Gambar 4. Hasil cetakan anatomis yang mencakup seluruh daerah pendukung, tidak poreus dan terisi seluruhnya. a Rahang atas b Rahang bawah
20
Hasil cetakan harus segera diisi dengan bahan plaster of paris untuk mendapatkan studi model dan sebagai model untuk pembuatan sendok cetak
fisiologis.
1,20
2.3.1.3 Pencetakan Fisiologis
Prosedur pencetakan fisiologis bertujuan untuk mendapatkan model kerja untuk pembuatan basis gigitiruan. Pencetakan fisiologis menggunakan sendok cetak
fisiologis yang dibuat dari bahan resin akrilik swapolimerisasi.
20
Gambar 5. Sendok cetak fisiologis untuk a Rahang atas dan b Rahang bawah
20
a b
a b
a. Border Molding
Border molding atau disebut juga sebagai muscle trimming, merupakan proses pembentukan tepi-tepi sendok cetak fisiologis untuk mendapatkan anatomi struktur
pembatas gigitiruan yang lebih akurat.
20
Beberapa bahan telah digunakan untuk border molding pada sendok cetak fisiologis, antara lain modeling compound, heavy bodied vinyl polysiloxane dan
polyether. Green stick compound merupakan bahan yang paling bagus digunakan karena memiliki beberapa keuntungan antara lain setting cepat, dapat digunakan
kembali apabila dilakukan pengulangan prosedur border molding, karena kekakuannya dapat digunakan untuk memperpanjang sendok cetak yang terlalu
pendek sekitar 3-4 mm, umumnya bahan cukup kental untuk mempertahankan bentuknya bila dalam keadaan lunak sehingga memberikan lebar yang ideal 2-3 mm
pada tepi sendok cetak, tidak menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan setelah pengerasan serta menghasilkan detail jaringan secara halus. Bahan ini juga
memiliki kelemahan yaitu dapat menyebabkan distorsi ketika dikeluarkan dari daerah undercut, dapat mengiritasi mukosa palatal serta menimbulkan aspirasi.
20
Wax spacer masih berada pada sendok cetak selama prosedur border molding berlangsung dan sebelum melakukan prosedur border molding, tepi sendok cetak
dikurangi terlebih dahulu 2 mm dari batas jaringan yang harus dicetak.
1,4
Apabila menggunakan green stick compound sebagai bahan border molding, secara bertahap
compound dipanaskan dengan lampu spiritus dan didinginkan sedikit hingga mencapai suhu kerja sekitar 49
o
C 120
o
F sampai 60
o
C 140
o
F, kemudian dimasukkan ke dalam rongga mulut pasien untuk membentuk tepi yang cocok dengan
gerakan fisiologis dari struktur anatomi pembatas gigitiruan. Prosedur border molding dilakukan secara berurutan dimulai dari vestibulum bukal, kemudian
vestibulum labial, daerah posterior palatum pada rahang atas dan bagian lingual dari rahang bawah.
20
Gambar 6. Hasil border molding dengan green stick compound pada sendok cetak fisiologis yang dilakukan secara berurutan per regio. a Rahang atas
b Rahang bawah
20
Setelah prosedur border molding selesai, wax spacer dibuang dari permukaan dalam sendok cetak fisiologis kemudian dibuat lubang dengan round bur nomor 6
pada daerah median palatine raphe, daerah anterolateral dan posterolateral dari palatum durum untuk sendok cetak rahang atas, serta di tengah-tengah daerah
alveolar dan fosa retromolar untuk sendok cetak rahang bawah. Lubang-lubang ini dimaksudkan sebagai jalan keluar bagi bahan cetak yang berlebih, memberikan
retensi bagi bahan cetak, mengurangi tekanan secara selektif dan mencegah perpindahan jaringan saat pencetakan fisiologis.
1,4,20
Gambar 7. Sendok cetak fisiologis rahang atas dengan border molding dan
lubang.
a b
b. Teknik Mencetak
Pencetakan fisiologis dilakukan dengan menggunakan teknik mukokompresi. Jaringan lunak di rongga mulut harus dalam keadaan sehat diistirahatkan terlebih
dahulu sebelum membuat cetakan fisiologis. Untuk itu, pasien harus melepas gigitiruannya minimal 24 jam sebelum pencetakan fisiologis.
