pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi dan mulut meliputi perawatan yang pernah dilakukan khususnya pengalaman pasien terhadap perawatan
prostodontik sebelumnya serta harapan pasien terhadap gigitiruan yang akan dibuat. Dokter gigi juga harus mengevaluasi sikap mental pasien terhadap perawatan
gigitiruan.
23,24
Prosedur pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intra oral. Pemeriksaan ekstra oral meliputi asimetris wajah, bentuk
bibir, sendi temporomandibular dan otot-otot pengunyahan. Pemeriksaan intra oral dilakukan untuk mengevaluasi kondisi jaringan lunak rongga mulut, gigi dan struktur
pendukung. Pemeriksaan jaringan lunak rongga mulut meliputi lidah, dasar mulut, vestibulum, pipi, palatum keras dan palatum lunak. Pemeriksaan terhadap gigi
meliputi gigi yang hilang, oral hygiene, warna gigi, oklusi gigi, kontak premature, kondisi gigi yang tinggal apakah terdapat karies, restorasi, mobility, elongasi,
malformasi, atrisi, fraktur dan vitalitas gigi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap kondisi ginggiva dan perlekatan jaringan periodonsium. Seluruh hasil pemeriksaan
klinis dituliskan pada dental chart.
23,24
Pemeriksaan radiografik berfungsi untuk mengevaluasi struktur tulang alveolar gigi penyangga, evaluasi morfologi, panjang dan jumlah akar gigi
penyangga, evaluasi tebal dinding pelindung pulpa, memeriksa adanya lesi karies, sisa akar gigi, gigi terpendam, resorpsi maupun sclerosis tulang alveolar dan kelainan
periapikal, serta mengevaluasi perawatan gigi yang telah dilakukan baik tambalan maupun perawatan saluran akar.
23
Penegakan diagnosa dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, kemudian ditentukan rencana perawatan yang dirinci selengkap mungkin
mencakup perawatan pendahuluan dan penentuan desain perawatan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien mencakup penentuan gigi penyangga dan
menentukan desain GTC.
5,23,24
2.3.3.2 Pencetakan Anatomis
Pencetakan anatomis dilakukan untuk mendapatkan model studi atau model diagnostik dengan menggunakan bahan irreversible hidrokolloid dan sendok cetak
fabrik. Model diagnostik yang dihasilkan, kemudian dipasang pada artikulator dalam keadaan sentrik oklusi dengan menggunakan facebow dan catatan interoklusal untuk
membantu dalam mendiagnosa dan menentukan rencana perawatan. Model diagnostik digunakan untuk pemeriksaan relasi oklusal, survey lengkung rahang
untuk menentukan arah pasang, menentukan arah kesejajaran dan ketebalan preparasi, menentukan tipe mahkota yang dibuat untuk retainer dari suatu bridge serta
membantu menjelaskan prosedur perawatan yang akan dilakukan kepada pasien.
23
2.3.3.3 Pemilihan Warna Gigitiruan Cekat
Pemilihan warna gigitiruan cekat dilakukan dengan menggunakan shade guide. Tahap pertama, tentukan value dengan memilih 1 dari 5 kelompok value yang
mendekati warna gigi asli. Kemudian tentukan chroma dari 3 pilihan pada kelompok value yang telah ditentukan. Tahap terakhir, tentukan hue gigi asli apakah gigi lebih
kemerahan atau lebih kekuningan dari sampel warna yang dipilih.
23,25
Warna gigi harus ditentukan sebelum preparasi gigi penyangga pada siang hari atau di bawah
daylight standard dan hindari warna-warna cerah di daerah sekitar bawah pemilihan warna, yaitu tidak memakai lipstik, kacamata berwarna, dan pakaian berwarna
cerah.
25
Gambar 17. Salah satu contoh Shade guide pada pemilihan warna GTC
26
Warna yang dipilih untuk restorasi kemudian dicatat pada colour communication form. Jika memungkinkan, warna yang sama juga digunakan pada
restorasi sementara untuk melakukan evaluasi dan menilai kepuasan pasien. Warna yang dipilih harus diverifikasi pada pertemuan selanjutnya.
