4.3.2. Sarana Pendidikan
Desa Tanjung Purba tidak memiliki sarana pendidikan, hanya ada bangunan sekolah untuk PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. Hal ini dikarenakan sarana pendidikan ada di
Desa Induk Pemekaran yaitu Desa Cingkes. Terdapat sekolah SD di Cingkes yang jaraknya tidak jauh dari Desa Tanjung Purba Kepala Desa, April 2014.
4.4. Sistem Pemerintahan Desa
Berdasarkan informasi yang diketahui peneliti dari Sekretaris Desa Tanjung Purba, susunan perangkat Desa setelah Pemekaran adalah sebagai berikut:
I. Perangkat Nagori Tanjung Purba
1. Pangulu
: Johan 2.
Sekretaris Nagori :Samuel Tarigan
3. Kepala Urusan pemerintahan dan Kemasyarakatan : Jaya Ginting
4. Kepala Urusan Perekonomian dan Pembangunan
:Junedi Tarigan 5.
Kepala Urusan Administrasi dan Keuangan Nagori : Parlindungan Tarigan II.
Gamot Huta: 1.
Huta Rumah Simbelang :Jondri Tarigan
2. Huta Rumah Jahean
:Nelson Tarigan 3.
Huta Rumah Juluan :Sentosa Tarigan
III. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagori
1. Ketua
:Marolop Tarigan 2.
Wakil Ketua :Erson Tarigan
3. Sekretaris
:Jonriko Togatorop 4.
Wakil Sekretaris :Eliarosa Br Perangin-angin
5. Bendehara
:Randal Br Tarigan
Universitas Sumatera Utara
6. Bidang-bidang
1 Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME :Samuel Zamasi
2 Pembangunan
:Dolatta Sinulingga 3
Peningkatan SDM dan Ekonomi Keluarga :Pergunanta Sembiring
4 Sosial Budaya
:Kadir Ginting 5
Pemuda Olahraga Seni :Irwanta Barus
6 Pemberdayaan Perempuan PKK
:Relida Br Barus
IV. Maujana Nagori
1. Ketua
:Tiru Sembiring 2.
Wakil Ketua : Keriahen Sembiring
3. Sekretaris
: Kadar Barus 4.
Anggota : Pantun Tarigan
Model Tarigan
Universitas Sumatera Utara
4.5. Credit Union Syaloom 4.5.1. Latar Belakang Berdirinya CU Syaloom
CU Syaloom merupakan koperasi simpan pinjam yang dibentuk dan didampingi oleh Yayasan Ate Keleng. CU Syaloom sudah berdiri sejak tahun 1999, namun baru disahkan dan
dibentuk kepengurusan pada tahun 2000. Terbentuknya CU Syaloom didasari oleh kondisi ekonomi masyarakat yang rendah
pada masa itu. Hasil pertanian yang minim membuat masyarakat harus mampu mengelola keuangan rumah tangga. Pada masa itu masyarakat meminjam uang atau modal untuk
membangun usaha dari para rentenir yang datang meminjamkan uang, dengan bunga yang tergolong tinggi banyak masyarakat yang akhirnya terjerat hutang.
Masuknya CU di Desa Tanjung Purba juga tidak begitu mudah, karena penduduk telah lebih dulu trauma meminjam uang seperti pada rentenir-rentenir yang datang ke desa.
CU diperkenalkan melalui gereja, dari pelayanan jemaat ke jemaat. Konsep CU yang digunakan adalah sikap tolong menolong. Dimana suatu kelompok masyarakat
mengumpulkan uang untuk kemudian dipinjamkan untuk menolong sesama jemaat yang membutuhkan CU Syaloom, April 2014.
4.5.2. Kepengurusan CU Syaloom
Struktur kepengurusan CU Syaloom terdiri dari: I.
Dewan Penasehat : BP Runggun GBKP Tanjung Purba
II. Pengurus CU Syaloom
1. Ketua
:Marolop Tarigan 2.
