Penentuan Dimensi Vertikal Rancangan Penelitian

sesuai dengan arah pasang dan arah lepas serta dukungan, stabilitas dan retensi yang berasal dari gigi penyangga lebih tepat dan akurat. 5,6

2.3.2.3 Penentuan Hubungan Rahang

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi vertikal dan relasi sentrik pada kehilangan gigi sebagian yang sangat bergantung pada gigi geligi dan jaringan yang masih tersisa. 2,3,20

a. Penentuan Dimensi Vertikal

Apabila terdapat cukup banyak gigi antagonis berkontak yang dapat menunjukkan hubungan rahang yang sebenarnya dan rentang daerah tak bergigi cukup pendek, maka dimensi vertikal dapat ditentukan dengan cara mengatupkan model rahang atas dan rahang bawah hingga mencapai oklusi kemudian difiksasi dengan sticky wax sampai pemasangan pada artikulator selesai dilakukan. 2,3,20 Pada kasus Kelas III atau Kelas IV Kennedy, dengan kondisi gigi antagonis tidak memungkinkan untuk mengatupkan model rahang tersebut, maka dalam keadaan ini penentuan hubungan rahang dilakukan dengan menggunakan bahan pencatat interoklusal wax, yaitu metallic oxide paste dan wafer bite wax. 2,3,20 Gambar 15. Interocclusal record dengan Aluwax 22 Bila ada satu atau lebih daerah free end yang cukup lebar atau gigi yang tersisa sudah saling tidak berkontak, maka penentuan hubungan rahang dilakukan dengan bantuan basis dan oklusal rim. Basis dan oklusal rim ditempatkan pada daerah yang tidak bergigi, kemudian pasien diinstruksikan untuk menutup rahangnya dalam hubungan antar tonjol maksimum. Oklusal rim disesuaikan hingga mencapai dimensi vertikal yang tepat. Setelah dikeluarkan dari mulut, oklusal rim dipasang kembali pada model kerja. Lakukan pemeriksaan apakah hubungan rahang pada model kerja telah sesuai dengan yang diperoleh di dalam mulut. 2,3,20 Gambar 16. Penentuan hubungan rahang dengan bantuan basis dan oklusal rim 3 Sedangkan pada kasus yang tidak memiliki kontak oklusal sama sekali diantara gigi yang masih tersisa, misalnya apabila hanya terdapat gigi anterior pada kedua rahang dan GTP rahang atas harus dibuat bersamaan GTSL rahang bawah, maka prosedur penentuan hubungan rahang yang dilakukan sama seperti penentuan hubungan rahang pada GTP dan dengan menggunakan basis dan oklusal rim. 3,20

b. Penentuan Relasi Sentrik

Hubungan horizontal rahang relasi sentrik atau oklusi sentrik yang akan menjadi patokan untuk restorasi yang akan dibuat, sebaiknya ditetapkan selama proses diagnosa dan rencana perawatan. Hal ini dilakukan setelah preparasi mulut dan penyesuaian oklusi gigi asli selesai dilaksanakan. Dengan demikian, pada saat penentuan hubungan rahang, akan dijumpai salah satu keadaan berikut ini: 3,20 1 Relasi sentrik bertepatan dengan oklusi sentrik, restorasi akan dibuat dalam hubungan relasi sentrik. 2 Relasi sentrik tidak bertepatan dengan oklusi sentrik, restorasi akan dibuat dalam hubungan oklusi sentrik. 3 Gigi posterior tidak berkontak, restorasi akan dibuat dalam hubungan relasi sentrik. 4 Tidak terdapat gigi posterior pada salah satu atau kedua rahang dan gigitiruan akan dibuat dalam hubungan relasi sentrik. Apabila masih terdapat cukup banyak gigi yang beroklusi, biasanya relasi sentrik dapat ditentukan dengan cara mengatupkan model rahang atas dan rahang bawah sehingga akan diperoleh hubungan kontak gigi dengan gigi. Sebaliknya pada kasus yang masih memiliki beberapa gigi tetapi tidak memiliki oklusal stop lagi, harus dibuat basis dan oklusal rim untuk memperoleh hubungan rahang atas dan rahang bawah. Hubungan ini kemudian dipindahkan ke artikulator. 3,20