1
Dua faktor yang terpenting untuk mendapatkan cetakan yang baik untuk gigitiruan penuh yaitu bentuk dan ketepatan sendok cetak fisiologis serta penempatan
yang tepat dari sendok cetak fisiologis pada jaringan pendukung gigitiruan penuh di rongga mulut.
1
2.3.1.4 Penentuan Basis Gigitiruan dan Oklusal Rim
Basis gigitiruan dan oklusal rim berfungsi untuk membangun kontur wajah, membantu dalam pemilihan gigi, membangun dan mempertahankan dimensi vertikal
oklusi selama pencatatan hubungan rahang, membuat catatan interoklusal, sebagai panduan pada penyusunan anasir gigitiruan, sebagai panduan untuk penanaman
model kerja kembali remounting pada artikulator setelah pasang percobaan dan sebagai cetakan wax-up untuk permukaan eksternal gigitiruan penuh.
20
a. Basis Gigitiruan
Basis gigitiruan harus memenuhi syarat, antara lain harus stabil pada model kerja dan pada rongga mulut, harus kaku, adaptasi yang baik pada model, menutupi
seluruh jaringan pendukung lengkung rahang, estetik dan nyaman bagi pasien. Resin akrilik swapolimerisasi merupakan bahan yang paling sering digunakan sebagai basis
gigitiruan ini karena memiliki kekuatan, kekakuan dan adaptasi yang baik pada model kerja dan di dalam mulut.
1,4,5,17,20
Daerah undercut pada model rahang di blocking out dengan wax agar mudah memisahkan basis tanpa merusak model. Seluruh permukaan basis yang berkontak
dengan bibir, pipi dan lidah harus halus dan dipoles untuk memberi kenyamanan bagi pasien saat memakai gigitiruan. Basis gigitiruan pada daerah puncak linggir alveolar,
lereng labial dan lereng bukal harus tipis untuk memperoleh ruangan bagi penyusunan anasir gigitiruan.
1,20
b. Oklusal Rim
Bahan oklusal rim dari baseplate wax sering digunakan karena mudah dimanipulasi di laboratorium, mudah dibentuk untuk memperoleh kontur rongga
mulut yang tepat, estetik, dapat dibentuk sesuai ukuran dan bentuk gigi serta nyaman bagi pasien.
20
Oklusal rim diletakkan di atas linggir yang sebelumnya dibuat basis gigitiruan dan dengan lembut ditekan sampai oklusal rim sejajar dengan basis pada model. Rim
direkatkan dengan basis dan seluruh daerah yang kosong pada labial dan lingual ditambahkan dengan wax, kemudian oklusal rim dihaluskan.
20
Ukuran dan bentuk eksternal dari oklusal rim sangat penting, harus sama dengan gigi asli yang akan digantikan. Tinggi oklusal rim rahang atas pada daerah
anterior sekitar 22 mm yang diukur dari dasar perlekatan frenulum labial dan sekitar 12 mm dari basis di daerah tuberositas. Lebar labio-lingual sekitar 8-10 mm di
posterior, dan 6-8 mm pada regio anterior. Tinggi oklusal rim pada rahang bawah sekitar 18 mm, sedangkan tinggi bagian posterior tidak melebihi setengah tinggi
retromolar pad, lebar 3 mm ke arah bukal sedangkan ke arah lingual lebar tidak melebihi perluasan medial dari tepi sayap lingual. Inklinasi oklusal rim pada labial
dari kaninus ke kaninus sekitar 15
o
untuk memberikan dukungan bibir yang memadai.
20
Gambar 8. Ukuran dan bentuk basis dan oklusal rim.arahang atas brahang bawah
20
a b
Oklusal rim yang dipasang dalam mulut pasien harus tampak normal, dengan persyaratan yaitu:
Ekstra Oral: 1
Sulcus nasolabial, sulcus mentolabial, commisura bibir dan filtrum pasien harus mendapat dukungan yang baik dari oklusal rim. Jika tidak ada
dukungan, maka sulcus nasolabial, sulcus mento labial dan filtrum menjadi rata serta commisura kendor, namun jika dukungan berlebihan sulcus
nasolabial, sulcus mentolabial berubah bentuk dan dangkal, filtrum akan hilang alurnya dan commisura berubah ke arah lateral.
2 Bibir dan pipi tidak boleh tampak cembung atau cekung bila oklusal rim
berada dalam mulut. Oklusal rim yang baik harus mendukung bibir dan pipi serta otot-otot ekspresi wajah secara normal.