Wakil Ketua :Kasir Sembiring
3. Sektertasi
:Perlindungan Tarigan 4.
Bendehara :Pt. Samuel Tarigan
Universitas Sumatera Utara
5. Anggota
:Dk. Togong Sembiring Pt. Irwanta Barus
Juwita Br Ginting III.
Pengurus Sosial 1.
Dk. Eliarosa Br Perangin-angin 2.
Veronika Br Tarigan IV.
Badan Pengawas 1.
Pt. Johan Sembiring 2.
Pt. Juneidi Tarigan 3.
Dk. Agustinus Tarigan V.
Juru Buku :Asmida Br Sinulingga CU Syaloom, April 2014
4.5.3. Kegiatan CU Syaloom
Berdasarkan informasi yang diketahui peneliti dari anggota CU, semua kegiatan yang berkaitan dengan Advokasi, Pengembangan Ekonomi Masyarakat, dan Infrastuktur
dilaksanakan secara Buttom Up. Semua kegiatan berasal dari masyarakat dan memang menjadi kebutuhan masyarakat. Sebagai kelompok yang dibentuk dan di dampingi oleh
YAK, setiap kegiatan yang ada tentunya dilakukan atas kerjasama kelompok dengan lembaga tersebut.
Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, upaya pemberdayaan dilakukan melalui kelompok CU untuk melihat disamping kegiatan menabung ada kegiatan lain yang
bermanfaat dan berdampak bagi masyrakat khususnya anggota CU. Adapun kegiatan yang telah dilakukan di CU Syaloom sebagai upaya pemberdayaan adalah sebagai berikut:
A. Kegiatan Advokasi
1. Pendidikan Organisasi
2. Pendidikan hak-hak dasar
3. Pendidikan Kesetaraan Gender
Universitas Sumatera Utara
4. Pendidikan Hukum dan Politik
5. Pendidikan Narkoba dan HIVAIDS
6. Pendidikan Penyadaran Keluarga Harmonis
7. Pendidikan UU Pertanahan
B. Kegiatan Pengembangan Ekonomi Masyarakat
1. Peternakan Ayam
2. Peternakan Lembu
3. Peternakan Babi
4. Sekolah Lapangan Jeruk
5. Sekolah Lapangan Sayuran
C. Kegiatan Infrastruktur
1. Pembangunan Sarana Air Minum CU Syaloom, April 2014
4.6. Yayasan Ate Keleng Partisipasi Pembangunan Parpem
Yayasan Ate Keleng YAK adalah salah satu unit kerja bidang pelayanan Gereja Batak Karo Protestan yang didirikan tahun 1975.
Didirikan atas dasar adanya kesadaran
Gereja melihat persoalan kehidupan masyarakat dalam bidang politik, ekonomi dan social budaya, dengan
daerah pelayanan yang tersebar di Kab. Deliserdang, Karo, Dairi, Langkat, Simalungun, Serdang Bedagai, Kodya Medan Binjai, Kepulauan Riau.
4.6.1. Visi dan Misi Lembaga
1. Visi: Masyarakat mandiri dan mampu menggunakan hak-hak dan kewajibannya secara
kritis untuk meningkatkan kesejahteraan. 2.
Misi: Meningkatkan ekonomi dan kesadaran hak-hak masyarakat secara partisipatif
dengan menggali potensi lokal.
Universitas Sumatera Utara
4.6.2. Strategi Lembaga
Pendekatan yang partisipatif untuk membangun basis organisasi rakyat melalui Credit Union CU dan pembangunan prasarana desa yang dikelola oleh masyarakat.