2.3.2.5 Pemilihan Warna Anasir Gigitiruan Sebagian Lepasan

Penentun warna anasir gigitiruan sebagian lepasan, dapat disesuaikan dengan warna gigi yang masih ada serta usia pasien. Pemilihan warna gigi dilakukan dengan bantuan shade guide dan dibawah cahaya yang berasal dari sinar matahari karena sinarnya merupakan sinar alamiah. Usia dapat juga dijadikan sebagai pedoman. Pasien dengan usia tua memiliki warna gigi lebih gelap dibanding usia muda. 3,6

2.3.2.6 Pasang Percobaan Gigitiruan Sebagian Lepasan

Pemeriksaan pertama dilakukan pada model kerja dalam keadaan terpasang pada artikulator untuk memastikan bahwa konstruksi, kecekatan dan penampilan gigitiruan yang dibuat tekniker sesuai dengan desain yang diresepkan dokter gigi. Adaptasi dasar gigitiruan terhadap model kerja harus baik terutama pada GTSL kerangka logam. 3,5,20 Untuk GTSL akrilik, prosedur pasang percobaan biasanya dilakukan dalam bentuk wax. Pemeriksaan yang dilakukan pasang percobaan wax ini meliputi adaptasi dan kecekatan dari basis dan komponen-komponen gigitiruan, retensi dan stabilisasi, oklusi, dimensi vertikal oklusal, posisi gigi, artikulasi, estetik dan permukaan poles. 3,5,20 Bila gigitiruan dari kerangka logam, pemeriksaan yang dilakukan meliputi retensi dan stabilisasi, kemudian perlu diperhatikan kontak antara kerangka logam terhadap jaringan lunak rongga mulut maupun tepi gigi penyangga dan hubungan antara konektor plat dengan gigi antagonis. Pemeriksaan ini dilaksanakan sebelum pemasangan sadel dan anasir gigitiruannya untuk memudahkan pemeriksaan kecekatan antara retainer dengan permukaan gigi penyangga dan memudahkan penyesuaian kerangka logam bila perlu dilakukan. Pada kasus yang memakai kerangka logam pada kedua rahangnya, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan oklusi gigi yang masih ada, setelah itu pemeriksaan gigitiruan harus dilakukan satu persatu secara terpisah, kemudian oklusi dan artikulasi diperiksa setelah kedua gigitiruan berada pada rongga mulut. 5 Bila akan dilakukan modifikasi, pekerjaan ini biasanya dikirim ke laboratorium dan perlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pasien apabila terdapat perubahan-perubahan yang akan dilakukan mengenai posisi, bentuk, ukuran maupun warna gigi. Apabila telah memenuhi aspek estetik dan oklusi, wax gigitiruan dikirim kembali ke laboratorium untuk proses selanjutya. 5

2.3.2.7 Pemasangan Gigitiruan Sebagian Lepasan

Setelah gigitiruan selesai diproses, perlu dilakukan pemeriksaan pada permukaan yang menghadap ke jaringan mulut dan permukaan yang dipoles harus bebas dari gelembung serta goresan tajam untuk menghindari trauma pada mukosa serta tumpukan plak. Pemeriksaan juga dilakukan pada komponen gigitiruan meliputi konektor, retainer, cangkolan dan sadel, bila tajam dapat melukai jaringan rmulut. 20 Gigitiruan harus dapat dipasangkan pada rongga mulut tanpa tekanan atau paksaan. Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat pemasangan dapat dihilangkan dengan cara pengasahan permukaan gigitiruan dengan memperhatikan kontak antara permukaan gigi atau jaringan dengan gigitiruan jangan sampai menjadi rusak atau hilang. Setelah gigitiruan dapat dimasukkan ke dalam mulut, dilakukan pemeriksaan terhadap stabilitas gigitiruan, oklusi, artikulasi, estetik dan kecekatan serta ketepatan kontak bagian-bagian gigitiruan dengan jaringan keras maupun lunak rongga mulut. 3,5,20 Edukasi kepada pasien sangat penting dilakukan mengenai cara memasang dan melepas serta merawat gigitiruan yang dipakainya, cara menjaga kesehatan mulut serta gigi yang masih ada dan gangguan yang mungkin timbul akibat pemakaian gigitiruan. Pasien dianjurkan untuk memakai gigitiruan selama 24 jam setelah pemasangan untuk menyesuaikan gigitiruan di dalam rongga mulut. 20