1,4,5,17,20
Intra Oral: 1
Bidang oklusal dari oklusal rim rahang atas sejajar garis interpupil mata jika dilihat dari depan dan sejajar garis alanasi-tragus Camper’s line apabila
dilihat dari arah lateral yang diukur dengan occlusal guide plane. 2
Pada posisi istirahat fisiologis dan bibir pasien dalam keadaan rileks, bidang oklusal dari oklusal rim rahang atas terlihat kira-kira 2 mm dibawah bibir atas.
Gambar 9. Hubungan antara garis interpupil mata, Camper’s line dan bidang oklusal
17
3 Bidang oklusal dari oklusal rim rahang atas dan rahang bawah harus
berkontak rapat jika dioklusikan 4
Garis median pada oklusal rim harus sesuai dengan garis median pasien. 5
Garis kaninus akan membuat garis lurus jika ditarik dari pupil mata ke sudut mulut.
1,4,5,17,20
Setelah oklusal rim memenuhi persyaratan, selanjutnya dapat dilakukan pengukuran dimensi vertikal dan relasi sentrik.
1,4,5,17,20
2.3.1.5 Penentuan Hubungan Rahang
Hubungan rahang didefinisikan sebagai suatu keadaan hubungan rahang bawah terhadap rahang atas dan dinyatakan dengan hubungan rahang dalam arah
vertikal dan hubungan rahang dalam arah horizontal. Kedua hubungan rahang ini saling mempengaruhi satu sama lain.
17
Hubungan rahang dalam arah vertikal disebut juga dengan dimensi vertikal. Dimensi vertikal sering diartikan sebagai tinggi wajah vertikal yang ditentukan oleh
besarnya ruang antar rahang. Terdapat dua keadaan dimensi vertikal yaitu dimensi vertikal oklusi dan dimensi vertikal istirahat fisiologis, sehingga dalam mulut terdapat
selisih ruang dari kedua dimensi vertikal tersebut yang dikenal sebagai jarak interoklusal free way space yang dalam keadaan normal berkisar antara 2-4 mm.
Sedangkan hubungan rahang dalam arah horizontal yang sering dikenal dengan relasi sentrik, merupakan hubungan horizontal maksilomandibular ketika rahang bawah
dalam posisi paling posterior.
17
Banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi vertikal dan relasi sentrik pada pasien edentulus, namun pengukuran sering dilakukan dengan
mengkombinasikan beberapa metode sehingga mendapatkan hasil pengukuran yang lebih akurat. Ketidaktepatan dalam menentukan hubungan rahang baik dimensi
vertikal maupun relasi sentrik akan menyebabkan berbagai keluhan dari pasien diantaranya gangguan fungsi pengunyahan, bicara, estetik dan mempertahankan
kesehatan jaringan pendukung gigitiruan penuh serta akan mempengaruhi sendi temporomandibular.
17,20
a. Pengukuran Dimensi Vertikal
Pada pengukuran dimensi vertikal gigitiruan penuh, dimensi vertikal istirahat ditentukan terlebih dahulu kemudian pengukuran dimensi vertikal oklusi. Dimensi
vertikal istirahat fisiologis diartikan sebagai posisi netral dari rahang bawah pada saat otot-otot membuka dan menutup mulut berada dalam keadaan seimbang. Dimensi
vertikal istirahat fisiologis diukur pada saat rahang bawah dalam keadaan istirahat fisiologis dengan cara pasien didudukkan dalam keadaan rileks dengan posisi kepala
sedemikian rupa dimana alanasi-tragus sejajar lantai, buat tanda berupa dua titik pada wajah, satu diatas puncak hidung dan satu lagi pada bagian paling menonjol dari dagu
pasien. Pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan menelan dan rahang bawah dibiarkan dalam keadaan posisi istrirahat fisiologis, ukur jarak kedua titik tersebut.
Kemudian pasien diinstruksikan untuk mengucapkan huruf “mmm” berdengung dan secara bersamaan dilakukan pengukuran jarak kedua titik kembali. Apabila hasil pada
kedua pengukuran sama, maka posisi tadi dapat diterima sebagai dimensi vertikal istirahat. Pengukuran ini harus dilakukan beberapa kali, pasien diajak berbicara dan
rileks diantara kedua pengukuran tersebut.