4.6.3 Struktur Organisasi Periode 2010 – 2015 Bagan 4.1
Struktur Organisasi Yayasan Ate Keleng
4.6.4. Latar Belakang Berdirinya Lembaga
Yayasan Ate Keleng Parpem Partisipasi Pembangunan merupakan salah satu unit kerja bidang pelayanan Gereja Batak Karo Protestan yang didirikan tahun 1975. Dengan Visi
membentuk masyarakat yang transformatif dalam artian krisis, berdaulat dan sejahtera. Untuk mewujudkan visinya lembaga melakukan pendekatan partisipatif dengan melibatkan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat sepenuhnya serta perspektif keadilan gender guna menumbuhkan kesadaran masyarakat akan hak-haknya.
Pada masa dekade awal perkembangan, nama Parpem ialah Departemen Pelayanan Pembangunan Depelpem, kemudian pada dekade kedua berubah menjadi Departemen
partisipasi pembangunan Deparpem. Hingga pada dekade ketiga berubah lagi menjadi Yayasan Ate Keleng YAK yang lebih dikenal dengan nama Parpem Partisipasi
Pembangunan. Berdrinya Parpem lebih pada proses melembagakan pelayanan gereja terhadap
masyarakat. Dibentuk karena terjadi perubahan tata gereja pada tahun 1975, yang disadari bahwa sudah saatnya peran sosial gereja dilembagakan mengingat beberapa pendeta telah
aktif melakukan pemecahan masalah-masalah sosial dipedesaan. Adanya pelayanan gereja tidak hanya dalam perspektif theologis namun juga strategis dan implementasinya bagi
masyarakat dalam melihat persoalan dibidang ekonomi, politik dan sosial budaya. Interaksi dengan masyarakat desa, baik di dalam maupun di luar gereja serta
kepedulian terhadap realitas sosial masyarakat membuat Parpem menjadi bagian dari struktur GBKP yang mempunyai ciri khas dalam melakukan pemberdayaan sebagai bentuk pelayanan
terhadap masyarakat. Parpem memang bukan satu-satunya Departemen yang mempunyai perhatian terhadap masalah sosial dan bermasyarakat dalam struktur GBKP. Ada Departemen
Diakoni, yang mempunyai tugas memberikan pelayanan sosial. Namun Diakoni dikhususkan hanya pada jemaat gereja, lain halnya dengan Parpem, melayani masyarakat tanpa
membedakan agama. Keyakinan bahwa komunitas desa mempunyai potensi untuk menyelesaikan
masalahanya sendiri melalui sumber daya yang tersedia di komunitasnya, menjadi kata kunci model pemberdayaan desa yang diterapkan Parpem. Bentuk programnya ialah menggali dan
memanfaatkan potensi desa untuk kepentingan kemandirian desa itu sendiri. Melestarikan
Universitas Sumatera Utara
nilai-nilai lokal yang hampir punah, seperti Gotong Royong. Pemanfaatan aliran sungai sebagai pembangkit listrik dan mengoptimalkan fungsi aliran sungai sebagai sumber air
minum SAM yang mudah diakses, serta mengumpulkan dana dalam bentuk Credit Union. Proses panjang yang dialami Parpem mulai berdiri hingga sekarang terus mengalami
penyesuaian. Dinamika implementasi program, perubahan kelembagaan dan pergantian kepeminpinan menyiratkan pergumulan yang tak putus-putus yang dihadapi Parpem.
Dinamika ini digolongkan dalam tiga era, yakni: Era pertama, disebut sebagai era meletakkan dasar pijakan berlangsung dalam kurun waktu dekade pertama dan dekade kedua. Era kedua
disebut era mengawali kemandirian desa Parpem sudah mencapai titik kesesuaian dan sudah berjalan dengan sistem yang tergolong padu antara program dan semangat pemandirian,
khususnya pemandirian dibidang ekonomi. Era ketiga, disebut era menuju organisasi petani. Mulai dibentuk organisasi petani untuk mengambil peran yang lebih strategis dalam
memperjuangkan kepentingan petani-petani. Butuh waktu sekitar 15 tahun sejak berdirinya Parpem agar menjadi lembaga yang
tepat ditengah-tengah masyarakat. Tidak hanya bermodal keprihatinan, namun juga perlu tindakan kongkrit. Oleh karena itu strategi dan upaya terus diformulasikan. Pada era ini,
kegiatan utama Parpem berpusat pada upaya melepaskan masyarakat dari kesulitan pangan dan akses terhadap kebutuhan dasar dan terhadap dunia luar. Upaya yang dilakukan adalah
program pelatihan dan kredit program pertanian-peternakan dan pembangunan infrastruktur, air, listrik dan jalan.