2.3.2.7 Pemeriksaan Pasca Pemasangan Gigitiruan Sebagian Lepasan

Pemeriksaan dijadwalkan seminggu setelah pemasangan gigitiruan. Perlu ditanyakan kepada pasien mengenai permasalahan kenyamanan dan fungsi gigitiruan, kemudian lakukan pemeriksaan pada jaringan lunak rongga mulut apakah terdapat ulserasi atau eritema serta oklusi dengan articulating paper. 5 Pasien juga perlu diberitahu bahwa setelah pemakaian beberapa waktu, gigitiruan pasti mengalami perubahan begitu pula bagian tertentu dari jaringan rongga mulut pasien sehingga perlu dilakukan pemeriksaan berkala minimal dua kali dalam setahun untuk mencegah terjadinya kerusakan lanjut yang mungkin timbul seperti karies maupun penyakit periodontal. 5,20

2.3.3 Prosedur Perawatan Gigitiruan Cekat

2.3.3.1 Prosedur Diagnostik

Penegakan diagnosa dilakukan melalui anamnesa dan pemeriksaan klinis untuk mengumpulkan informasi yang penting dalam perawatan gigitiruan cekat. Informasi yang dapat diperoleh melalui anamnesa meliputi identitas pasien, keluhan pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi dan mulut meliputi perawatan yang pernah dilakukan khususnya pengalaman pasien terhadap perawatan prostodontik sebelumnya serta harapan pasien terhadap gigitiruan yang akan dibuat. Dokter gigi juga harus mengevaluasi sikap mental pasien terhadap perawatan gigitiruan. 23,24 Prosedur pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intra oral. Pemeriksaan ekstra oral meliputi asimetris wajah, bentuk bibir, sendi temporomandibular dan otot-otot pengunyahan. Pemeriksaan intra oral dilakukan untuk mengevaluasi kondisi jaringan lunak rongga mulut, gigi dan struktur pendukung. Pemeriksaan jaringan lunak rongga mulut meliputi lidah, dasar mulut, vestibulum, pipi, palatum keras dan palatum lunak. Pemeriksaan terhadap gigi meliputi gigi yang hilang, oral hygiene, warna gigi, oklusi gigi, kontak premature, kondisi gigi yang tinggal apakah terdapat karies, restorasi, mobility, elongasi, malformasi, atrisi, fraktur dan vitalitas gigi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap kondisi ginggiva dan perlekatan jaringan periodonsium. Seluruh hasil pemeriksaan klinis dituliskan pada dental chart. 23,24 Pemeriksaan radiografik berfungsi untuk mengevaluasi struktur tulang alveolar gigi penyangga, evaluasi morfologi, panjang dan jumlah akar gigi penyangga, evaluasi tebal dinding pelindung pulpa, memeriksa adanya lesi karies, sisa akar gigi, gigi terpendam, resorpsi maupun sclerosis tulang alveolar dan kelainan periapikal, serta mengevaluasi perawatan gigi yang telah dilakukan baik tambalan maupun perawatan saluran akar. 23 Penegakan diagnosa dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, kemudian ditentukan rencana perawatan yang dirinci selengkap mungkin mencakup perawatan pendahuluan dan penentuan desain perawatan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien mencakup penentuan gigi penyangga dan menentukan desain GTC. 5,23,24

2.3.3.2 Pencetakan Anatomis

Pencetakan anatomis dilakukan untuk mendapatkan model studi atau model diagnostik dengan menggunakan bahan irreversible hidrokolloid dan sendok cetak fabrik. Model diagnostik yang dihasilkan, kemudian dipasang pada artikulator dalam keadaan sentrik oklusi dengan menggunakan facebow dan catatan interoklusal untuk membantu dalam mendiagnosa dan menentukan rencana perawatan. Model diagnostik digunakan untuk pemeriksaan relasi oklusal, survey lengkung rahang untuk menentukan arah pasang, menentukan arah kesejajaran dan ketebalan preparasi, menentukan tipe mahkota yang dibuat untuk retainer dari suatu bridge serta membantu menjelaskan prosedur perawatan yang akan dilakukan kepada pasien. 23