17,20
Setelah ukuran dimensi vertikal istirahat diperoleh, kemudian dikurangi dengan jarak free way space sekitar 2-3 mm sehingga didapatkan hasil akhir yang
merupakan dimensi vertikal oklusal pendahuluan. Masukkan oklusal rim ke dalam mulut dan pasien diinstruksikan menutup mulut hingga mencapai kontak minimal
antara oklusal rim rahang atas dan oklusal rim rahang bawah. Oklusal rim disesuaikan hingga mencapai dimensi vertikal oklusal pendahuluan. Untuk
mengetahui ketepatan dari dimensi vertikal, dilakukan dengan tes fonetik. Pasien diintruksikan untuk mengucapkan kata-kata yang mengandung huruf desis yaitu
huruf “S”, contohnya mengucapkan angka dari “sebelas” sampai “sembilanbelas”. Pada saat pasien mengucapkan kata-kata ini, harus terdapat celah diantara kedua
oklusal rim di daerah gigi premolar yang besarnya skitar 2-4 mm. Jarak ini disebut ruang bicara terkecil closest speaking space. Secara estetik, ketika oklusal rim
berkontak, bibir harus bersentuhan secara minimal dan dagu tidak terlihat terlalu dekat dengan hidung.
17,20,21
b. Pengukuran Relasi Sentrik
Apabila dimensi vertikal yang benar telah ditetapkan, selanjutnya dilakukan penetapan hubungan rahang pada dataran horizontal yaitu relasi sentrik. Pengukuran
relasi sentrik dapat dilakukan dengan metode statis, fungsional dan grafik. Metode statis lebih sering digunakan karena praktis dan dapat dilakukan berulang-ulang.
Penetapan relasi sentrik dengan metode statis dilakukan dengan cara:
4
1 Persiapkan groove berbentuk V dengan kedalaman 3-4 mm pada oklusal rim
rahang atas yang ditempatkan secara bilateral di regio molar satu-premolar dua. Oleskan gel petroleum pada daerah yang bersentuhan dengan lawan wax rim dan
masukkan oklusal rim rahang atas ke dalam mulut pasien. 2
Persiapkan daerah berbentuk kotak dengan kedalaman 2-3 mm pada oklusal rim rahang bawah yang ditempatkan secara bilateral di regio molar satu-premolar dua.
Isi daerah tersebut dengan bahan beeswax lunak dan masukkan oklusal rim rahang bawah ke dalam mulut pasien.
3 Pasien didudukkan dengan rileks dan posisi kepala didukung oleh sandaran
kepala. Oklusal rim berada di dalam mulut pasien. Stabilkan oklusal rim rahang atas dengan ibu jari dan jari telunjuk, kemudian ibu jari dan jari tangan lainnya
ditempatkan pada permukaan labial oklusal rim rahang bawah untuk menstabilkan basis gigitiruan pada posisi linggir serta memandu rahang bawah
pasien ke posisi relasi sentrik. Pasien diinstruksikan membuka dan menutup mulut pelan-pelan. Pada saat pasien membuka mulut, rahang bawah didorong ke
belakang perlahan-lahan tanpa paksaan dan berhenti pada saat oklusal rim mencapai dimensi vertikal yang telah ditentukan sebelumnya. Gerakan ini
dicobakan beberapa kali hingga pasien melakukannya dengan benar dan terbiasa dengan posisi tersebut.
4 Setelah dimensi vertikal dan relasi sentrik diperoleh, lalu oklusal rim difiksasi.
Pasien dan oklusal rim tidak boleh bergerak selama bahan pencatat mengeras. Apabila bahan pencatat telah mengeras, pasien membuka mulut secara hati-
hati dan oklusal rim beserta catatan interoklusalnya dikeluarkan dari mulut sebagai satu unit. Bahan pencatat yang berlebihan dibuang dan lakukan pengecekan, kedua
oklusal rim tidak boleh berkontak pada daerah distal. Kemudian oklusal rim dikembalikan pada model kerja dan ditanam pada artikulator.
1,4
2.3.1.6 Pemilihan Warna Anasir Gigitiruan Penuh
Warna mempunyai 4 sifat yaitu hue, chroma, value dan translusens yang seluruhnya terlibat dalam pemilihan gigi.
1
a. Hue, yaitu warna khas yang dihasilkan oleh gelombang cahaya tertentu yang
jatuh pada retina. Merupakan warna itu sendiri, seperti biru, merah, hijau dan kuning.
b. Saturasi Chroma ialah jumlah warna per unit area dari suatu obyek.
