Pemeriksaan Pasca Pemasangan Gigitiruan Cekat

plak terutama di sekitar pontik dan konektor dengan menggunakan alat pembersih rongga mulut tambahan seperti dental floss untuk mencegah penumpukan plak di bawah pontik. 23

2.3.3.11 Pemeriksaan Pasca Pemasangan Gigitiruan Cekat

Pemeriksaan dijadwalkan satu atau dua minggu setelah pemasangan gigitiruan cekat untuk mengevaluasi prosedur oral hygiene telah dilakukan secara benar oleh pasien, mengevaluasi fungsi, oklusi, kenyamanan gigitiruan, dan memastikan tidak terdapat sisa semen pada sulkus ginggiva yang mungkin tidak terdeteksi sebelumnya. Pemeriksaan kedua dijadwalkan satu minggu setelah pemeriksaan pertama untuk memastikan bahwa tidak ada koreksi lebih lanjut yang diperlukan. 5 Pemeriksaan berkala sebaiknya dijadwalkan dalam interval waktu 6 bulan dan pemeriksaan radiografik dilakukan 1 tahun setelah pemasangan gigitiruan cekat untuk mengevaluasi kondisi apikal gigi penyangga dan selanjutnya pemeriksaan radiografik secara rutin setiap 4 tahun untuk mendeteksi kematian pulpa dan infeksi apikal gigi penyangga. 5 2.4.4 Permasalahan yang Dihadapi oleh Dokter Gigi Selama Mengaplikasikan Prosedur Perawatan Prostodontik Terdapat beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh dokter gigi selama mengaplikasikan prosedur perawatan prostodontik. Menurut penelitian Singh dkk 2011, masalah-masalah yang dihadapi oleh dokter gigi dapat dikaitkan dengan kurangnya pengetahuan tentang bahan dan teknik serta keterampilan selama melakukan prosedur klinis perawatan prostodontik. 14 Selain itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa keterbatasan waktu dan tingginya biaya juga merupakan permasalahan yang sering dihadapi oleh dokter gigi selama melakukan prosedur perawatan prostodontik. 10-12,15,16 Keterbatasan waktu dalam pembuatan gigitiruan, menyebabkan dokter gigi menggunakan metode singkat yang tidak memberikan manfaat sepenuhnya pada pengetahuan dasar yang telah dipelajari selama pendidikan di Fakultas Kedokteran gigi, akibatnya dokter gigi cenderung memberikan perawatan prostodontik yang diberi nama “dental mechanics”. Hal ini berbahaya karena hasil yang tidak memuaskan ini menunjukkan bahwa tekniker dapat melakukan pelayanan prostodontik yang lebih baik, yang kenyataannya dokter gigi dapat melakukan perawatan yang lebih baik apabila memiliki waktu yang cukup. 15 Kontak waktu yang memadai dengan pasien sangat penting untuk mengembangkan keahlian, keterampilan manual dan penilaian klinis yang diperlukan untuk keberhasilan perawatan prostodontik. 16 2.4 Kerangka Teori Aplikasi Prosedur Perawatan Prostodontik pada Praktik Dokter Gigi Umum di Kota Medan Memperbaiki Fungsi:  Mastikasi  Fonetik Memperbaiki Kesehatan Umum Memperbaiki Estetik Memperbaiki Fungsi:  Mastikasi  Fonetik Merestorasi memelihara kesehatan gigi dan jaringan rongga mulut Perawatan Prostodontik Tujuan GTP Implan Jenis Keberhasilan Perawatan Pasien Rencana Perawatan Diagnosa Masalah yang dihadapi oleh dokter gigi umum Aplikasi prosedur perawatan prostodontik pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan GTSL Syarat Protesa Maksilo- fasial Gigitiruan Lepasan Mahkota Jembatan Retensi Dukungan Tidak Sakit Stabilitas Estetik Oklusi Prosedur Laboratoris Tekniker gigi Dokter gigi Prosedur Klinis Persentase Perawatan Gigitiruan Cekat 2.5 Kerangka Konsep Aplikasi Prosedur Perawatan Prostodontik pada Praktik Dokter Gigi Umum di Kota Medan Prosedur Perawatan Prostodontik di Institusi Pendidikan Gigitiruan Sebagian Lepasan Gigitiruan Penuh Gigitiruan Cekat Aplikasi prosedur perawatan prostodontik pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan 1. Prosedur Diagnostik 2. Pencetakan anatomis 3. Border molding untuk kasus free end 4. Pencetakan fisiologis 5. Penentuan hubungan rahang 6. Pemilihan warna anasir gigitiruan 7. Pasang percobaan gigitiruan 8. Pemasangan gigitiruan sebagian lepasan 9. Pemeriksaan pasca pemasangan gigitiruan sebagian lepasan 1. Prosedur Diagnostik 2. Pencetakan anatomis 3. Pemilihan warna gigitiruan 4. Preparasi gigi penyangga 5. Retraksi gingiva 6. Pencetakan fisiologis 7. Restorasi sementara 8. Pasang percobaan gigitiruan 9. Pemasangan sementara gigitiruan cekat 10. Pemasangan tetap gigitiruan cekat 11. Pemeriksaan pasca pemasangan gigitiruan cekat 1. Prosedur Diagnostik 2. Pencetakan anatomis 3. Border molding 4. Pencetakan fisiologis 5. Basis dan Oklusal rim 6. Penentuan hubungan rahang 7. Pemilihan warna anasir gigitiruan 8. Pemasangan kembali gigitiruan penuh ke artikulator remounting 9. Pasang percobaan gigitiruan penuh 10. Pemasangan gigitiruan penuh 11. Pemeriksaan pasca pemasangan gigitiruan penuh Masalah yang dihadapi oleh dokter gigi umum

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, melalui wawancara secara langsung dan menggunakan kuesioner.

3.2 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah dokter gigi umum yang berada di Kota Medan, berjumlah 232 orang.

3.3 Sampel

Cara sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu suatu metode pemilihan sampel berdasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang ditetapkan pada kriteria inklusi dan eksklusi. Besar sampel minimal dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 29-30. Keterangan: n : besar sampel minimal N : jumlah populasi Z 1 −α2 : nilai kepercayaan 0,95  1,96 P : proporsi di populasi yang sudah diketahui nilainya dari penelitian sebelumnya Apabila tidak diketahui, maka peneliti menetapkan nilai P sebesar 50. d : presisi 0,15 n = 232 . 1,96 2 . 0,5 1 − 0,5 0,15 2 232 − 1 + 1,96 2 . 0,5 1 − 0,5 n = 232 . 3,8416 . 0,5 0,5 0,0225 231 + 3,8416 . 0,5 0,5 n = 891,2512 . 0,25 5,1975 + 0,9604 n = 222,8128 6,1579 = 36,183 Berdasarkan perhitungan dengan derajat kepercayaan 95, dan presisi mutlak 15 diperoleh sampel minimal 36 responden. Pada penelitian ini ditentukan besar sampel 40 dokter gigi umum.

3.3.1 Kriteria Inklusi