2.3.3.3 Pemilihan Warna Gigitiruan Cekat

Pemilihan warna gigitiruan cekat dilakukan dengan menggunakan shade guide. Tahap pertama, tentukan value dengan memilih 1 dari 5 kelompok value yang mendekati warna gigi asli. Kemudian tentukan chroma dari 3 pilihan pada kelompok value yang telah ditentukan. Tahap terakhir, tentukan hue gigi asli apakah gigi lebih kemerahan atau lebih kekuningan dari sampel warna yang dipilih. 23,25 Warna gigi harus ditentukan sebelum preparasi gigi penyangga pada siang hari atau di bawah daylight standard dan hindari warna-warna cerah di daerah sekitar bawah pemilihan warna, yaitu tidak memakai lipstik, kacamata berwarna, dan pakaian berwarna cerah. 25 Gambar 17. Salah satu contoh Shade guide pada pemilihan warna GTC 26 Warna yang dipilih untuk restorasi kemudian dicatat pada colour communication form. Jika memungkinkan, warna yang sama juga digunakan pada restorasi sementara untuk melakukan evaluasi dan menilai kepuasan pasien. Warna yang dipilih harus diverifikasi pada pertemuan selanjutnya. 23,25 Gambar 18. Contoh Colour communication form pada pemilihan warna GTC 25

2.3.3.4 Preparasi Gigi Penyangga

Preparasi gigi adalah suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan jaringan permukaan gigi yang akan menjadi penyangga gigitiruan cekat dengan tujuan untuk, menyediakan tempat bagi bahan retainer atau mahkota, memungkinkan pembentukan retainer sesuai bentuk anatomi gigi asli, menghilangkan daerah undercut, mendapatkan arah pasang gigitiruan cekat, membangun bentuk retensi dan menghilangkan jaringan yang rusak oleh karies jika ada. 5,23 Untuk mendapatkan hasil preparasi yang ideal, maka dokter gigi harus mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip preparasi yang benar. Prinsip dasar preparasi gigi penyangga dilandasi oleh berbagai pertimbangan utama, antara lain pertimbangan mekanis, biologis dan estetik. Pertimbangan mekanis berhubungan dengan integritas dan daya tahan restorasi. Kemudian pertimbangan biologis berhubungan dengan kesehatan jaringan rongga mulut. Sedangkan pertimbangan estetik yang berhubungan dengan penampilan pasien. 23 Gambar 19. Restorasi yang optimum harus memenuhi syarat biologis, mekanis dan estetik Banyaknya preparasi yang dibutuhkan bervariasi pada tipe mahkota dan permukaan gigi yang berbeda. Reduksi juga dipengaruhi oleh posisi dan susunan gigi dalam rahang, hubungan oklusal, estetik, pertimbangan periodontal dan morfologi gigi. Preparasi gigi penyangga dilakukan sesuai dengan tahap-tahap berikut: 23 a. Pengasahan permukaan oklusalinsisal Reduksi permukaan oklusal pada gigi posterior atau insisal pada gigi anterior bertujuan untuk menciptakan ruangan bagi lapisan material restorasi gigitiruan cekat yang tebal dan kuat. Lapisan bahan yang tebal dapat mengatasi keadaan yang membutuhkan koreksi oklusi seperti adanya keausan permukaan oklusalinsisal akibat pengunyahan. 23,24 b. Pengasahan permukaan proksimal Pengasahan jaringan gigi pada daerah proksimal bertujuan untuk menghilangkan kecembungan yang dapat menghalangi arah pemasangan path of insertion. Dinding proksimal direduksi agar mendekati kesejajaran melalui pembentukan sedikit sudut konvergen ke arah oklusal. Sudut ini dijaga agar tidak terlalu konvergen overtapered agar mendapatkan retensi yang cukup. Selain itu, preparasi pada dinding proksimal tidak boleh membentuk undercut karena dapat menghalangi arah pemasangan gigitiruan cekat. Ketebalan preparasi berbeda sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai retainer. 23,24 c. Pengasahan permukaan fasial lingual Pengasahan pada dinding fasial dan lingual berguna untuk menyediakan tempat bagi ketebalan yang cukup dari material restorasi agar dapat mengurangi kemungkinan terjadinya overcontour. Pengambilan jaringan dilakukan seperti pada proses reduksi dinding-dinding proksimal. 23,24 d. Pembulatan sudut-sudut preparasi dan pembentukan akhiran servikal Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang merupakan pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus dibulatkan karena sudut yang tajam akan menimbulkan tegangan stress pada restorasi dan sulit dalam pemasangan gigitiruan cekat. Akhiran servikal preparasi finishing line harus mempunyai bentuk yang jelas tergantung pada kondisi gigi penyangga dan material gigitiruan cekat yang digunakan. Akhiran servikal ini berguna untuk menghindari terjadinya kegagalan restorasi akibat tidak rapatnya kontak antara restorasi gigitiruan cekat dengan akhiran servikal. Akhiran servikal preparasi dapat berbentuk feather edge, chisel edge, bevel, chamfer, shoulder atau shoulder bevel. 23,24 Gambar 20. Bentuk akhiran servikal preparasi: a knife edge, b bevel, c chamfer, d shoulder, e shoulder bevel. 26 e. Pembuatan grooves, pinholes dan boxes Pembuatan grooves, pinholes dan boxes pada preparasi bertujuan untuk menambah retensi bagi restorasi dengan cara mencegah terlepasnya restorasi ke arah yang berlawanan dengan arah insersi. Pembuatan grooves, pinholes dan boxes sebagai retensi tambaan sangat penting dalam mengatasi hasil preparasi dengan retensi yang kurang memadai seperti preparasi yang overtapered dan hasil preparasi yang kehilangan morfologi alaminya. 23,24