Misalnya beberapa gigi tampak lebih kuning dari yang lain. Warna dasarnya mungkin sama, tetapi ada sesuatu yang lain pada beberapa gigi dibandingkan
yang lain. c.
KecemerlanganValue ialah terang atau gelapnya sesuatu obyek. Variasi dalam kecemerlangan dihasilkan oleh pengenceran warna hue dengan putih
atau hitam d.
Kebeningan translusens ialah sifat suatu obyek yang memungkinkan cahaya menembus melaluinya tetapi tidak memberikan bayangan yang dapat
dibedakan. Pemilihan warna anasir gigitiruan akan mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan perawatan. Pada umumnya pemilihan warna dapat disesuaikan dengan umur, warna kulit, rambut atau pupil serta jenis kelamin pasien.
1
Untuk memilih warna gigi yang sesuai bagi pasien biasanya digunakan pedoman warna gigi shade
guide.
20
Gambar 10. Salah satu contoh shade guide pada pemilihan warna anasir GTP
20
Pemilihan warna gigi dilakukan di hari yang cerah, dengan menundukkan pasien dekat dengan cahaya alamiah dan dibawah sinar lampu yang mendekati sinar
matahari. Pengamatan dengan pedoman warna dilakukan dalam posisi, yaitu: 1
Di luar mulut disamping hidung, yang menentukan warna dasar, kecemerlangan dan saturasi.
2 Di balik bibir dengan hanya tepi insisal yang terlihat, yang akan menunjukkan
pengaruh warna gigi ketika mulut pasien relaks. 3
Di balik bibir dengan hanya bagian servikal yang tertutup dan mulut terbuka, yang menentukan pencahayaan gigi saat tersenyum.
1
2.3.1.7 Pasang Percobaan Gigitiruan Penuh
Pasang percobaan estetik dan fungsional merupakan kesempatan akhir bagi dokter gigi untuk memastikan bahwa gigitiruan wax telah memenuhi syarat estetik,
fonetik dan fungsional bagi pasien serta untuk memastikan bahwa oklusal rim berada pada hubungan horizontal dan vertikal yang benar pada artikulator sebelum gigitiruan
diproses. Prosedur ini juga akan memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikan penilaian terhadap gigitiruan yang akan dibuat.
20
Pemeriksaan pada artikulator meliputi posisi gigi, bentuk lengkung rahang, perluasan basis wax pada daerah sulkus, retromolar pad dan aspek posterior palatum
serta pemeriksaan terhadap oklusi dan konturing wax. Pemeriksaan intraoral mencakup adaptasi dan kecekatan dari basis, retensi dan stabilisasi, dukungan wajah,
fonetik, dimensi vertikal, relasi sentrik, estetik dalam hal bentuk, susunan dan warna gigi. Setelah itu pasien dianjurkan untuk melakukan penilaian terhadap penampilan
wajah dengan gigitiruan di depan cermin dibantu oleh anggota keluarga yang mendampingi untuk mencapai kesepakatan pada penampilan gigitiruan yang
diusulkan.
1,4,5,17,20
Apabila akan dilakukan perubahan terhadap posisi, bentuk, ukuran dan warna gigi serta pemilihan warna basis gigitiruan, hal tersebut perlu dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan pasien. Setelah itu pasien menandatangani formulir pernyataan kepuasan pasien dengan susunan gigitiruan. Gigitiruan dikirim kembali ke
laboratorium untuk proses selanjutnya, jika dokter gigi dan pasien telah puas dan sepakat terhadap penilaian gigitiruan yang telah dilakukan.
1,4,5,17,20
2.3.1.8 Remounting dan Selective Grinding
Prosedur flasking, packing dan processing resin akrilik dapat menghasilkan perubahan dimensi yang menyebabkan hubungan oklusi yang tidak harmonis dan
peninggian dimensi vertikal oklusal. Hal tersebut dapat disebabkan oleh:
1,4,5,20
1. Perubahan dimensi wax ketika penanaman kuvet flasking
2. Anasir gigitiruan yang tertekan ke dalam bahan tanam akibat pengepresan
sewaktu pengisian akrilik. 3.
Pemasangan bagian-bagian kuvet yang tidak tepat 4.