23,25
Gambar 18. Contoh Colour communication form pada pemilihan warna GTC
25
2.3.3.4 Preparasi Gigi Penyangga
Preparasi gigi adalah suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan jaringan permukaan gigi yang akan menjadi penyangga gigitiruan cekat dengan tujuan untuk,
menyediakan tempat bagi bahan retainer atau mahkota, memungkinkan pembentukan retainer sesuai bentuk anatomi gigi asli, menghilangkan daerah undercut,
mendapatkan arah pasang gigitiruan cekat, membangun bentuk retensi dan menghilangkan jaringan yang rusak oleh karies jika ada.
5,23
Untuk mendapatkan hasil preparasi yang ideal, maka dokter gigi harus mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip preparasi yang benar. Prinsip dasar
preparasi gigi penyangga dilandasi oleh berbagai pertimbangan utama, antara lain pertimbangan mekanis, biologis dan estetik. Pertimbangan mekanis berhubungan
dengan integritas dan daya tahan restorasi. Kemudian pertimbangan biologis berhubungan dengan kesehatan jaringan rongga mulut. Sedangkan pertimbangan
estetik yang berhubungan dengan penampilan pasien.
23
Gambar 19. Restorasi yang optimum harus memenuhi syarat biologis, mekanis dan estetik
Banyaknya preparasi yang dibutuhkan bervariasi pada tipe mahkota dan permukaan gigi yang berbeda. Reduksi juga dipengaruhi oleh posisi dan susunan gigi
dalam rahang, hubungan oklusal, estetik, pertimbangan periodontal dan morfologi gigi. Preparasi gigi penyangga dilakukan sesuai dengan tahap-tahap berikut:
23
a. Pengasahan permukaan oklusalinsisal
Reduksi permukaan oklusal pada gigi posterior atau insisal pada gigi anterior bertujuan untuk menciptakan ruangan bagi lapisan material restorasi gigitiruan cekat
yang tebal dan kuat. Lapisan bahan yang tebal dapat mengatasi keadaan yang membutuhkan koreksi oklusi seperti adanya keausan permukaan oklusalinsisal akibat
pengunyahan.
23,24
b. Pengasahan permukaan proksimal
Pengasahan jaringan gigi pada daerah proksimal bertujuan untuk menghilangkan kecembungan yang dapat menghalangi arah pemasangan path of
insertion. Dinding proksimal direduksi agar mendekati kesejajaran melalui pembentukan sedikit sudut konvergen ke arah oklusal. Sudut ini dijaga agar tidak
terlalu konvergen overtapered agar mendapatkan retensi yang cukup. Selain itu,
preparasi pada dinding proksimal tidak boleh membentuk undercut karena dapat menghalangi arah pemasangan gigitiruan cekat. Ketebalan preparasi berbeda sesuai
dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai retainer.
23,24
c. Pengasahan permukaan fasial lingual
Pengasahan pada dinding fasial dan lingual berguna untuk menyediakan tempat bagi ketebalan yang cukup dari material restorasi agar dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya overcontour. Pengambilan jaringan dilakukan seperti pada proses reduksi dinding-dinding proksimal.
23,24
d. Pembulatan sudut-sudut preparasi dan pembentukan akhiran servikal
Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang merupakan pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus dibulatkan karena sudut yang
tajam akan menimbulkan tegangan stress pada restorasi dan sulit dalam pemasangan gigitiruan cekat. Akhiran servikal preparasi finishing line harus
mempunyai bentuk yang jelas tergantung pada kondisi gigi penyangga dan material gigitiruan cekat yang digunakan. Akhiran servikal ini berguna untuk menghindari
terjadinya kegagalan restorasi akibat tidak rapatnya kontak antara restorasi gigitiruan cekat dengan akhiran servikal. Akhiran servikal preparasi dapat berbentuk feather
edge, chisel edge, bevel, chamfer, shoulder atau shoulder bevel.
23,24
Gambar 20. Bentuk akhiran servikal preparasi: a knife edge, b bevel, c chamfer, d shoulder, e shoulder bevel.
26
e. Pembuatan grooves, pinholes dan boxes
Pembuatan grooves, pinholes dan boxes pada preparasi bertujuan untuk menambah retensi bagi restorasi dengan cara mencegah terlepasnya restorasi ke arah
yang berlawanan dengan arah insersi. Pembuatan grooves, pinholes dan boxes sebagai retensi tambaan sangat penting dalam mengatasi hasil preparasi dengan
retensi yang kurang memadai seperti preparasi yang overtapered dan hasil preparasi yang kehilangan morfologi alaminya.
23,24
2.3.3.5 Retraksi Gingiva