2.3.3.5 Retraksi Gingiva

Retraksi gingiva atau disebut juga tissue dilation adalah usaha pendorongan gingiva ke arah lateral disertai prosedur pembersihan dan pengeringan sulkus yang dilakukan sebelum pencetakan fisiologis dengan tujuan untuk memudahkan bahan cetak mengalir ke servikal gigi sehingga didapat hasil cetakan tepi akhir preparasi yang akurat. Retraksi gingiva ini bersifat reversible dan secara umum masa relaps terjadi dalam jangka waktu 24-48 jam. 23 Retraksi gingiva dilakukan pada gingiva yang sehat tanpa adanya inflamasi, hipertrofi ataupun resesi yang berlebihan. Pendarahan harus di cegah pada saat retraksi gingiva karena pendarahan dapat mengakibatkan bahan cetak tidak mengalir maksimal ke dalam sulkus gingiva sehingga cetakan fisiologis tidak akurat. Pendarahan dapat dicegah dengan haemostatikum. 23,24 Retraksi gingiva dapat dilakukan secara khemis, mekanis, gabungan khemis dan mekanis maupun dengan pembedahan. Retraksi gingiva secara khemis merupakan teknik yang sangat efisien dan efektif, namun dikontraindikasikan bagi pasien dengan penyakit sistemik. Bahan kimia yang sering digunakan adalah adrenalin, epinephrine 0,1, epinephrine 8, zink khlorida 8, zink khlorida 40 dan asam tannik 20. Retraksi gingiva secara mekanis menggunakan mahkota sementara yang dipakai pada kasus yang sedang dikerjakan dan harus dilakukan secara hati-hati untuk mengurangi trauma. Retraksi gingiva secara bedah diindikasikan pada jaringan gingiva yang patologis atau terinflamasi seperti hipertrofi gingiva. 23,24 Retraksi gingiva dianggap berhasil jika menguakkan margin gingiva dari permukaan gigi yang di preparasi berkisar 0,35-0,50 mm, celah yang terjadi memungkinkan masuknya bahan cetak melampaui pinggir servikal, ketebalan bahan cetak pada tepi subgingiva terjamin dan bersifat reversible. 23,24

