prosedur pemeriksaan radiografik dan border molding pada sendok cetak fisiologis Tabel 18.
5.2.2 Aplikasi Prosedur Perawatan Gigitiruan Sebagian Lepasan pada
Praktik Dokter Gigi Umum di Kota Medan
Hasil penelitian tentang aplikasi prosedur perawatan GTSL pada praktik dokter gigi umum menunjukkan bahwa dokter gigi umum di Kota Medan tidak
mengaplikasikan seluruh prosedur perawatan GTSL. Hal ini sesuai dengan penelitian Lynch dan Allen 2006 pada 107 responden yang tidak mengaplikasikan seluruh
prosedur perawatan GTSL.
34
Tahap prosedur perawatan GTSL yang sebagian besar tidak diaplikasikan oleh dokter gigi umum di Kota Medan adalah prosedur border
molding dan pencetakan fisiologis. Border molding dilakukan untuk mendapatkan batas anatomi struktur pembatas GTSL yang lebih akurat dan pembentukkan sekitar
rongga mulut sehingga dapat terbentuk seal yang baik. Namun, pada penelitian ini sebanyak 11 responden 27,5 mengaplikasikan border molding pada sendok cetak
fisiologis untuk kasus free end. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mendez 1985 pada 107 orang dokter gigi umum
yang menyebutkan sebanyak 36 responden mengaplikasikan border molding pada sendok cetak fisiologis dan hasil penelitian Clark dkk 2001 pada 1455 orang dokter
gigi di Amerika Serikat yang menyebutkan 58,67 responden mengaplikasikan border molding pada sendok cetak fisiologis.
11,13
Pencetakan fisiologis bertujuan untuk mendapatkan cetakan fisiologis yang lebih akurat dari segi keakuratan jaringan pendukungnya maupun anatomi struktur
pembatasnya sehingga mendapatkan dukungan pada gigi penyangga lebih akurat dan stabilisasi pada gigi penyangga lebih baik.
2,3
Pada penelitian ini sebanyak 19 responden 47,5 mengaplikasikan pencetakan fisiologis.
Dari hasil penelitian juga didapati tahap prosedur perawatan GTSL yang diaplikasikan dengan persentase terendah oleh dokter gigi umum di Kota Medan
yaitu pemeriksaan radiografik. Pemeriksaan radiografik pada perawatan GTSL berfungsi untuk mengevaluasi struktur tulang alveolar gigi penyangga, evaluasi
morfologi, panjang dan jumlah akar gigi penyangga, memeriksa adanya lesi karies, sisa akar gigi, gigi terpendam, resorpsi maupun sclerosis tulang alveolar dan kelainan
periapikal, serta mengevaluasi perawatan gigi yang telah dilakukan.
2,3,5,6,20,21
Pada penelitian ini pemeriksaan radiografik sangat jarang diaplikasikan oleh dokter gigi
umum di Kota Medan, hanya 8 responden 20 yang mengaplikasikan prosedur perawatan tersebut Tabel 19. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Bohay dkk
1995 pada 963 dokter gigi di Ontario, Kanada yang menemukan 80 responden melakukan pemeriksaan radiografik pada pasien mereka.
35
Hasil penelitian tentang aplikasi prosedur perawatan GTSL pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan berdasarkan variabel-variabel penelitian
menunjukkan: 1
Berdasarkan jenis kelamin, secara umum dapat menjadi gambaran bahwa dokter gigi umum di Kota Medan dominan tidak mengaplikasikan seluruh prosedur
perawatan GTSL baik pada dokter gigi umum laki-laki maupun perempuan, dengan persentase terbesar 85,71 pada dokter gigi umum laki-laki yang tidak
mengaplikasikan seluruh prosedur perawatan GTSL Tabel 20, sedangkan pada dokter gigi umum perempuan 78,79 Tabel 21. Dari hasil penelitian ditemukan
bahwa tahap prosedur perawatan GTSL yang diaplikasikan dengan persentase terendah oleh dokter gigi umum perempuan dan dokter gigi umum laki-laki ialah
prosedur pemeriksaan radiografik. Pada tabel juga dapat dilihat bahwa pemeriksaan ekstra oral tampak lebih dominan diaplikasikan pada dokter gigi perempuan 90,9
daripada dokter gigi laki-laki57,1 Tabel 22. 2
Berdasarkan usia, hasil penelitian menunjukkan dokter gigi umum di Kota Medan pada kelompok usia 36-45 tahun dan 46-55 tahun cenderung untuk tidak
mengaplikasikan seluruh prosedur perawatan GTSL Tabel 23. Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa prosedur border molding merupakan tahap prosedur
perawatan GTSL dengan persentase yang terendah pada kelompok usia 26-35 tahun, sedangkan pemeriksaan radiografik merupakan tahap prosedur perawatan GTSL
dengan persentase yang terendah pada kelompok usia 36-45 tahun dan 46-55 tahun, namun pada kelompok usia 56-65 tahun border molding pada sendok cetak fisiologis
dan pencetakan fisiologis merupakan tahap prosedur perawatan GTSL dengan persentase yang terendah Tabel 24.
