Pasar Saham
c. Pasar Saham
Selama semester I 2011, IHSG berlanjut bullish didukung stabilnya pertumbuhan ekonomi global, domestik, danperforma memuaskan dari emiten bursa. Sentimen utama penguatan bursa global pada semester I 2011 masih dipicu oleh he Fed yang memperkenalkan program quantitative easing tahap II senilai US$600 miliar dan dipertahankannya suku bunga Selama semester I 2011, IHSG berlanjut bullish didukung stabilnya pertumbuhan ekonomi global, domestik, danperforma memuaskan dari emiten bursa. Sentimen utama penguatan bursa global pada semester I 2011 masih dipicu oleh he Fed yang memperkenalkan program quantitative easing tahap II senilai US$600 miliar dan dipertahankannya suku bunga
Laju penguatan bursa global tertahan pada akhir semester I 2011 setelah beberapa bank sentral menaikkan suku bunga acuan mereka untuk mencegah overheating dalam perekonomian. Sentimen negatif juga datang dari tingginya harga minyak akibat gejolak di Mesir dan Libya, gempa dan tsunami yang memporakporandakan perekonomian Jepang, kekhawatiran pasar akan default obligasi Yunani yang diperkirakan akan menyebar ke negara lain dan berhentinya program quantitative easing II pada 30 Juni. Sentimen-sentimen ini menimbulkan ekspektasi akan melandainya pertumbuhan ekonomi dunia karena mengeringnya likuditas yang berujung pada melemahnya permintaan.
Selama semester 1 2011 indeks tumbuh 5,00% ke level 3.888,57 (lebih lambat dibandingkan pertumbuhan sem II 2010 yang sebesar 27,11%). Membaiknya perekonomian global dan domestik memicu turunnya persepsi resiko sehingga menyebabkan masih besarnya inflow dana asing. Peringkat rating credit Indonesia yang satu tingkat dibawah investement grade juga menjadi salah satu alasan derasnya inflow ke pasar dalam negeri. Laju penguatan indeks tertahan oleh koreksi yang terjadi pada bulan Januari yang mendekati 10% karena isu tingginya ekspektasi inflasi akibat tingginya harga minyak yang pada saat itu diatas US$110/barel.
Solidnya pertumbuhan perekonomian domestik dan performa emiten bursaseiring dengan membaiknya kondisi ekonomi global menimbulkan ekspektasi akan bertambahnya tingkat permintaan, berimbas rally saham- saham sektor Aneka Industri (naik 18,11%), Perdagangan (naik 11,77%) dan Keuangan (naik 37,57%) pada semester 1 2011.
Menguatnya indeks Keyakinan Konsumen Indonesia dari 103 (Desember 2010) menjadi 109 (Juni 2011), kenaikan annual GDP (yoy) sebesar 6,50%, terus tumbuhnya penjualan mobil dan sepeda motor, naiknya penjualan semen sebesar 15% pada semester I, menguatnya harga barang komoditas dan berkembangnya kegiatan ekspor-impor Indonesia yang secara yoy tumbuh 45,3% dan 48,5%menunjukkan berkembangnya perekonomian Indonesia yang melatarbelakangi penguatan IHSG. Terkendalinya inflasi dan stabilnya BI Rate menjadi sentimen utama penguatan sektor Perbankan, Aneka Industri, dan Perdagangan yang penjualan barang atau jasanya sensitif terhadap pergerakan suku bunga.
Volatilitas bursa domestik pada semester I 2011turun dari 23,83 (Desember 2010)menjadi 13,59 (Juni 2011). Membaiknya performa IHSG yang ditopang kuatnya pertumbuhan fundamental perekonomian dan emiten bursa Indonesia menyebabkan turunnya volatilitas bursa. Stimulus fiskal yang terus diberikan oleh Bank Sentral berbagai negara dan tumbuhnya perekonomian dunia cukup mampu menahan volatilitas bursa global. Volatilitas bursa Jepang terpantau melonjak akibat terjadinya gempa dan tsunami pada bulan Maret 2011.
Stabilnya BI rate, terkendalinya inflasi, pertumbuhan kredit perban- kan yang mencapai 23,4%, dan laju NPL yang dibawah 5% selama 2011 mendukung baiknya perkembangan kinerja perbankan. Selama tahun 2011, harga saham perbankan domestik ditutup mixedsetelah terjadi aksi profit taking meyusul telah tingginya kenaikan indeks sektor finansial pada tahun 2010 (yoy) sebesar 55%. Diantara saham perbankan, saham-saham perbankan yang harganya menguat selama semester I’2011 (yoy) adalah BCA sebesar 28,57%, Mega sebesar 33,02%, Niaga sebesar 60,75%, Permata sebesar 36,13%, BII sebesar 92,98%, Mandiri sebesar 20,00%, Bukopin sebesar 2,99%, Danamon sebesar 11,11%, BNI sebesar 64,89% dan NISP sebesar 1,30%. Sementara itu saham bank yang melemah adalah Panin sebesar 10,78%, dan BRI sebesar 30,11%. Pelemahan bank BRI disebabkan oleh stock split.