2.3.3.6 Pencetakan Fisiologis

Cetakan fisiologis yang baik merupakan salah satu faktor penting pada pembuatan gigitiruan cekat untuk menghasilkan gigitiruan cekat yang beradaptasi sempurna pada jaringan gigi sehingga tidak menyebabkan kebocoran, semen tidak larut, tidak menimbulkan karies pada gigi penyangga dan memberikan estetik yang baik. Cetakan fisiologis yang baik harus mencakup seluruh gigi yang dipreparasi, sulkus gingiva dari gigi yang dipreparasi dan rahang secara keseluruhan. 23 Sendok cetak fisiologis pada umumnya terbuat dari resin akrilik swapolimerisasi atau visible light cured resin akrilik. Tebal sendok cetak fisiologis sekitar 2-3 mm untuk menghindari distorsi bahan cetak. Jarak ruangan antara sendok cetak dan gigi harus 2-3 mm. Beberapa bahan yang digunakan untuk mencetak jaringa keras dan lunak pada pencetakan fisiologis antara lain reversible hidrocolloid, polimer polysulfide, silikon kondensasi, polyether dan silikon adisi. Hasil cetakan harus dibilas, dikeringkan dan didisinfeksi ketika dikeluarkan dari rongga mulut serta harus segera diisi dengan dental stone. Pengisian cetakan yang terbuat dari polimer polysulfide tidak lebih dari 1 jam. Cetakan yang terbuat dari bahan polyether atau silikon memiliki stabilitas dimensi yang tinggi dan dapat disimpan lebih lama sebelum pengisian cetakan. 23

2.3.3.7 Restorasi sementara

Restorasi sementara provisional restorations dibuat untuk sementara waktu selama menunggu pencetakan mahkota permanen dengan tujuan untuk melindungi pulpa gigi yang telah dipreparasi dari iritasi thermis, khemis dan bakteri, melindungi margin preparasi, mencegah migrasi gigi yang telah di preparasi maupun ekstrusi gigi antagonis ke ruangan edentulus, mengembalikan fungsi mastikasi dan estetik terutama pada gigi anterior. Syarat restorasi sementara yang optimal, harus memenuhi beberapa faktor yang saling berhubungan yaitu faktor biologis, mekanikal dan estetik. 23,24 Gambar 21. Faktor yang harus dipertimbangkan pada pembuatan restorasi sementara. Daerah merah gelap menggambarkan syarat bio- logik, mekanikal dan estetik yang harus terpenuhi untuk menghasilkan mahkota sementara yang optimal 23 Restorasi sementara dapat diklasifikasikan berdasarkan metode pembuatannya yaitu buatan pabrik atau buatan sendiri. Restorasi sementara buatan pabrik umumnya digunakan sebagai restorasi tunggal dapat terbuat dari bahan polycarbonate, cellulose acetate, alumunium, tin-silver dan nickel-chromium dan tersedia dalam berbagai jenis dan ukuran gigi. Restorasi sementara buatan pabrik membutuhkan beberapa penyesuaian seperti penyesuaian oklusal, reconturing aksial, dan bagian dalam mahkota harus dilapisi dengan resin autopolimerisasi sebelum dilakukan penyemenan. Restorasi sementara yang dibuat sendiri oleh dokter gigi diruang praktik terutama untuk restorasi beberapa gigi yang terbuat dari berbagai jenis resin dengan metode langsung maupun metode tidak langsung. 23 Gambar 22. Restorasi sementara buatan pabrik yang terbuat dari bahan apolycarbonate dan b nickel-chromium 27 Gambar 23. Restorasi sementara buatan sendiri dari bahan resin 27 Zinc oxide eugenol merupakan bahan semen yang paling umum digunakan untuk penyemenan mahkota sementara karena memiliki kekuatan yang rendah sehingga dapat dengan mudah untuk melepaskan mahkota sementara. 23

