Aspek Koordinasi Pengawas Sistem Keuangan

3. Aspek Koordinasi Pengawas Sistem Keuangan

Salah satu instrumen vital pencegahan krisis adalah penciptaan koor- dinasi yang juga meliputi data sharing dan data interfacing antar pengambil kebijakan. Koordinasi antar lembaga akan menciptakan measures yang vital untuk stabilitas sistem keuangan. Koordinasi juga mengurangi asymmetric information antar lembaga yang berpotensi menciptakan arogansi sektoral ( turf wars), pengalihan tanggung jawab (pass the bucket), dan blame disbursement strategy (pengalihan wewenang/pengalihan kesalahan).

Hasil eksperimen Rimawan dkk. (2011), dengan subjek penelitian civitas akademika Universitas Gadjah Mada, menjelaskan kenyataan bahwa koordinasi adalah sesuatu yang sulit untuk dicapai. Koordinasi antar subjek hanya terjadi sebesar 2% saja untuk keseluruhan eksperimen. Hasil ini jauh lebih rendah dibandingkan hasil eksperimen mengenai koordinasi di negara Hasil eksperimen Rimawan dkk. (2011), dengan subjek penelitian civitas akademika Universitas Gadjah Mada, menjelaskan kenyataan bahwa koordinasi adalah sesuatu yang sulit untuk dicapai. Koordinasi antar subjek hanya terjadi sebesar 2% saja untuk keseluruhan eksperimen. Hasil ini jauh lebih rendah dibandingkan hasil eksperimen mengenai koordinasi di negara

Koordinasi paling tidak dibangun dengan mempertimbangkan dua hal yaitu tahapan koordinasi dan bentuk komite koordinasi. Pertama, koordinasi optimum dibentuk untuk tiga tahapan yaitu koordinasi rutin di keadaan normal, koordinasi intensif di keadaan transisi, dan koordinasi komprehensif di keadaan krisis. Koordinasi rutin situasi normal bertujuan untuk menciptakan knowledge sharing, ikatan koordinasi, dan kerjasama antar lembaga pengawas. Kedua, komite koordinasi harus terdiri dari SDM yang sama dari setiap lembaga pengawas. SDM yang sama ini bertujuan untuk minimisasi loss of information pada saat koordinasi. Platform koordinasi sedimikian rupa bertujuan untuk meminimisasi biaya koordinasi dan akuntabilitas penetapan dan pengambilan kebijakan, khususnya di situasi krisis.

Gambar 9 menjelaskan skema koordinasi antar lembaga keuangan yang terdiri dari Bank Indonesia, LPS, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 2 Koordinasi umum antar lembaga pengawas harus dimulai dengan penetapan peraturan mengenai fungsi dan tugas masing-masing lembaga dalam keadaan normal, transisi, dan krisis. Koordinasi harus dijalankan dalam basis harian melalui data sharing dan data interfacing untuk optimasi informasi antar industri di sektor keuangan yang semakin terkait.

2 Asumsi Bapepam-LK telah bergabung menjadi OJK dan pengawasan sementara perbankan di- pegang oleh Bank Indonesia sampai sistem pengawasan OJK telah terbangun solid.

Gambar 9. Skema Koordinasi antar Lembaga Pengawas

Pelaksanaan beserta detail teknis kerjasama saat ini telah diatur oleh perjanjian antar lembaga pengawas sektor keuangan. Sebagai contoh, kerjasama Bank Indonesia dan LPS diatur dalam SKB No. 11/55/KEP. GBI/2009 dan KEP/026/DK/X/2009 pada Oktober 2009. Kesepatakan ini mengatur koordinasi dan pertukaran data serta informasi untuk mendukung pelaksanaan kerja BI dan LPS. Koordinasi yang dibangun oleh BI dan LPS antara lain:

1. Implementasi jaminan pinjaman

2. Penanganan masalah perbankan

3. Resolusi bank gagal

4. Tindak lanjut terhadap bank yang perizinan telah dicabut

5. Pembahasan klaim penjaminan

6. Koordinasi data dan informasi Kerjasama BI, LPS, dan Kementrian Keuangan saat ini terangkum

dalam MoU yang disepakati tanggal 30 Juli 2010. Kesepakatan ini merupakan langkah koordinasi untuk mencegah dan memberikan resolusi terhadap ancaman stabilitas sistem keuangan. Kesepakatan ini penting untuk menjaga momentum koordinasi di saat legislatif belum menyetujui UU JPSK. Kesepakatan antara ketiga lembaga tersebut meliputi:

1. Pertukaran data dan informasi oleh BI, LPS, dan Kementrian keuangan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan

2. Pembahasan rutin terkait hasil monitoring keadaan sistem keuangan

3. Pemberian input teknis dan memastukan pengertian terhadap tindakan yang perlu dilakukan masing-masing lembaga untuk menjaga stabilitas