Sisa akrilik yang berlebih karena adonan resin akrilik terlalu elastis atau pengepresan yang kurang pada saat pengisian akrilik
5. Perubahan thermis pada saat polimerisasi resin akrilik
Remounting adalah suatu prosedur pemasangan kembali gigitiruan ke artikulator yang bertujuan untuk mengkoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis
dari gigitiruan yang baru selesai diproses. Biasanya incisal guidance pin dari artikulator tidak berkontak dengan incisal guidance table dan gigitiruan harus
digrinding untuk memperbaiki dataran bidang oklusi.
1,5
Selective grinding merupakan pengasahan permukaan oklusal gigitiruan pada tempat-tempat tertentu untuk memastikan bahwa oklusi sentrik gigitiruan tepat
dengan hubungan rahang sentrik dan juga gigitiruan harus dalam kontak eksentrik yang seimbang pada semua sisi. Merupakan salah satu tahap terpenting untuk
mencapai oklusi seimbang dari gigitiruan. Oklusi yang seimbang memastikan bahwa tekanan akan jatuh merata disetiap bagian lengkung rahang sehingga kestabilitan
gigitiruan dapat dipertahankan ketika rahang bawah berada pada posisi sentrik maupun eksentrik.
1,4,5,17,20
2.3.1.9 Pemasangan Gigitiruan Penuh
Prosedur pemasangan gigitiruan harus dijadwalkan karena memerlukan waktu yang cukup untuk melakukan pemasangan gigitiruan dan konsultasi untuk menjawab
setiap pertanyaan dan kekhawatiran pasien. Pasien diinstruksikan untuk menanggalkan gigitiruan lamanya selama 12-24 jam sebelum gigitiruan baru
dipasangkan agar gigitiruan baru dapat duduk pada jaringan yang sehat dan tidak dalam keadaan distorsi.
1,4,5,20
Sebelum pemasangan gigitiruan, lakukan pemeriksaan pada permukaan basis gigitiruan yang menghadap ke jaringan mulut dan permukaan yang dipoles harus
bebas dari gelembung serta goresan tajam untuk menghindari trauma pada mukosa mulut serta tumpukan plak.
5
Pemeriksaan gigitiruan dilakukan satu persatu secara terpisah untuk retensi, stabilitas dan kenyamanan di dalam rongga mulut, kemudian oklusi dan fonetik
diperiksa setelah gigitiruan atas dan bawah berada pada rongga mulut. Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan bantuan articulating paper untuk mengoreksi kontak
prematur. Mulut harus dapat ditutup secara bersamaan tanpa adanya hambatan.
5
Pasien dianjurkan untuk memakai gigitiruan selama 24 jam setelah pemasangan untuk menyesuaikan gigitiruan di dalam rongga mulut. Pasien diberikan
informasi dan petunjuk secara verbal maupun instruksi tertulis mengenai pemakaian gigitiruan, cara pembersihan dan pemeliharaan gigitiruan yang dipakainya serta
tentang pemeriksaan secara periodik yang diperlukan.
1
2.3.1.10 Pemeriksaan Pasca Pemasangan Gigitiruan Penuh
Pemeriksaan pertama dijadwalkan 1 sampai 3 hari pasca pemasangan gigitiruan dan pemeriksaan kedua dijadwalkan satu minggu setelah pemeriksaan
pertama. Dokter gigi harus menanyakan keluhan pasien terhadap gigitiruan meliputi fungsi bicara, mastikasi, estetik maupun kenyamanan pemakaian gigitiruan. Setelah
itu dilakukan pemeriksaan terhadap oklusi gigitiruan dan mukosa di dalam rongga mulut. Seluruh rongga mulut diperiksa secara visual dan palpasi sehingga dapat
ditentukan lokasi apabila terdapat iritasi jaringan lunak. Perawatan yang dilakukan meliputi:
1,4,5
1. Pengobatan terhadap iritasi pada jaringan lunak.
2. Koreksi terhadap ketidaksesuaian oklusal.
3. Perbaikan terhadap basis gigitiruan yang terlalu panjang dan tepi
gigitiruan yang tajam. Kontrol berkala bagi pasien pemakai gigitiruan sebaiknya dilakukan dalam
interval waktu 12 bulan, sedangkan bagi pasien dengan problem kesehatan tertentu, dianjurkan untuk melakukan kontrol berkala dengan interval waktu 3-4 bulan.
1,5
2.3.2 Prosedur Perawatan Gigitiruan Sebagian Lepasan 2.3.2.1 Prosedur Diagnostik