2.3.3.8 Pasang Percobaan Gigitiruan Cekat

Merupakan tahap yang paling penting, untuk menilai hasil gigitiruan cekat yang telah diproses. Apabila gigitiruan cekat terbuat dari bahan keramik berlapis logam, maka pasang percobaan logam dilakukan terlebih dahulu sebelum pelapisan keramik. Hal ini memiliki beberapa keuntungan antara lain: 5 a b 1 Keakuratan gigitiruan cekat dapat diperiksa, apabila diperlukan perubahan, maka dapat dilakukan tanpa menambah waktu dan biaya 2 Daerah disekitar gigi penyangga dapat diperiksa dan perubahan dapat dilakukan apabila diperlukan tanpa membahayakan keramik karena penyolderan. 3 Oklusi dapat diperiksa dan disesuaikan tanpa merusak lapisan keramik. Pemeriksaan pada pasang percobaan ini meliputi adaptasi margin retainer, kontak dengan gigi yang berdekatan, retensi, stabilisasi, adaptasi pontik pada jaringan lunak, oklusi, fonetik, bentuk warna dan posisi gigi serta persetujuan pasien. 5,23

2.3.3.9 Pemasangan Sementara Gigitiruan Cekat

Penjelasan kepada pasien sangat penting dilakukan sebelum pemasangan sementara gigitiruan cekat mengenai tujuan dari prosedur, jangka waktu pemasangan dan segera kembali apabila ada gejala ataupun semen terlepas. 5 Pemasangan sementara gigitiruan cekat bertujuan agar pasien dan dokter gigi dapat menilai fungsi dan penampilan gigitiruan dalam waktu lebih dari satu kali kunjungan. Pemasangan sementara harus dilakukan dengan hati-hati. Apabila penyemenan menggunakan zinc oxide eugenol, akan sulit untuk melepaskan semen sementara yang dilakukan. Jika abutment GTC terlepas, akan menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan bagi pasien. Apabila pasien tidak segera kembali untuk penyemenan ulang, maka karies dapat berkembang dengan sangat cepat. 23

2.3.3.10 Pemasangan Tetap Gigitiruan Cekat

Dokter gigi harus menanyakan pendapat dan pengalaman pasien mengenai fungsi gigitiruan cekat selama pemasangan sementara dan hubungan oklusal diperiksa ulang. Apabila pasien puas, maka gigitiruan cekat akan disemen permanen. Setelah semen mengeras, periksa kembali adaptasi marginal dan bersihkan kelebihan semen yang terdapat pada sulkus ginggiva dan bawah pontik. 5 Edukasi pasien tentang prosedur oral hygiene dan pasien diminta untuk berlatih di bawah bimbingan dokter gigi sampai dilakukan secara tepat. Bagi pasien dengan gigitiruan jembatan bridge instruksikan untuk melakukan prosedur kontrol plak terutama di sekitar pontik dan konektor dengan menggunakan alat pembersih rongga mulut tambahan seperti dental floss untuk mencegah penumpukan plak di bawah pontik. 23