Strategi Parpem untuk menembus masyarakat dilakukan dengan memakai tradisi Karo, yaitu ikatan marga yang dinamakan pertuturen. Dampaknya adalah muncul rasa
kekeluargaan. Dengan demikian, Parpem dapat memasuki desa tanpa kesusahan. Media yang digunakan untuk pertemuan ke desa-desa ialah jambur maupun gereja. Ketika berada di desa,
Parpem bersama dengan masyarakat berdiskusi mengenai masalah yang terjadi di desa.
Universitas Sumatera Utara
Bagaimanan penyelesaiannya, kontribusi apa yang bisa dilakukan, hingga dukungan apa yang bisa diberikan oleh Parpem.
Dari pertemuan inilah kemudian diketahui persoalan masyarakat desa dan menjadi program unggulan Parpem, yakni peningkatan produksi pertanian dan pembangunan
infrastruktur. Kedua hal ini dianggap masalah paling krusial dan memerlukan pemecahan. Pada masa itu, CU dianggap program pinggiran karena pengumpulan dana yang terlalu lama
dan sulit membantu mengeluarkan desa dari kemiskinannya. Terkait persoalan produksi pertanian, upaya yang dilakukan Parpem untuk
mengatasinya ialah melalui kredit pertanian. Dana dipinjamkan kepada masyarakat, digunanakan untuk memulai usaha. Sedangkan untuk pembangunan infrastruktur sumber
daya dan potensi desa digali, sumber daya yang ada diantaraya aliran sungai dikelola sebagai sumber energi listrik, sumber irigasi untuk pertanian dan sumber air minum untuk kebutuhan
rumah tangga. Pengerjaan proyek ini tentunya melibatkan partisipasi masyarakat sepenuhnya, dana pengerjaan proyek difasilitasi oleh Parpem yang diperoleh dari lembaga penyedia donor.
Parpem mendapat dukungan dana dari gereja-gereja di dalam dan luar negeri melalui kolekte. Kemudian ada dukungan dari BOGM Board of Global Mision, yang mendukung
program pertanian. Dukungan dari Pelayanan Pembangunan Dewan Gereja Indonesia Pelpem DGI untuk proyek infrastruktur. Kemudian ada EZE atau EED yang dikenal dengan
dukungan program terintegrasi Integrated Program. Sejak tahun 1985 kerjasama Parpem dengan EZE meliputi seluruh program dan dukungan terhadap pengembangan kelembagaan.
Karena program Kredit Pertanian tidak memberikan dampak memandirikan masyarakat, Konsep Credit Union kembali diperkenalkan. Credit Union lebih berorientasi
pada proses pengumpulan dana menjadi salah satu fokus program yang dianggap penting dalam upaya membangun kemandirian desa. Terlebih lagi CU dapat menjadi bank bagi kaum
miskin dan tidak mempunyai agunan pinjaman selain kepercayaan. Kelompok- kelompok
Universitas Sumatera Utara
yang telah ada di masyarakat menjadi jalan mudah masuknya CU. Dalam waktu kurang lebih 2 tahun, telah terbentuk 38 kelompok CU di desa dampingan Parpem.
Karena usaha yang dilakukan terus-menerus dengan mensosialisasikan CU, CU berkembang begitu cepat, sehingga membawa pengaruh cara pandang terhadap program-
program lain. CU dipandang sebagai basis utama dari semua program yang telah terbentuk sebelumnya, CU bahkan dapat mengendalikan program-program lain.