3 Berdasarkan lama praktik, hasil penelitian menunjukkan bahwa dokter
gigi umum di Kota Medan pada kelompok lama praktik 30 tahun dan 11-20 tahun cenderung untuk tidak mengaplikasikan seluruh prosedur perawatan GTSL
Tabel25. Berdasarkan hasil penelitian Clark dkk 2001 hal ini dapat terjadi karena dokter gigi yang telah berpengalaman menganggap mereka dapat memberikan
perawatan yang efektif untuk kasus tertentu menggunakan teknik yang bukan bagian dari kurikulum.
13
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa prosedur pemeriksaan radiografik merupakan tahap prosedur perawatan GTSL yang diaplikasikan dengan
persentase terendah pada kelompok lama praktik ≤
10 tahun dan 11-20 tahun. Sementara itu, dokter gigi umum dengan lama praktik 30 tahun yang berjumlah 1
responden 100 mengaplikasikan hampir seluruh tahap prosedur perawatan GTSL, kecuali prosedur pemeriksaan radiografik dan border molding pada sendok cetak
fisiologis Tabel 26. 4
Berdasarkan tamatan universitas, hasil penelitian menunjukkan dokter gigi umum di Kota Medan dominan untuk tidak mengaplikasikan seluruh prosedur
perawatan GTSL baik pada dokter gigi umum tamatan USU maupun tamatan Non USU, dengan persentase terbesar pada dokter gigi umum tamatan USU 84,85
tidak mengaplikasikan seluruh prosedur perawatan GTSL, sedangkan dokter gigi umum tamatan Non USU 57,14 Tabel 27. Hal ini sejalan dengan penelitian
Singh dkk 2011 bahwa sebagian besar dokter gigi tidak mengikuti prosedur yang telah mereka pelajari selama masa pendidikan dan lebih mengikuti prosedur singkat
dan sesuai kenyamanan mereka sendiri untuk melakukan perawatan prostodontik.
12
Namun, hasil penelitian Petropoulos dan Rashedi 2006 mengenai kurikulum GTSL
pada institusi pendidikan kedokteran gigi di Amerika Serikat menunjukkan sebagian besar institusi pendidikan menggunakan bahan maupun teknik yang sama dalam
perawatan GTSL.
10
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa prosedur pemeriksaan radiografik merupakan tahap prosedur perawatan GTSL yang diaplikasikan dengan
persentase terendah, baik pada dokter gigi tamatan USU maupun Non USU Tabel28.
5 Berdasarkan tahun tamat, hasil penelitian menunjukkan dokter gigi umum
di Kota Medan lebih banyak tidak mengaplikasikan seluruh prosedur perawatan GTSL baik pada dokter gigi umum dengan tahun tamat
≤ 2006 maupun ≥ 2006, dengan persentase terbesar pada dokter gigi umum dengan tahun tamat
≤ 2006
84,62 yang tidak mengaplikasikan seluruh prosedur perawatan GTSL, sedangkan pada dokter gigi umum dengan tahun tamat
≥ 2006 71,43 Tabel 29. Hal ini kemungkinan disebabkan Standar Kompetensi Dokter Gigi baru ditetapkan pada
tahun 2006, sehingga dokter gigi umum dengan tahun tamat ≥ 2006 lebih mentaati
tahap prosedur perawatan GTSL yang telah diajarkan di universitas sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Gigi tersebut.
7
Dari hasil penelitian juga dapat terlihat bahwa pemeriksaan radiografik merupakan tahap prosedur perawatan GTSL yang
diaplikasikan dengan persentase terendah oleh dokter gigi umum dengan tahun tamat ≤ 2006, sedangkan pada dokter gigi dengan tahun tamat
≥ 2006 meliputi prosedur pemeriksaan radiografik dan border molding pada sendok cetak fisiologis Tabel 30.
Berdasarkan penelitian Azevedo-Vas dkk 2013 yang menyatakan bahwa dokter gigi yang tidak mengaplikasikan prosedur pemeriksaan radiografik terkait erat dengan
pelatihan yang tidak adekuat selama masa perkuliahan.
36
5.2.3 Aplikasi Prosedur Perawatan Gigitiruan Cekat pada Praktik Dokter Gigi Umum di Kota Medan