2.3.3.11 Pemeriksaan Pasca Pemasangan Gigitiruan Cekat

Pemeriksaan dijadwalkan satu atau dua minggu setelah pemasangan gigitiruan cekat untuk mengevaluasi prosedur oral hygiene telah dilakukan secara benar oleh pasien, mengevaluasi fungsi, oklusi, kenyamanan gigitiruan, dan memastikan tidak terdapat sisa semen pada sulkus ginggiva yang mungkin tidak terdeteksi sebelumnya. Pemeriksaan kedua dijadwalkan satu minggu setelah pemeriksaan pertama untuk memastikan bahwa tidak ada koreksi lebih lanjut yang diperlukan. 5 Pemeriksaan berkala sebaiknya dijadwalkan dalam interval waktu 6 bulan dan pemeriksaan radiografik dilakukan 1 tahun setelah pemasangan gigitiruan cekat untuk mengevaluasi kondisi apikal gigi penyangga dan selanjutnya pemeriksaan radiografik secara rutin setiap 4 tahun untuk mendeteksi kematian pulpa dan infeksi apikal gigi penyangga. 5 2.4.4 Permasalahan yang Dihadapi oleh Dokter Gigi Selama Mengaplikasikan Prosedur Perawatan Prostodontik Terdapat beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh dokter gigi selama mengaplikasikan prosedur perawatan prostodontik. Menurut penelitian Singh dkk 2011, masalah-masalah yang dihadapi oleh dokter gigi dapat dikaitkan dengan kurangnya pengetahuan tentang bahan dan teknik serta keterampilan selama melakukan prosedur klinis perawatan prostodontik. 14 Selain itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa keterbatasan waktu dan tingginya biaya juga merupakan permasalahan yang sering dihadapi oleh dokter gigi selama melakukan prosedur perawatan prostodontik. 10-12,15,16 Keterbatasan waktu dalam pembuatan gigitiruan, menyebabkan dokter gigi menggunakan metode singkat yang tidak memberikan manfaat sepenuhnya pada pengetahuan dasar yang telah dipelajari selama pendidikan di Fakultas Kedokteran gigi, akibatnya dokter gigi cenderung memberikan perawatan prostodontik yang diberi nama “dental mechanics”. Hal ini berbahaya karena hasil yang tidak memuaskan ini menunjukkan bahwa tekniker dapat melakukan pelayanan prostodontik yang lebih baik, yang kenyataannya dokter gigi dapat melakukan perawatan yang lebih baik apabila memiliki waktu yang cukup. 15 Kontak waktu yang memadai dengan pasien sangat penting untuk mengembangkan keahlian, keterampilan manual dan penilaian klinis yang diperlukan untuk keberhasilan perawatan prostodontik. 16 2.4 Kerangka Teori Aplikasi Prosedur Perawatan Prostodontik pada Praktik Dokter Gigi Umum di Kota Medan Memperbaiki Fungsi:  Mastikasi  Fonetik Memperbaiki Kesehatan Umum Memperbaiki Estetik Memperbaiki Fungsi:  Mastikasi  Fonetik Merestorasi memelihara kesehatan gigi dan jaringan rongga mulut Perawatan Prostodontik Tujuan GTP Implan Jenis Keberhasilan Perawatan Pasien Rencana Perawatan Diagnosa Masalah yang dihadapi oleh dokter gigi umum Aplikasi prosedur perawatan prostodontik pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan GTSL Syarat Protesa Maksilo- fasial Gigitiruan Lepasan Mahkota Jembatan Retensi Dukungan Tidak Sakit Stabilitas Estetik Oklusi Prosedur Laboratoris Tekniker gigi Dokter gigi Prosedur Klinis Persentase Perawatan Gigitiruan Cekat 2.5 Kerangka Konsep Aplikasi Prosedur Perawatan Prostodontik pada Praktik Dokter Gigi Umum di Kota Medan Prosedur Perawatan Prostodontik di Institusi Pendidikan Gigitiruan Sebagian Lepasan Gigitiruan Penuh Gigitiruan Cekat Aplikasi prosedur perawatan prostodontik pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan 1. Prosedur Diagnostik 2. Pencetakan anatomis 3. Border molding untuk kasus free end 4. Pencetakan fisiologis 5. Penentuan hubungan rahang 6. Pemilihan warna anasir gigitiruan 7. Pasang percobaan gigitiruan 8. Pemasangan gigitiruan sebagian lepasan 9. Pemeriksaan pasca pemasangan gigitiruan sebagian lepasan 1. Prosedur Diagnostik 2. Pencetakan anatomis 3. Pemilihan warna gigitiruan 4. Preparasi gigi penyangga 5. Retraksi gingiva 6. Pencetakan fisiologis 7. Restorasi sementara 8. Pasang percobaan gigitiruan 9. Pemasangan sementara gigitiruan cekat 10. Pemasangan tetap gigitiruan cekat 11. Pemeriksaan pasca pemasangan gigitiruan cekat 1. Prosedur Diagnostik 2. Pencetakan anatomis 3. Border molding 4. Pencetakan fisiologis 5. Basis dan Oklusal rim 6. Penentuan hubungan rahang 7. Pemilihan warna anasir gigitiruan 8. Pemasangan kembali gigitiruan penuh ke artikulator remounting 9. Pasang percobaan gigitiruan penuh 10. Pemasangan gigitiruan penuh 11. Pemeriksaan pasca pemasangan gigitiruan penuh Masalah yang dihadapi oleh dokter gigi umum

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, melalui wawancara secara langsung dan menggunakan kuesioner.

3.2 Populasi Penelitian