Ide CU sebagai basis organisasi karena dianggap guru bagi program-program yang sudah terbentuk. Keberadaan CU memberikan dampak yang besar bagi masyarakat, lepasnya
desa dari jeratan rentenir dan bangkitnya rasa percaya diri bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk mandiri secara ekonomi. Hingga saat ini CU menjadi bagian penting
dalam parpem dan CU menjadi jalan masuk bagi semua kegiatan yang ada di Parpem.
4.7. Program YAK
1. Credit Union CU
CU berasal dari bahasa Latin “credere” yang artinya percaya dan “union” atau “unus” berarti kumpulan. Sehingga “Credit Union” memiliki makna kumpulan orang yang saling
percaya, dalam suatu ikatan pemersatu dan sepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota dengan tujuan
produktif dan kesejahteraan. Program Parpem dalam hal ini adalah membentuk dan mengembangkan CU untuk
menciptakan lembaga keuangan dan pendidikan yang dikelola masyarakat secara demokratis dengan prinsip “dari, oleh dan untuk masyararakt”. Adapun bentuk kegiatan CU antara lain:
a. Pendampingan proses simpan pinjam
b. Pelatihan pembukuan kepada pengurus
c. Pelatihan kepemimpinan kepada pengurus
Universitas Sumatera Utara
d. Pelatihan pemanfaatan modal atau pinjaman kepada anggota
2. Advokasi
Advokasi merupakan tindakan yang secara langsung mewakili, mempertahankan, mencampuri, mendukung, atau merekomendasikan tindakan tertentu untuk kepentingan satu
atau lebih individu, kelompok, atau masyarakat dengan tujuan untuk menjamin atau menopang keadilan sosial.
Dalam hal ini kegiatan Advokasi adalah untuk mewujudkan solidaritas masyarakat yang peduli dan mampu membela haknya untuk menyelesaikan persoalan secara kritis dan jujur
melalui kegiatan: Pendidikan hak-hak dasar, Penyadaran hukum dan politik, Pendidikan kesetaraan gender, Penyadaran Bahaya HIVAIDS dan Narkoba dan lain sebagainya
menyangkut isu masalah sosial yang terjadi. 3.
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pengembangan Ekonomi Masyarakat merupakan kegiatan pendidikan dan pelatihan
pertanian serta peternakan. Ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, melalui usaha pertanian selaras alam dan peternakan, seperti: Sosialisasi pembuatan dan pemakaian
pupuk organik kompos, bokhasi, pupuk dan pestisida cair, Pembuatan demplot mix farming, Pelatihan pertanian dan peternakan, Memproduksi pakan ternak yang berkualitas.
4. Infrastruktur
Infrastruktur merupakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana desa yang diutuhkan masyarakat. Bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
pemanfaatan sumber daya alam, tekhnologi yang sederhana dan tepat guna seperti: pembangunan sarana air minum, pembangkit listrik tenaga air, bio gas. Disamping
membangun kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan alam.
Universitas Sumatera Utara
5. Traning Center Pertanian Selaras
Tingginya harga pupuk kimia dan turunnya kualitas produksi pertanian menjadi tantangan bagi petani sekaligus menjadi peluang untuk mengajak petani secara perlahan
meninggalkan pertanian konvensional kembali kepada pertanian selaras alam. Akan tetapi peralihan sistem pertanian ke selaras alam masih dilakukan secara perlahan dan bahkan
kebanyakan masyarakat masih enggan untuk memulainya. Oleh sebab itu pemanfaatan training center sebagai tempat pembelajaran untuk pertanian selaras alam diupakayan mampu
memberikan motivasi kepada petani. Disamping itu tempat ini juga menyediakan fasilitas
pertemuan meeting dengan kapasitas 50 orang Yayasan Ate Keleng, Maret 2014.
4.8. Kelompok Dampingan