Gigitiruan harus dapat dipasangkan pada rongga mulut tanpa tekanan atau paksaan. Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat
pemasangan dapat dihilangkan dengan cara pengasahan permukaan gigitiruan dengan memperhatikan kontak antara permukaan gigi atau jaringan dengan gigitiruan jangan
sampai menjadi rusak atau hilang. Setelah gigitiruan dapat dimasukkan ke dalam mulut, dilakukan pemeriksaan terhadap stabilitas gigitiruan, oklusi, artikulasi, estetik
dan kecekatan serta ketepatan kontak bagian-bagian gigitiruan dengan jaringan keras maupun lunak rongga mulut.
3,5,20
Edukasi kepada pasien sangat penting dilakukan mengenai cara memasang dan melepas serta merawat gigitiruan yang dipakainya, cara menjaga kesehatan mulut
serta gigi yang masih ada dan gangguan yang mungkin timbul akibat pemakaian gigitiruan. Pasien dianjurkan untuk memakai gigitiruan selama 24 jam setelah
pemasangan untuk menyesuaikan gigitiruan di dalam rongga mulut.
20
2.3.2.7 Pemeriksaan Pasca Pemasangan Gigitiruan Sebagian Lepasan
Pemeriksaan dijadwalkan seminggu setelah pemasangan gigitiruan. Perlu ditanyakan kepada pasien mengenai permasalahan kenyamanan dan fungsi gigitiruan,
kemudian lakukan pemeriksaan pada jaringan lunak rongga mulut apakah terdapat ulserasi atau eritema serta oklusi dengan articulating paper.
5
Pasien juga perlu diberitahu bahwa setelah pemakaian beberapa waktu, gigitiruan pasti mengalami perubahan begitu pula bagian tertentu dari jaringan rongga
mulut pasien sehingga perlu dilakukan pemeriksaan berkala minimal dua kali dalam setahun untuk mencegah terjadinya kerusakan lanjut yang mungkin timbul seperti
karies maupun penyakit periodontal.
5,20
2.3.3 Prosedur Perawatan Gigitiruan Cekat
2.3.3.1 Prosedur Diagnostik
Penegakan diagnosa dilakukan melalui anamnesa dan pemeriksaan klinis untuk mengumpulkan informasi yang penting dalam perawatan gigitiruan cekat.
Informasi yang dapat diperoleh melalui anamnesa meliputi identitas pasien, keluhan
pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi dan mulut meliputi perawatan yang pernah dilakukan khususnya pengalaman pasien terhadap perawatan
prostodontik sebelumnya serta harapan pasien terhadap gigitiruan yang akan dibuat. Dokter gigi juga harus mengevaluasi sikap mental pasien terhadap perawatan
gigitiruan.
23,24
Prosedur pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intra oral. Pemeriksaan ekstra oral meliputi asimetris wajah, bentuk
bibir, sendi temporomandibular dan otot-otot pengunyahan. Pemeriksaan intra oral dilakukan untuk mengevaluasi kondisi jaringan lunak rongga mulut, gigi dan struktur
pendukung. Pemeriksaan jaringan lunak rongga mulut meliputi lidah, dasar mulut, vestibulum, pipi, palatum keras dan palatum lunak. Pemeriksaan terhadap gigi
meliputi gigi yang hilang, oral hygiene, warna gigi, oklusi gigi, kontak premature, kondisi gigi yang tinggal apakah terdapat karies, restorasi, mobility, elongasi,
malformasi, atrisi, fraktur dan vitalitas gigi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap kondisi ginggiva dan perlekatan jaringan periodonsium. Seluruh hasil pemeriksaan
klinis dituliskan pada dental chart.
23,24
Pemeriksaan radiografik berfungsi untuk mengevaluasi struktur tulang alveolar gigi penyangga, evaluasi morfologi, panjang dan jumlah akar gigi
penyangga, evaluasi tebal dinding pelindung pulpa, memeriksa adanya lesi karies, sisa akar gigi, gigi terpendam, resorpsi maupun sclerosis tulang alveolar dan kelainan
periapikal, serta mengevaluasi perawatan gigi yang telah dilakukan baik tambalan maupun perawatan saluran akar.
23
Penegakan diagnosa dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, kemudian ditentukan rencana perawatan yang dirinci selengkap mungkin
mencakup perawatan pendahuluan dan penentuan desain perawatan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien mencakup penentuan gigi penyangga dan
menentukan desain GTC.
5,23,24
2.3.3.2 Pencetakan Anatomis