku dan gaji untuk pengajar dalam melakukan pendidikan. Adapun Syarat-syarat untuk menjadi anggota CU adalah:
1. Mampu berpartisipasi aktif dalam CU
2. Memanfaatka pelayanan-pelayanan yang diberikan CU
3. Bersedia menaati peraturan-peraturan CU terutama untuk menabung terus menerus
4. Yang lebih bersifat normatifnya, mempunyai ikatan kepentingan yang sama, seperti
anggota lain Keanggotaan CU dapat lebih dari satu orang dalam sebuah keluarga, karena
keanggotannya adalah perorangan maka setiap orang dalam sebuah keluarga dapat menjadi anggota CU. Hendaknya tujuan mereka bukannya untuk mendapatkan pinjaman sebanyak
mungkin. Seseorang yang ingin menjadi anggota CU harus mendapatkan pendidikan tentang dasar-dasar CU. Dasar dan prinsip CU Koperasi yang terpenting adalah:
1. Pengendalian secara demokratis
2. Keanggotaan yang terbuka
3. Bunga terbatas atas modal
Universitas Sumatera Utara
4. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota secara proporsional
5. Pembayaran secara tunai atas transaksi perdagangan
6. Tidak menjual barang palsu
7. Mengadakan pendidikan kepada anggota atas asas koperasi dan perdagangan yang
saling membantu 8.
Netral terhadap agama dan politik
2.4. Lembaga Swadaya Masyarakat
LSM adalah bentuk organisasi yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja untuk memberdayakan sekelompok masyarakat. Lebih dalam lagi, melalui LSM sekelompok
minoritas kreatif menganalisis, merencanakan dan melakukan sesuatu bagi mayoritas masyarakat pasif Dominggo, 2004.
Dalam perspektif ilmu kesejahteraan sosial, LSM disebut juga Lembaga Kesejahteraan Sosial. Dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial mendefinisikan Lembaga kesejahteraan Sosial sebagai organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk
oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Lembaga kesejahteraan sosial berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan
bangsa dan negara. Sebagai makhluk
yang selalu hidup bersama-sama, manusia
membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai
sendiri. Pemerintah melalui Instruksi Mentri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1990 tentang
pembinaan Lembaga Swadaya Masyarakat, mendefinisikan LSM sebagai lembaga yang anggotanya yakni masyarakat warga negara Republik Indonesia yang secara suka rela atau
kehendak sendiri berniat serta bergerak di bidang tertentu yang ditetapkan oleh organisasi lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan
Universitas Sumatera Utara
kesejahteraan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya Siagian, 2007.
2.5. Pemberdayaan 2.5.1 Pengertian Pemberdayaan